Bab 11

149 41 9
                                    

Setibanya di kamar, Allendis pergi membersihkan diri. Ia selalu mandi seorang diri tanpa bantuan pelayan. Itu sudah kebiasaannya sejak kecil yang memiliki masalah kepercayaan dengan orang lain.

Terlebih pria bernetra merah itu tak ingin menunjukkan bekas luka yang terbentang segaris di dadanya. Sebuah bukti dari masa lalunya yang kelam.

"ini undangan ke pesta istana." Johan menyerahkan surat berstempel lambang keluarga kerajaan pada Allendis sembari menyiapkan makanan ringan untuk mengisi tenaga.

Pria bernetra merah yang baru saja selesai berpakaian itu menerima sehelai kertas itu.

"apa masih belum ada tanda-"

Johan menggeleng "ksatria yang berjaga masih belum memberikan sinyal apapun tentang kedatangan nona penyelamat, kakak harus cepat berangkat sekarang."

Allendis menghela napas kasar sebelum akhirnya turun ke lantai bawah. Louis dengan setelan rapi telah menunggunya, ekspresi bosan tampak kentara di wajahnya.

"cukup lama aku menunggumu, apa kau berdadan terlebih dahulu atau bagaimana?"

"Alicia masih belum tiba."

"tidak ada yang bisa kita lakukan tentang itu. Aku pun ingin pergi bersamanya tapi dia akan lebih marah jika kita datang ke pesta terlambat."

Allendis kemudian berdecak "tidak kusangka kau bisa menanggapi ini dengan tenang."

"itu karena aku percaya padanya. Kau yang bersikap cengeng seperti ini berarti meremehkan kemampuannya." Louis menjawab dengan nada mengejek.

Allendis dan Louis kini menaiki kereta kuda tanpa emblem. Pandangan mereka berdua saling bersebrangan, menatap pemandangan dari balik jendela.

"Louis."

"hmm?"

"apa kau menyukai Alicia?"

"iya, aku menyukainya."

"kau menjawabnya cepat sekali."

Louis mengendikkan bahu "aku tidak ragu pada sesuatu yang telah kutetapkan. Dan ini adalah pertama kalinya, aku serius pada sesuatu. Bagaimana denganmu?"

"bagaimana denganku?"

Ekspresi kesal terlukis di wajah Louis "jangan pura-pura denganku Ravenell. Apa kau menyukai Alicia?"

Berbeda dengan Louis, Allendis tidak langsung menjawab. Pria bernetra merah itu tampak memiliki banyak pertimbangan sebelum menjawab.

"aku tidak tahu... apa menurutmu aku menyukainya?"

"kau pasti bercanda... sudah jelas kau menyukainya, bodoh. "

Louis tidak tahu hal apa lagi yang paling masuk akal dari semua tindakan Allendis pada gadis bernetra biru itu.

"ha....hahahahahahahaha." Allendis tertawa keras, ia bahkan mengabaikan raut aneh Louis yang ditujukan padanya.

"hei, kau tidak menjadi gila hanya karena aku mengatakan kau menyukai Alicia, kan?"

"yah, kau benar. Aku telah menjadi gila...." 

Seorang gadis aneh yang memaksa masuk ke dunianya. Dengan berani mencoba menawarkan bantuan dan ambisinya, meskipun begitu dia adalah sosok yang mandiri dan mencoba menyelesaikan permasalahannya dengan caranya sendiri.

Alicia yang tidak melihat sama sekali dirinya lebih dari teman seperjuangan.

"tapi, Alicia tak menyukai siapapun, bukan?" tanya Allendis.

Louis tersenyum pahit Louis mencemooh "aku tidak tahu apakah ini sebuah keberuntungan atau kesialan, Alicia masih belum menyukai siapapun diantara kita. Baik kau, aku, ksatria polos itu, ataupun anggota death crow nomor empat. Sampai aku melihat dia benar-benar mengungkapkan perasaannya pada seseorang, aku tidak akan menyerah."

Azure IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang