Bab 4

142 46 0
                                    

"Bukankah kau Louis von Aldergard? Pangeran kedua kekaisaran Crosch?" Fred yang berujar pertama kali.

Pria bersurai perak keemasan itu menampakkan diri dengan lebih jelas. Ekspresi kesal yang kentara terlihat di wajahnya ditujukan pada Allendis.

"itu benar sialan. Berani-beraninya kau melempar pisau tepat ke arah dadaku. Apa kau mencoba membunuhku, huh!?" protes Louis pada Allendis.

Duke muda itu mengangkat bahu "ah, itu adalah refleksku. Aku tidak sengaja."

Allendis menunjukkan wajah tidak sukanya. Jika bukan karena situasi darurat, ia tidak ingin menulis surat untuk orang di hadapannya itu. Mengabaikan hubungan mereka yang cukup buruk, pangeran kedua kekaisaran Crosch memiliki kekuatan yang berguna.

"dasar pembohong, aku tahu kau sudah berniat melakukannya sejak awal. Kau pikir aku tidak tahu, kau tahu persis seperti apa bentuk auraku. Kau juga bisa merasakannya, kan?"

"tapi kau bisa menangkisnya, bukan? jika kau mati hanya karena itu maka kau tak berhak hidup, terutama di sekitarku."

"t-tenanglah pangeran Aldergard, Duke tidak sengaja melakukannya. Beliau hanya terbiasa selalu bersikap hati-hati." Fred mencoba menegahi.

Louis mendengus kesal "cih.."

"kalian semua bersikap seperti anak kecil. Kita sudah membuang waktu."

Four menyela di tengah perdebatan mereka. Setengah wajahnya tertutupi masker namun suaranya terdengar jelas.

"bagus sekali, karena internvensi darimu sekarang kita tersesat dan harus kembali ke titik awal." ucap Allendis menyindir. 

Kali ini ekspresi Louis berubah setengah bingung dan kesal "apa maksudmu tersesat karena aku kita tersesat? kabut disini memang tebal, tapi tidak sampai membuat tersesat. Tidak jauh lagi kita akan mencapai kota Nebel."

Allendis masih dengan ekspresi tajamnya melihat ke arah Louis "kau tidak tersesat dalam kabut? bagaimana bisa?"

Dari keluarga mana pria itu berasal? dia tidak memiliki kapasitas kekuatan berkat sebesar kau namun sudah bisa memakai kekuatan aura tahap resonansi. Dia sepertinya sudah bekerja keras.

'jadi dia bisa menggunakan kekuatan aura tahap resonansi? pangeran lemah ini?'

Harga dirinya sedikit tercoreng mendengar hal itu.

"oh, apakah karena kemampuan baru yang kukembangkan jadi aku tak terpengaruh?"

"kau bisa menggunakan kekuatan aura tahap resonansi?"

"apa yang kau maksud kendali elemen? aku masih belum terlalu bisa memakainya dan kekuatan ini mengalir dengan sendirinya di sekitarku."

Tanyakan dia memiliki kendali elemen apa.

"elemen apa yang bisa kau pakai?"

"kau pikir aku akan menjawabmu begitu saja? kurasa aku akan mempertimbangkannya kalau kau duduk bersimpuh sambil meminta maaf atas tindakanmu tadi."

Allendis memasang sebuah senyum di wajahnya, namun kata-kata yang terucap olehnya terdengar kontras.

"aku akan melakukannya jika memang itu yang kau inginkan. Tapi... kau harus siap menanggung konsekuensi dari permintaanmu itu. Mulai saat itu... kau harus waspada saat makanan terhidang dihadapanmu, saat kau akan menutup mata, atau kapanpun itu. Kau harus ingat itu."

Mata Louis terbelalak, dalam hatinya ia mengumpat.

'dasar pria gila psikopat.'

Pria bernetra emas dan perak itu melihat barisan pasukan di belakangnya, mencoba mencari aliansi untuk melawan debat dengan pria psikopat di depannya itu. Ada dua orang anggota death crow yang sama sekali tidak peduli pada apa terjadi di barisan depan. Begitupula pasukan loyal yang tentu saja sudah pasti berada di pihak mana.

Azure IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang