Last

4.8K 315 101
                                    

Chenle menatap Mark lurus. Mark sudah sadar sejak 2 minggu yang lalu tapi Chenle baru memberanikan diri untuk melihat orang yang ternyata adalah ayahnya itu. Chenle berfikir ketika pria itu bangun dan sadar, Chenle dapat meluapkan kekesalannya, menanyakan alasan kenapa sosok yang begitu baik dimatanya saat ini ternyata hanyalah seorang bajingan. Chenle ingin menanyakan semuanya, kenapa ayahnya itu begitu tega meninggalkan papinya seorang diri. Tapi semua itu sirnah, percuma saja Chenle menanyakan kepada ayahnya, percuma saja Chenle menanyakan apakah ayahnya itu menyesal atau tidak, karena siapa sangka karena kejadian itu 

Mark menjadi gila

Chenle tidak tau apa yang terjadi pada dirinya, melihat mata Mark yang kosong dan tapapannya yang liar membuat Chenle menjadi tidak tega. Tapi bukankah ini balasan yang sangat tepat untuk ayahnya itu? Entahlah Chenle juga tidak mengerti saat ini ia ingin marah, menangis bahkan memeluk orang itu, tapi tidak satupun yang bisa Chenle ekspresikan.

Dokter mengatakan bahwa kepala Mark menghantam tanah cukup keras bahkan hampir saja mati otak. Kemudian dalam kedaan koma, seolah otaknya memaksanya untuk mempertahankan beberapa memori sehingga membuat fungsi kerja otaknya tidak bekerja dengan baik dan terganggu, terlebih lagi disaat kepalanya terbentur, secara psikologis mentalnya sudah sakit duluan karena itu bangun bangun dari koma kejiwannya terganggu. 

Melihat Chenle yang kebingungan seperti itu membuat Jeno sedikit iba dan khawatir, Jeno tau Chenle pasti sangat terpukul dan sakit hati pada Mark setelah fakta yang dia temukan. Tapi Jeno juga tau sebagai seorang anak, Chenle pasti sedih melihat Mark berakhir seperi itu, terlebih lagi selama ini bagi Chenle, Mark adalah orang yang baik. 

" Jika kau belum mau mengunjunginya tidak apa apa.... "

Chenle masih terdiam tanpa menanggapi ucapan Jeno. Matanya masih manatap ayahnya itu penuh arti..

marah, kesal, benci, hina, jijik, sedih, iba, khawatir..

semuanya terpancar dalam tapapan Chenle. 

" Tidak... Tidak...Maafkan aku....Maaf"

Mark tiba tiba menutup kedua telinganya, menggelengkan kepalanya panik dengan tatapan mata liar dan terlihat ketakutan. Mark semakin membawa tubuhnya ke sandaran tempat tidur bahkan tubuhnya bergetar hebat. 

Melihat hal itu Chenle dengan segera menuju Mark, menarik krah baju Mark dan hendak melayangkan tinjunya pada Mark. Tapi melihat Mark yang hanya menatapnya kosong dan ketakutan membuat Chenle tidak tega. 

" Hyuck? Hehe... Donghyuck-ah...."

Senyum Mark kala melihat Chenle 

Chenle menghela nafasnya kasar, dadanya begitu sesak, kini pria itu tersenyum padanya Chenle ini marah, tapi hatinya juga tidak kuat untuk marahi pria itu. Akhirnya Chenle hanya bisa menangis. Menundukkan wajahnya sambil memukul mukul pelan dada Mark. 

" Tidak.... Jangan... tidak...maafkan aku... Maafkan aku... Jangan menangis"

Melihat Chenle yang menangis Mark dengan panik menggesekkkan kedua telapak tangannya layaknya orang memohon. 

" Hyuck-ah... Maafkan aku... Maafkan aku...."

Tangis Chenle pun semakin pecah. Rasanya sangat sakit.

" Hiks... Kau membunuhnya.... Kau membunuhnya sialan...." Tangis Chenle masih memukul pelan dada Mark. 

" Maafkan aku...Maaf...."

" BERHENTI MEMINTA MAAF!" Bentak Chenle 

" Karna kau aku membunuhnya brengsek! Bajingan! Kembalikan papa ku!"

Mark masih menggelengkan kepalanya seolah tidak terima dengan ucapan Chenle

" Hyuck-ah... Donghyuck.. tidak... dia.. tidak"

[COMPLETED] DAD || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang