HAPPY READING
.
.
.
Kunci motor bergantung tiga teddy bear terlihat berputar tak henti diantara jari telunjuk Valin yang kini juga sedang sibuk memandangi putarannya. Sejak kemarin malam kegiatannya hanya berputar disekitaran melamun dan melamun.
"Lo masih kepikiran sama DM kemarin?" Rindu bertanya setelah sebelumnya menepuk pelan Pundak Valin untuk menyadarkannya.
Valin menganggukkan kepala sebagai jawaban. "Gue bingung Ndu, sekarang gue harus apa?" Valin kembali menjatuhkan tubuhnya diatas meja, tak memperdulikan keadaan kelas yang ramai yang biasanya dipenuhi dengan kegiatan menggabut Valin yang amat estetik.
"Heh Valin! Tumbenan amat lo gak bertenaga, belum sarapan ya?" Saipul, salah satu teman hebohnya itu berseru dari ujung kelas. "Gue lagi gak bisa diganggu Pul!"
"Kenapa lo?"
"Jangan tanya! Pokoknya jangan!" Valin berseru kencang sembari bangkit dari posisinya yang sebetulnya sudah cukup nyaman. Tanpa basa basi, gadis itu berlalu meninggalkan Rindu yang menatap punggungnya hingga menghilang diantara pintu.
Sepanjang jalan Valin hanya melangkah tak tentu arah dengan tubuh lemas yang terlihat hampir seperti setengah membungkuk saking tidak bersemangatnya. Akhirnya pilihannya jatuh pada toilet perempuan yang lokasinya tak jauh dari kelas Rindu.
Satu menit
Lima menit
Dua puluh menit
Bahkan kini terhitung jika Valin sudah berdiam diri di toilet hampir selama setengah jam tanpa melakukan aktivitas lain selain melamun. Ini adalah salah satu hal yang sangat dibencinya, menentukan pilihan. Mungkin akan baik jika pilihan yang dimilikinya lebih simple dengan resiko yang lebih kecil, tapi tolong kenapa dirinya harus memilih antara menjadi anak baik atau menjadi anak yang berjuang demi mimpinya.
Tok tok
"Ada orang di dalam?" Ketukan pintu dari luar kembali mengambil alih kesadarannya.
"Ya, sebentar."
Valin bangkit dari posisi semedinya, membuka kunci kamar mandi dan bergerak menuju cermin besar sembari mencuci tangannya. Menatap pantulan wajahnya di cermin, dan mengangguk pelan. Siang ini dirinya harus berbicara pada maminya yang superior, semoga saja ada ilham yang mendatangi maminya dan berujung memberinya izin mencoba.
.
Seperti rencananya pagi tadi, sekarang Valin tengah mempersiapkan dirinya terutama mentalnya untuk berbincang dengan maminya yang kini terlihat bersantai menikmati tayangan televisi yang sebetulnya tak bisa diangap santai karena tampilan layar menunjukkan debat para mentri yang entah tengah membicarakan apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't U Know I Am A SAVAGE
Teen Fiction"Bewan kok bawa kawan." Receh gadis yang terlihat sibuk menggerakkan jarinya diatas layar sentuh ponselnya. "Cieee, kalah mekanik ya." Lanjut gadis itu. INI ADALAH CERITA FIKSI PENDEK KARANGAN EMPRESSIN JANGAN OVER-EXPECTATION