Chenle sedikit berlari menuju gerbang sekolah ketika menyadari sosok yang tengah berdiri di depan gerbang sekolahnya.
" Paman?"
Mark membalikkan badannya ketika merasakan pundaknya di tepuk pelan.
" Hai... "
" Uhm... apa yang paman lakukan di sini ?"
" Hmm aku kebetulan lewat ke daerah sini, dan yaa aku hanya sedikit rindu dengan sekolah ku" Jelas Mark
" Hmmm... baiklah kalau begitu aku permisi ya paman"
" Chenle-ya tunggu!"
Mark menahan lengan Chenle
" Kau sudah makan siang?" Tanya Mark lagi
" Hmm belum kenapa paman?"
" Bisa temani paman?"
" Baiklah..."
Mark sedikit tesenyum melihat Chenle yang terkagum-kagum melihat makanan yang satu persatu tertata di meja makan mereka.
" Whoa.... aku boleh memakan ini semua paman?"
" Eung... kalau kau mau menu lain juga tak masalah" Senyum Mark
" Ini sudah lebih dari cukup paman, terimakasih..."
Mark hanya tersenyum tipis, entah kenapa melihat Chenle yang mulai melahap makanannya membuatnya benar benar bahagia. Layaknya seorang ayah yang melihat anaknya.
" Paman ingin menanyakan apa ? Tanyakan saja...."
Mark tersenyum malu, anak ini cukup cerdas ternyata.
Andai dia anak ku, kami pasti sudah mendebatkan banyak hal....
" Paman?"
Tanya Chenle pasalnya Mark tidak meresponnya.
"Maaf aku terkesan tidak sopan...ini tentang papamu yang panik beberapa hari yang lalu..."
Chenle menghentikan kegiatannya, kemudian menatap Mark dengan sedikit memohon
" Apa paman akan memecatnya setelah melihat kejadian waktu itu? Kumohon jangan pecat papaku, aku akan menjaganya, aku akan pastikan dia tidak merugikan di kan-"
" Chenle...."
Mark tersenyum tipis dan mengelus kepala Chenle sambil terkekeh pelan
" Tidak... kenapa kau berfikiran seperti itu?"
" Habisnya paman bilang paman direktur MS Entertaiment, dan kemarin lusa papa lulus dan bisa bekerja disana. Jadi kufikir paman memecat papaku karena tidak ingin ada karyawan yang memiliki isu kesehatan mental...." Jelas Chenle yang semakin lama suaranya melambat
" Tidak kok... aku hanya ingin tau keadaan mu"
" Huh?"
" Iya... uhm itu aku ingin tau...ee.. maaf terkesan tidak sopan, apa papa mu ketika panik selalu menyerangmu? Apa hanya ada kalian berdua di rumah? Ketika papa mu panik apa kau selalu dicekik seperti itu? La-"
Mark tidak melanjutkan kalimatnya pasalnya Chenle tiba tiba menitikkan air matanya.
" Hiks.. maaf paman... terimakasih sudah mengkhawatirkan ku... aku baik baik saja"
Jujur saja Chenle memang sedikit kesepian semenjak kematian kakeknya. Chenle benar benar kehilangan sosok ayah, bahkan sedari kecil Chenle tidak bisa merasakannya. Menjaga papanya seorang diri terkadang membuatnya lupa bahwa dirinya juga masih kecil dan butuh perlindungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] DAD || Markhyuck
أدب الهواةAku.... Sangat membencinya. Jika tuhan mengizinkan ku untuk membunuh orang, maka sejak pertama kali aku bertemu dengannya aku akan membunuhnya. Seolah mendengar doa ku, tuhan menghukumnya. Memberikan balasan yang amat pedih sampai diriku tidak tega...