Kemarin adalah sejarah, besok adalah misteri.
﹏
Hidup itu misteri ya? Kita tak tau apa yang akan terjadi kedepannya, selalu menebak nebak bagaimana jika hari esok mendapat sebuah masalah atau malah mendapat sebuah keberuntungan. Tapi terlepas dari itu semua apa yang telah terjadi biarkan berlalu dan cukup jadi pelajaran saja. Seperti halnya sekarang ini, aku tengah berjalan di pinggir jalan menuju pantai. Hari ini aku mendapat masalah dan seperti biasa tak ada yang peduli. Ibuku ingin aku bersekolah di sekolah Internasional supaya aku bisa membuat bangga dirinya. Aku sama sekali tak menyukai sekolah internasional, karena banyak anak-anak yang suka memamerkan kekayaan mereka. Sungguh. Aku pernah sekali menjumpai seorang gadis cantik yang menurutku dia terlihat pintar, gadis itu bersekolah di sekolah internasional dan mendapat caci makian karena penampilan yang tak sepadan dengan mereka. Sekali melihat saja aku tau! Lagipula aku bisa saja membanggakan orang tuaku walaupun aku bersekolah di sekolah Negeri. Sedari Sekolah Dasar aku sudah biasa bersekolah di sekolah Negeri, sulit rasanya beradaptasi walau keluargaku adalah keluarga berkecukupan. Lantas hal itu lah yang membuatku harus minggat sekali ini untuk menenangkan diri, aku memang sering diam, tapi tak enak rasanya memendam amarah di depan orang tuaku yang terus mengomel dan mengancam akan membakar semua alat renang dan buku-bukuku.
Oh ya, aku lupa, namaku Ernawa Pratiwi, orang-orang memanggilku Nawa. Umurku 16 saat ini dan beberapa bulan lagi aku akan berumur 17, huh tiba-tiba aku membayangkan bagaimana saat aku mulai beranjak menjadi dewasa dan memasuki dunia perkuliahan, hal itu membuatku ngeri. Aku masih belum siap melepas masa remajaku, ehm ralat! Maksudku masa-masa dimana aku bisa bermain sepuasnya bersama teman-teman. Baiklah cukup sampai disini perkenalannya. Aku saat ini sudah sampai di tempat parkiran bus wisata. Ya, di pantai memang ada tempat khusus untuk parkiran, keadaan pantai dulu dan kini berbeda, tentu saja dan kau tau itu bukan?
Hari ini cuaca cukup bagus, langit terllihat biru dengan awan-awan yang turut menghiasi. Sebenarnya sudah beberapa hari ini hujan terus menerus mengguyur kota. Aku jadi was was dengan cuaca yang sebagus ini. Hm tidak-tidak seharusnya aku tetap bersyukur oleh apa sudah diberikan Tuhan saat ini. Aku terus berjalan menyusuri jalan di mana ada toko yang berjejer memperjual belikan berbagai makanan, pakaian, mainan, dan tentunya juga penyewaan alat renang dan surfing. Suasana pantai saat ini cukup ramai. Sebal sekali, aku jadi harus mencari tempat yang sepi untuk menyendiri. Ya, aku sudah biasa berjalan sendirian ke pantai untuk menenangkan diri. Di pantai aku bisa merasa tenang dan bisa berpikir jernih dan tentu saja karena aku suka laut! Lagipula jarak rumah dan pantai tidaklah begitu jauh, hanya beberapa meter dari dari pantai.
Aku menelusuri tempat yang sekiranya tenang dan sepi. Setelah menemukannya, aku duduk di atas terumbu karang yang lumayan rendah. Lalu, aku mulai berpikir sambil memandang laut yang yang begitu biru dan menawan.
"Padahal kan bisa aja gitu gue sekolah di sekoalh biasa, lagi pun tinggal satu tahun lagi gue bakal tamat sekolah. " Aku menghirup napas dalam dalam lalu menghembuskannya dengan berat.
Padahal masalah ini tidak terlalu besar, tapi kenapa aku sangat membuat ini seolah olah adalah masalah yang paling berat. Tapi walau begitu, aku takut kalau-kalau yang diucapkan mama benar.
"Sebenernya si papamu yang mau kamu sekolah internasional, tapi dipikir pikir bagus juga kamu sekolah internasional saja. Supaya wawasan lebih luas lagi." Kata mama padaku. Aku membelalak.
Astaga sekolah biasa juga membuat wawasan ku luas! Apalagi aku selalu mengikuti berbagai ekstrakurikuler!
"Kamu nurut aja, toh ada untungnya. Siapa tau kamu dapet temen yang bisa ngajak kamu ketemu sama perenang terhebat siapa itu? Ah, ya pokoknya kalau kamu gak nurut mama takut kalau alat renang sama buku-buku mu yang gak berguna itu dibakar." Aku lebih terbelalak lagi saat mama mengucapkan hal itu. Bukuku? Alat renang ku? Yang benar saja! Itu adalah bagian dari hidupku. Dan pada akhirnya aku memilih lari meninggalkan mama yang tengah memasak sayur untuk makan siang.
Bagaimana ini? Aku sangat bingung memikirkan itu. Apakah di tempat ini tak ada seorang pun yang kukenal? Padahal aku sudah sebulan lebih di kota ini, tapi sama sekali belum menemukan teman ah, ya kecuali anak tetangga yang tengil itu. Tapi aku tak menganggapnya teman. Aku memang baru pindah sebulan yang lalu dari kota ku yang lama. Aku pindah pun terpaksa karena papaku yang pindah tugas. Menyebalkan, walaupun setelah tugas papa ku di sini selesai aku akan kembali ke kota ku yang lama. Awalnya aku menolak keras dan minta ditinggalkan saja di di rumah yang dulu. Namun, setelah mendengar papaku berkata bahwa ada laut yang indah di dekat rumah kita yang baru, aku langsung tertarik. Dan benar adanya saat memasuki kawasan kota ini, mataku langsung disuguhkan dengan pemandangan yang begitu menakjubkan! Di kota ku sebelumnya jarak rumah dan pantai cukup jauh. Ke sana saja jika hanya aku ada ekstrakurikuler renang yang mengadakan liburan. Sudahlah sesi curhatnya, saat ini aku benar-benar butuh solusi. Aku bingung sekali memikirkan bersekolah dengan aman dan tenang di sekolah biasa atau merasa tertekan dengan siswa yang ada di sekolah internasional. Aku bukan ingin menjelekkan sekolah internasional, tapi pandanganku denganmu berbeda.
Aku beranjak dari dudukku, dan berjalan ke arah bibir pantai. Begitu sampai, air laut langsung menyambut kakiku.
"Woi!! Ada yang mau dengerin curhatan gue nggak?" Teriakku sekeras mungkin.
Tentu saja tidak ada yang menyaut, di tempat ku berdiri sangatlah sepi. Aku menoleh ke arah tempat yang ramai, ternyata di sana orang orang banyak yang mulai istirahat karena sudah waktunya makan siang.
"Napa waktunya cepet banget deh, padahal baru tadi gue ke sini. " Aku berpikir lagi, ya tidak ada salahnya aku berteriak bukan? Konyol memang, tapi lega juga kalau bisa berteriak sekencamg kencangnya.
"WOI! ADA YANG MAU DENGERIN AKU GAK? AKU BUTUH TEMEN! WOOOIIIII! LAUT MENYAUTLAH AKU INGIN SESEORANG DATANG PADAKU WALAU HANYA SEBENTAR." Eh tunggu, astaga aku bicara apa barusan. Kan niatnya tadi hanya ingin berteriak-teriak saja, kenapa malah mendongeng. Aku mengengok ke kanan kiri, semoga saja tak ada yang mendengarku. Kalau iya pasti orang itu akan menganggapku gila atau bahkan lebih buruk lagi menganggapku sebagai penyembah laut, astaga.
Mengantisipasi hal tersebut, aku ngacir pergi dari tempat itu. Biarlah jika ada yang datang, aku kan hanya iseng. Tanpa disangka olehku, memang ada seseorang yang mendengar teriakkanku lalu muncul dari salah satu batu karang yang cukup tinggi. Orang itu keheranan, lalu kembali menghilang ke balik batu karang tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ernawa
Teen FictionLaut itu kini berubah menjadi hitam pekat. Aku duduk di kapal dengan mata yang berlinangan air mata. Tak kusangka aku akan berakhir seperti ini hanya untuk laut. Laut bisakah kau berhenti? Aku memang menyukaimu tapi ini hal yang salah. Kau adalah fi...