Air rebusan sup di panci nampak meletup letup karena mendidih. Ricky nampak sibuk memotong bahan untuk menu makanan lainnya. Dean membantunya dengan suasana hati yang bercampur, dimana ia sedikit terkejut atas kebrutalan bajak laut dan terkagum menyaksikan sihir untuk pertama kalinya.
Potongan daun seledri ia masukkan kedalam sup kentang jamur yang sedang mereka masak. Ricky juga nampak sibuk menumis gurita segar yang baru saja didapat. Tentu saja bahan segar dari lautan Siren lah yang membawakannya.
Selesai memasukkan bahan dan bumbu, Dean duduk di kursi menunggu sup nya matang. Ia menaruh kedua tangannya diatas meja sembari menatap Ricky dengan mata penasarannya. "Apa tadi itu sihir?" Bisik Dean yang tidak ingin terlihat begitu antusias.
Namun tetap saja ia terus bertanya walau dengan suara yang kecil, "Yang barusan itu benar benar Siren? Mermaid??" Ia lalu menggerakkan tangannya memperagakan ombak air yang membawa gentong menaiki kapal, "Ombak itu benar benar datang dan pergi dangn begitu halus, itu sungguh tidak masuk akal."
Ricky tersenyum lalu berkata, "Ya itu sihir, dan benar itu siren." Ia menyendok kuah sup nya dan mencicipinya. Ia sedikit mengangguk, "Tapi sekarang bukanlah hal yang tepat untuk membahas itu." Ricky akhinya mengambil mangkuk kososng dan mengisinya dengan sup, "Berikan ini pada gadis tadi." Dean
sedikit bingung namun tetap menerima mangkuk sup nya."Kenapa harus aku?" Tanya Dean. "Kurasa kalian itu seumuran, dan kau orang yang membuatnya tenang dan mau berbicara dengan kita. Cepat pergi kesana!" Jawab Ricky yang sembari menuntun Dean keruangan Tim.
Dengan langkah enggan, Dean menuju ruangan Tim. Semakin ia mendekat, ia mendengar percakapan kecil dari dalam sana. Tim menceritakan jika ada bukit bunga di Leoness yang begitu indah. Mungkin saja saat Estella sampai di sana, ia ingin mengunjunginya dan memberikan bunga tersebut untuk orang tuanya.
"Mhm.. Aku akan meminta tolong kepada pamanku di sana.." Lirih Estella.
Knock! Knock!
Suara ketukan pintu dari Dean menghentikan percakapan mereka, Tim mempersilahkan Dean untuk masuk. "Lady Estella, Aku akan pergi melapor kepada kapten. Dean akan menggantikanku untuk menemanimu disini." Ucap Tim. Estella mengangguk paham , "Kau adalah perampok yang baik hati Tim." Ujar Estella. Lalu Tim menimpali, "Aku seorang dokter Lady Estella." Kemudian Tim meninggalkan tempatnya.
Dean memperhatikan kepergian Tim sampai pintunya tertutup. Lalu ia segera menaruh mangkuk yang ia bawa. "Sup." Kata Dean yang begitu singkat. Estella memperhatikannya dengan seksama, Dean merasa canggung dan terus berdiri.
"Kau tak mau duduk?" Tanya Estella yang menunjuk kearah kursi.
Dean menatap kearah yang ia tunjukkan, "Oh.." tanpa menjawab dengan pasti Dean lalu duduk disana. Estella sedikit tertawa melihat tingkahnya, Dean menatapnya dengan tatapan hati hati untuk berbicara. "Akhirnya kau tersenyum." Ucap Dean yang menyadarkan Estella akan yang ia lakukan.
Ia tersenyum tipis, "Terimakasih untuk mu Dean.. Aku lega ada anak lain selain diriku disini, jadi aku bisa merasa aman.."
"Tapi aku laki laki seperti mereka."
"Kenapa? Apa ini pertama kalinya kau berbicara dengan perempuan? Aku tak mempermasalahkan itu." Bantah Estella.
Dean sedikit terdiam, "Uhh... Aku paham." sambung Estella.
Mereka terdiam sejenak sampai mereka bisa mendengar langkah kaki dan suara decitan kayu dengan jelas. Estella berinisiatif untuk memulai percakapan, "Dean.. Apa kau pernah merasa kesepian?" Tanya Estella dengan menatap kearah kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Battlefield : Ending Story
PertualanganDean merupakan anak malang di jual oleh ayahnya sendiri, siapa sangka orang yang membelinya adalah seorang bajak laut yang bernama Roger Nicholas Efraim. Kapten Roger memiliki ambisi untuk mengalahkan ke 7 raja bajak laut yang menguasai lautan Avalo...