Suara desiran ombak yang saling menghantam terdengar begitu khas, begitu pula dengan suara burung camar yang lalu lalang di udara. Tatapan tajam para awak kapal membuat Dean merasa tak nyaman ketika dirinya mulai menampakkan diri diatas kapal. Ia hanya bisa menunduk dan mengikuti kapten Roger didepannya.Dean memasuki ruangan kapten dengan mata yang sedikit takjub, kegelisahannya sirna ketika hanya ada mereka berdua di ruangan ini. Kapten Roger menaruh jaketnya dan seraya duduk di kursi. Ia menatap Dean.
Mereka masih terdiam dan menatap satu sama lain, Kapten Roger mengerjapkan matanya pelan dan mulai bersuara, "Jadi kau masih tak memiliki pertanyaan?"
Dean sedikit menegakkan badannya, "Yah.. kurasa anda yang mungkin memiliki banyak pertanyaan untukku bukan?"Kapten pun tersenyum miring, "Dean Frost, 11 tahun. Baru saja dijual ayahnya kepada perompak.. dan dia sama sekali tak merasa takut.. Bahkan terlihat begitu tenang. Bukankah itu aneh? Seharusnya kau menangis dan merengek semenjak ayahmu masih berbicara denganku."
"Kenapa tak ada perlawanan?"Dean menelan salivanya sembari memegang kedua tangannya agar tak gugup. "Kupikir anda bukan seorang perompak.. cara berpakaian kalian terlihat lebih bersih dan rapi dari mereka, dan aku tahu bila ini akan terjadi cepat atau lambat. Baginya aku hanya alat penghasil uang.. sama seperti ibuku."
Kapten mengangkat kedua alisnya paham dengan sedikit mengangguk. Ia kembali berdiri dan mendekati Dean. "Kau sudah belajar betapa beratnya kehidupan. Itu yang membuatmu menjadi anak yang cerdas." Ia menepuk pundaknya.
"Menjual informasi.. tentang pergerakan bajak laut kepada bajak laut lainnya.. serta angkatan laut dibeberapa kerjaan. Dean frost, tidakkah kau terlalu nekat?"Lanjutnya membuat Dean tak sanggup bicara, seolah Kaptern Roger mengetahui semuanya dari jawaban pertama Dean.
Kapten Roger menuntunnya untuk duduk dikursi depan mejanya. Memperlakukannya sebagai tamu, sedangkan dia mengambil beberapa buku tebal yang ia tumpuk didepan Dean.
"Kap..ten? untuk apa semua ini?" Tanya Dean.Kapten Roger duduk kembali dikursinya dan menatap Dean, "Dengar anak muda. Kini kau akan menjadi bagian dari awak kapalku." Jawabnya yang membuat Dean terkejut.
"Tapi.. Ku kira anda akan menggunakanku sebagai alat pemuas hobimu.." Ujar Dean dengan sedikit takut. Kapten kembali tertawa mendengar Dean.
"Dean oh dear boy~ Aku melihat adanya potensi dari dirimu, makanya aku bersedia membelimu." Kapten meraih salah satu buku didepannya dan membuka buku itu pada halaman yang terdapat sebuah peta kecil. "Ini adalah peta, menuju pulau mengapung yang di tinggali salah satu raja bajak laut. Kau tau caranya kesana bukan?" Tanya sang kapten.
Dean menatap peta yang kapten tunjukkan. " Dini hari ketika kabut tebal terlihat saat kau melewati utara.. ikuti bayangan yang mengarah keselatan." Ucap Dean. Kapten Roger mengangguk paham. "Lingkaran sihir."
"Apakah itu benar benar ada??" Nada suara Dean mendadak naik. "Oh.. maafkan aku." lirihnya.
"Tak masalah, kau masih anak anak. Apa di pulau Lone tak ada hal semacam itu?" Tanya sang kapten.
"Tidak. Tepatnya aku tidak ada waktu untuk kekota. Aku sibuk dipelabuhan, dan rumahku ada diujung desa. Serta tak ada yang pernah memperlihatkannya." Jawab Dean.
"Itu membuatnya masuk akal. " Kapten lalu memberinya pena. Dean bingung dan menatap pena itu. "Untuk belajar."
Dean mengernyit dan bertanya, "Bukankah seharusnya aku bekerja disini?"
"Kau masih 11 tahun. Aku juga meragukan keahlian membaca mu, jadi tugas pertamamu itu belajar."
"Tapi kapten-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Battlefield : Ending Story
AdventureDean merupakan anak malang di jual oleh ayahnya sendiri, siapa sangka orang yang membelinya adalah seorang bajak laut yang bernama Roger Nicholas Efraim. Kapten Roger memiliki ambisi untuk mengalahkan ke 7 raja bajak laut yang menguasai lautan Avalo...