7

5.4K 506 9
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
.

____________________


Dizcha berlari menuju orang tuanya. Dengan napas memburu, dan jangan lupa detak jantung yang begitu cepat.

Papi yang melihat anak gadisnya berlarian pun, langsung menuju anaknya.

Dizcha yang melihat papi ada didepan mata pun langsung meminta untuk digendong.

Papi dengan senang hati menggendong putri kecilnya itu.

"Kamu kenapa baby girl? Kok lari larian hm? Kalau kamu jatuh gimana?. " Berbagai pertanyaan keluar begitu saja saat melihat anak nya berlarian.

Dizcha yang diberi pertanyaan pun bertambah malu. Wajah yang semula merah merona, sekarang bertambah merah.
'Sial, gue malu asu. Bisa bisanya ingusan kaya dia bikin gue baper. Tapi emang iya sih. Akhirnya mimpi gue tercapai. ' dalam hati Dizcha berteriak senang karena telah dicium cogan.

"Muka kamu kok merah sih? Kamu sakit? Ayo ke rumah sakit sekarang. " Papi panik saat Dizcha berwajah sangat merah.

Mami yang penasaran pun melihatnya langsung. Dan yah, sama dengan papi mami langsung berteriak heboh.

"Kita ke rumah sakit ya sayang. Mami takut kamu kenapa napa. " Mami tampak khawatir sekali, ah Dizcha jadi merindukan orang tuanya dulu.

"Nda ucah mii.. mpii... aku nda papa kok. Suwel deh. " Ucap Dizcha yang berusaha membujuk kedua orang tuanya.

"Tapi.. " Ucapan mami terhenti saat suara seseorang mengagetkan semua orang.

"Ada apa ini?. " Tanya bocah kecil itu dengan datar, bukan hanya suaranya saja tapi juga dengan wajahnya.

"Ah boy, kau sudah bangun?. " Sepertinya mereka masih bingung.

"Aku sudah ada disini, berarti aku sudah bangun. " Jawab bocah itu dengan santainya.

"Dasar bocah tengik, kenapa kau tidak bilang dengan kami hah?. " Entah itu pertanyaan atau apa yang pasti suara itu dari ayah Janu.

"Apa?. " Dengan santainya dia duduk di sofa single, dan langsung menatap kedua orang asing didepannya dengan salah satu diantaranya menggendong gadisnya.

"Ya kau pikir sendiri lah. Sudah bisa berjalan tapi tidak bilang. Ini lagi kemana suara cadel mu itu?. " Sepertinya ayah Janu mulai frustasi dengan sikap anaknya.

"Kapan juga aku cadel? Memangnya gadis itu?. " Menunjuk Dizcha.

Dizcha yang ditunjuk pun tidak terima. Dia meronta ronta untuk diturunkan dari gendongan sang papi. Papi yang paham pun langsung menurunkan anaknya.

Setelah sampai dengan selamat, Dizcha perlahan maju kearah bocah yang tadi menghinanya.

Dengan brutal Dizcha memukul bocah tengil itu. Hilang sudah kesabarannya. Dizcha yang tadi pipinya merona malu sekarang merah karena amarah.

Dia sepertinya tidak jadi untuk menjadi menantu dikeluarga ini.

"Kakak nyebeyin ikh. Aku nda cuka. Aku nda au adi istli kaka. Ayo uyang mii mpii. " Ucap Dizcha sambil menarik tangan kedua orang tuanya.

Papi yang tangan nya ditarik pun pasrah. Tapi sebelum pergi dia menyempatkan untuk berpamitan.

Berbeda dengan Dizcha yang masih ngambek gara gara ucapan bocah tadi, sekarang pelaku yang membuat Dizcha ngambek dan minta pulang pun berkaca kaca.

Transmigrasi [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang