I promise chapter 3

184 6 0
                                    

Awan cerah menyambut kedatanganku, tak ada sedikitpun awan gelap yang mengintip dibalik langit. Hari ini ku jalankan setiap mata kuliah dengan wajah sumringah, padahal biasanya aku memasang wajah yang sangat kusut, tapi tidak untuk hari ini. mengingat kejadian tadi malam saat aku berdua dengan Dika-didalam mobil-hanya berdua, tanda kutip! gak ngapa-ngapain loh ya.. kita cuma mengenang masa lalu, tertawa bersama, becandaan dan mengobrolkan hal serius lagi. ya.. seperti dulu.

setelah semua matkul terlewati hari ini, aku mengunggu Mika dikantin, dia pergi ke toilet dan akan menyusulku kesini, namun ternyata aku salah, bukan Mika yang datang menghampiriku, tapi malah Jordi.

"hai MABA, keliatannya lagi seneng banget nih, kenapa sih?" sok akrab banget ini si Jordi ini, sangat terlihat menjijikan, aku tak mempedulikannya yang duduk disebrangku seenakknya tanpa izin padaku. aku menunduk memainkan smartphone yang ada digenggamanku, walau pun tak ada apapun di smartphone ini, mungkin lihat-lihat galery lebih baik dari pada harus ngelihatin wajah ngeselinnya Jordi.

"tuli ya? apa bisu?" kali ini dia mengucapkan kata-kata itu dengan santainya, seperti dewa yang tak pernah punya dosa. dasar manusia absurd, gak jelas!

"sekali lagi ya kakak Jordi yang terhormat, namaku Vio" sahutku dengan menekan setiap kalimat, aku menatapnya, benar-benar menatapnya tajam. memaksanya mengatakan sesuatu yang tak menyebalkan lagi. tapi dugaanku salah. dia malah tertawa, dasar aneh!

aku benar-benar tak mempedulikannya kali ini, lebih baik aku pulang, dari pada berduaan sama orang gila kayak dia, namun saat aku berdiri, Jordi menahan tanganku, tawanya mulai meredah, dia menatapku sambil tersenyum. "iya-iya sorry, gitu aja marah" ucapnya lembut, iih.. sok manis banget sih.

ingin sekali aku menepis tangan Jordi yang masih menggenggam tanganku, tiba-tiba suara daheman Dika mengejutkanku membuatku benar-benar menepis tangan Jordi dengan kasar, "ciee, Jordi sama Vio sekarang" kata Dika dengan nada menggoda, ia menyikut lengan laki-laki yang disampingnya, Miki, dan kemudian mereka tertawa. tertawa mengejek. sementara dibelakang mereka ada Mika dan Lise yang tersenyum lebar padaku.

kenapa saat ada Dika, disitu pasti ada Lise, itu pacar apa satpam sih ngikut terus sama Dika, kan bete akunya. eh tunggu.. emang aku siapanya Dika? malah ngomel-ngomel kalau Lise sama Dika, kan jelas-jelas mereka pacaran, haduh Vio minta ditabok pakek apa sih biar sadar.

"udah duduk deh, diri terus gak capek apa" ini suara Mika, ternyata dia sudah duduk disampingku, dan Lise duduk disamping Mika, mereka semua juga udah duduk, aku pun mengikuti kata Mika.

"aku pesen minuman dulu deh, buat kalian" kata Jordi kemudian pergi meninggalkan kami. aku masih duduk dengan kepala menunduk kembali memainkan smartphoneku, kali ini aku membuka LINE, entah apa yang aku buka, ngelihat stiker-stiker lucu juga gak apa, walaupun gak punya niat buat beli.

"eh vi, nanti temenin aku kerumahnya kak Lise ya" ucap Mika dengan nada santai, dan seketika membuatku terkejut mendengar perkataannya, ngapain kerumah Lise ngajak aku? kan mendung jadinya, walaupun dalam hati aku menolaknya tapi kepalaku mengangguk tanpa melihat lawan bicara. untung-untung kan, siapa tau bisa tau gimana seluk-beluk cewek yang dicintai sama mantan tercintaku itu. ah rumit banget ini kata-kata!

***

disinilah kami, dirumah Elise, pacarnya Dika, rumahnya cukup mewah, bukan mewah yang mepet sawah. ini bener-bener mewah, rumahnya besar, luas, dan juga rapi. Lise langsung mengajakku dan Mika untuk naik dan masuk kedalam kamarnya. ini kamar rumah ya bukan kamar hotel tapi luasnya udah lebih dari kamar hotel. ketauan banget dia tajir, orang tuanya maksudku.

beberapa foto terpajang di dinding yang dicat biru ini, sepertinya Lise suka warna biru, hampir seluruh dari kamar ini warnanya biru. mataku terhenti saat melihat foto yang berdiri dinakas samping tempat tidurnya, itu foto Dika dan Lise, Tuhan, mereka terlihat sangat serasi. senyum Dika terlihat sangat bahagia difoto itu, begitu pula dengan Lise. apa Dika akan sebahagia itu jika bersanding denganku.

"ini minum dulu" Lise mengulurkan tangannya, memberi segelas jus jeruk padaku, ku anggukan kepala dan mengambil gelas yang ada ditangannya, sepertinya Lise gadis yang mandiri, bagaimana tidak. dia rela turun hanya untuk mengambil air dan beberapa camilan dibawah, jelas-jelas dia punya pembantu. ya.. aku tau karna pembantu itu yang membukan pintu saat kami datang.

"itu fotoku sama Dika, waktu kami masih jadi MABA, saat itu aku sudah mengenal Dika gara-gara Jordi, sepupuku. dia kan satu jurusan sama Dika. foto itu diambil saat kita emm.. menjalin hubungan sudah hampir dua bulan" jelas Lise, sepertinya dia tau kalau aku memperhatikan foto ini sedari tadi. aku hanya tersenyum dan mengangguk-aggukan kepala. Walau sebenarnya menahan sakit di dada. Ughhh!!

jadi Lise saudaraan sama Jordi, jadi Jordi yang ngenalin Dika sama Lise, jadi Jordi.. ah lagi-lagi laki-laki itu. memang mereka sudah menjalin hubungan satu tahun dong kalau diitung-itung, itu foto aja udah diambil waktu mereka masih dua bulan pacaran. yah kira-kira gitulah.

"ngomong-ngomong soal Jordi, gimana perasaanmu sama dia Vio?" ucapan Lise yang tiba-tiba membuatku gelabakan untuk mencari jawaban, jujur aku terkejut dengan pertanyaannya yang tiba-tiba. aku menatap Lise dan Mika secara bergantian dengan wajah heran. dan ternyata Mika sudah berada didepanku sekarang, entah kursi dari mana yang ia dapatkan. Mika menatapku lurus sama seperti tatapan Lise sekarang.

aku menggaruk belakang kepalaku yang memang tak gatal, "ma.. maksudnya?" tanyaku sedikit gugup. tunggu kenapa aku gugup? ah Vio bodoh.

"ya selama ini kamu anggap Jordi itu apa? apa dia berarti buat kamu?" Lise menanyakan hal itu penuh antusias, sedangkan Mika hanya memangut-mangutkan kepalanya tanda setuju dengan pertanyaan Lise.

aku kembali mengelus tengkukku, walau pun sebenarnya tak apa-apa, hanya saja aku bingung mengapa mereka menanyakan hal ini padaku, "ngg.. gak kok kak, aku cuma anggep Jordi itu kakak kelas yang menyebalkan, gak ada yang lain" sahutku santai sambil menaikan kedua bahuku secara bersamaan.

sepertinya mereka mengerti, Lise yang hanya mengangguk dan Mika yang hanya diam memperhatikan kami. sedetik kemudian kami kembali bercakap-cakap ringan layaknya gadis biasa, kami menceritakan banyak hal, dan itu yang membuatku dekat dengan Lise sekarang, aku jadi tau kenapa Dika-ku mencintai gadis ini, selain dia mandiri, dia juga begitu ramah padaku dan Mika, dia juga asik kalau diajak ngobrol, bener-bener nyambung, Lise juga gadis yang sangat menyenangkan. tuhkan, jadi susah nyingkirin gadis seperfact dia.

Tuhaaannn.. bener-bener sia-sia dong aku kesini. aargghh.. Vio, gak boleh nyerah, tetep semangat belum ada kepastian dari Dika kan kalau memang dia nolak kamu, gak peduli deh walau pun dia punya pacar. yang nikah aja bisa cerai, kenapa yang pacaran gak bisa putus.

gak peduli dengan orang yang bilang cinta tak harus memiliki, bodoh amat! buat aku, kalau aku cinta aku harus memilikinya, seutuhnya!

-karna cinta patut diperjuangkan-

***

I PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang