13

2.6K 214 17
                                    

Ten mengelus pelan kepala putranya kini yang tengah tertidur. Hari ini hari yang sangat panjang bagi Ten. Ketika Ten baru saja pulang, ia mendapati Hyuck yang sudah berlumurah darah dengan pisau di perutnya, dengan panik Ten segera membawanya kerumah sakit.

Saat Hyuck sadar dan ditangani, anaknya mengamuk dan meminta untuk dibunuh saja. Mendengar hal itu Ten benar benar sedih ia tidak tau apa yang terjadi pada anaknya hingga ia memilih untuk bunuh diri seperti itu. 

Kemudia semuanya terjawab saat Mark menghampiri Ten dan menjelaskan semua. Ten benar benar sedih dan kecewa, ia tidak percaya anaknya akan diperlakukan seperti itu. 

" Pergi! dan jangan pernah kau muncul lagi di kehidupan anakku! Bajingan!"

Begitu lah bentak Ten pada Mark membuat Mark hanya bisa pasrah menyesali perbuatannya. 

.

.

.

" Donghyuck-ah...."

Hyuck tidak merespon, ia masih menatap langit dari jendela ruang inapnya.

" Papi sudah tau semuanya... maafkan papi ya nak...."

" Tidak usah menangis... ini bukan salah papi" Jawabnya dingin 

" Papi tidak marah kok apapun keputusan Hyuck...."

Air mata mengalir begitu saja dari mata Donghyuck. Beberapa saat yang lalu saat dokter menjelaskan kondisi kandunganya benar benar menyat hatinya. 

Anak ini benar benar ingin hidup

Bahkan setelah perutnya terbentur dengan sangat keras dan Hyuck yang menusuk perutnya tepat pada janin itu, janinnya masih baik baik saja bahkan tidak terluka sedikitpun. 

Hyuck tidak ingin melakukan aborsi karena ia sama saja membunuh satu nyawa, tapi Hyuck takut ketika anak ini lahir mengingatkannya dengan sosok pria yang menghancurkan hidupnya. Orang yang merusak semua mimpi mimpinya. Hyuck tidak ingin membenci anak itu, tapi ia juga tidak bisa mengontrol hatinya karena saat ini detik ini juga Hyuck ingin sekali membunuh anak ini.

" Tak apa nak... papi tidak akan marah... kalau Hycuk ingin melalukan aborsi tak apa" Ten mengelus pelan pipi Hyuck menghapus air mata di pipinya 

Hyuck hanya menggelengkan kepalanya pelan

" Kenapa? Hyuck takut?" Lagi Hyuck menggelengkan kepalanya

" Hyuck ingin membesarkannya?" Hyuck diam ia tidak tau tapi kemudian ia menggelengkan kepalanya 

" A...AKu takut..."

" Karena?"

" Aku tidak ingin membencinya.... ini bukan salahnya...ini salah ku dan ayah dari anak ini... tapi tetap saja... membayangkannya saja membuat ku jijik padanya...bagaimana jika dia selalu mengingatkan ku pada ayahnya?" Tangis Hyuck 

" Tak apa nak... tak usah takut... ada papi yang bantu Hyuck buat besarin anak ini, kita pindah ke daerah lain, pergi jauh dari sini supaya kau melupakannya hm?" Donghyuck mengangguk pelan 

" Papi...."

" Iya nak?"

" Jika suatu saat aku marah ataupun menghardiknya dan aku membawa masalah ini dan menyalahkan semuanya padanya, tolong ingatkan aku dan tampar aku ya? Aku tidak ingin dia menyalahi dirinya karena hal ini ya?" Senyum Hyuck pada Ten membuat Ten menangis dan memeluk anaknya dengan kuat

" Iya nak... iya aku akan menjaga kalian berdua... tidak akan kubiarkan lagi kalian menderita...."

Begitulah cerita bagaimana Mark menghancurkan hidup Hyuck. Hanya dari sebuah taruhan dan permainan kecil, mereka tidak menyangka akan menghancurkan hidup dan masa depan seseorang. 

....................... flashback end .................................

Mark terdiam setelah mendengar cerita dari Jeno, air matanya pun tidak berhenti mengalir. Sekarang ia mengerti kenapa setiap kali melihat Chenle ada perasaan teduh dan nyaman, karena Chenle adalah anaknya sendiri darah dagingnya. 

" Sejak saat itu pula kau menjadi murung dan tidak punya gairah sedikitpun. Dan jika kau penasaran kenapa kau meresa jijik ketika menyentuh orang lain, karena kejadian itu kau menjadi trauma, bahkan berinteraksi dengan orang kau bisa muntah" Jelas Jeno

" Dan karena kecelakaan itu, kau melupakan beberapa hal, karena tidak ingin membuat mu terpuruk seperti itu makanya aku tidak pernah membahasnya dengan mu, sedikit kesal karena bagaimana bisa kau melupakan satu pengalaman yang begitu membekas dihatimu tapi saat itu aku tidak punya pilihan lain" Sambung Jeno 

Mark mengangguk paham, kini semuanya sudah jelas, alasan Haechan pingsan dan berteriak histeris saat melihatnya, Mark sudah mengerti kesalahan dan penyesalannya.

" Mark percuma saja kau meminta maaf padanya, ini sudah belasan tahun, kau sudah menghancurkan hidupnya sebegitu jahatnya, jika kau kembali hadir dalam kehidupannya kau sama saja membuka luka lamanya"

Mark mengangguk paham sambil menahan isak tangisnya 

" Tapi tetap saja Jen.... aku tidak pernah meminta maaf dengan baik padanya... aku tidak pernah memohon ampun padanya..."

" Dia tidak akan memafkan mu Mark...."

Mark mengadahkan kepalanya menahan air matanya, Jeno benar meminta maaf? Pantaskan Mark mendapaatkan hal itu dari Donghyuck? Jangankan meminta maaf, untuk bertemu dengannya saja Mark yakin ia tidak pantas. 

Tapi tetap saja, hatinya menjanggal. Mark akui saat itu ia benar benar bajingan, tapi Mark yang sekarang sudah berubah, bahkan jika Donghyuck menyuruh Mark untuk mati sekalipun untuk menebus kesalahan yang ia perbuat Mark tidak akan masalah dengan hal itu. Tapi Mark jgua tau tidak ada satupun yang bisa ia lalukan untuk menebus kesalahannya karena kesalahan yang telah Mark buat benar benar melampaui batas. 

" Sudah lah... percuma kau meratap seperti itu karena semuanya sekarang sudah selesai... dia punya keluarganya sendiri... kau sendiri pun juga.... kalian tidak terikat oleh apapun... jadi lebih baik kau jauh jauh dari mereka... Mark aku mengingatkan mu agar kau tidak terluka untuk yang kedua kalinya"

Mark mengangguk paham, tersenyum miris pada dirinya.

.

.

.

Mark terdiam melihat sebuah map diatas meja kerjanya sedangkan Renjun sudah menunggunya disana.

" Aku ingin cerai"

" Ha?"

" Tidakkah ucapan ku jelas?"

Mark terdiam, setelah mendengar apa yang baru saja diceritakan oleh Jeno ia tidak menyangka akan mendapatkan masalah baru lagi saat pulang kerumah

" Cerai?Ta-tapi kenapa tiba tiba? Memangnya aku melakukan kesalahan apa lagi?"

" Tidak ada... aku hanya ingin cerai... aku lelah dengan ayamu dan dirimu yang selalu meminta anak anak anak dan anak padaku! Padahal dari awal aku sudah bilang pada kalian aku tidak ingin mempunyai dan mengurus anak!"

" Renjun-ah.... tidak bisakah kita bicarakan ini baik baik?"

" Bisa... karena itu tanda tangai saja surat itu maka semuanya selesai!"

Mark benar benar kecewa... sekarang ia mengerti tuhan sedang menghukumnya. Mark yang begitu tulus mencintai Renjun, ternyata Renjun hanya memanfaatkan kekayaan dirinya. Dulu Mark ingin membunuh anaknya, dan sekarang tuhan menghukumnya dengan Renjun yang mengaborsi anaknya dan Mark benar benar menyesal karena hal itu. 

" Baiklah...."

" Huh?"

" Iya... jika itu mau mu baiklah.... aku tidak akan membantah"

Mark sudah kehilangan harapan, ia berfikir Renjun akan mendukungnya disaat ia terpuruk, tapi ternyata jangankan mendukungnya, kini ia bahkan dicampakkan. Dan Mark hanya bisa menerima hukuman yang tengah diberikan tuhan untuknya.

[COMPLETED] DAD || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang