ii

81 13 0
                                    


-Keluarga Baru-


Berkali-kali lelaki berahang tegas itu menghela nafas. Kondisi keluarganya sedang tidak baik-baik saja, jadi sekarang lelaki itu bersandar pada kursi di atas atap kamarnya. Dia kesini untuk merilekskan diri dan menghindari sang ayah. Entah apa yang direncanakan ayahnya, yang pasti firasatnya lumayan buruk. Kehidupannya mungkin tidak akan baik-baik saja seperti dulu.

Lelaki bersurai pirang itu melangkahkan kakinya ke bawah, menuju kamar milik seorang gadis yang tak lain adalah adik kandungnya.

Ketukan terdengar saat tangannya menyentuh bilik pintu kayu ber-cat merah hati. Tak lama pintu pun terbuka menghadirkan seorang gadis dengan rambut blondenya yang tergerai berantakan. Dapat disimpulkan gadis itu baru bangun tidur siang.

"Ada apa?" tanyanya setengah sadar.

"Ikut kakak yuk," ajak sang lelaki membuat si empu yang diajak mengerutkan dahi.

"Ikut kemana?" balasnya dengan suara serak.

"Jalan-jalan aja. Nyegerin otak sebelum uts."

Si gadis belum memberi jawaban, dia malah diam dengan mata terpejam dan tubuhnya dibiarkan bersandar di belakang pintu.

Secara tiba-tiba gadis itu tersentak saat sang kakak menariknya masuk dan menutup pintu.

"Mandi dulu sana, siap-siap. Kalo lama kakak tinggalin," desaknya lalu merebahkan diri di atas kasur empuk milik si bungsu.

"Ngantuk, Kak," rengek si gadis.

"Abhiya Janeta, jangan sampai kakak yang mandiin kamu," ancamnya yang membuat si pemilik nama mendengus.

"Kakak tunggu di ruang tamu aja, entar ngintip lagi."

Kenan merutuki adiknya itu, "Gabut banget sampe ngintipin orang mandi," tuturnya lalu keluar kamar.

.

"Ken."

Kenan yang sedang main game melirik sang empu pemanggil, lalu dia kembali lagi ke ponselnya menghiraukan tatapan tajam sang ayah.

"Ken," panggilnya lagi.

Kenan berdecak. "Apa sih," ketusnya.

Victo menghela nafas melihat anaknya itu. Dia berjalan mendekati Kenan dan duduk di sebelahnya.

"Nanti malam bakalan ada tamu, jangan lupa beri tahu kedua saudarimu, ya. Ayah ada urusan mendesak," ujar Victo menghentikan kegiatan Kenan.

Melirik ke arah samping, Kenan menghirup aroma asing di tubuh Victo. Sontak ia menutup hidungnya. "Yaudah, pergi aja." Kenan beralih tempat duduk menjauhi Victo lalu fokus pada ponselnya lagi.

Melihat respon tak mengenakan yang didapatnya membuat Victo sedikit geram. "Lain kali kamu nggak boleh gitu, Ken. Nggak sopan," tuturnya lalu berlalu meninggalkan rumah.

Kenan terkekeh geli. "Lah, bodo," monolognya nanar.

"Kak Lea nggak ikut?"

Suara Abhiya memecahkan atensi Kenan, ia melirik adiknya yang mengenakan celana jeans dipadukan dengan cardigan rajut dan menenteng tas kecil. "Kak Lea sibuk kuliah," jawab Kenan.

"Bukannya ini hari libur?" Kerutan nampak di dahi Abhiya dengan alis terangkat.

"Nggak tahu. Katanya sih gitu, ngerjain tugas. Udahlah, yuk." Kenan bangkit dari duduknya mendekati pintu diikuti Abhiya.

.

Tujuan Kenan adalah sebuah kafe milik orang tua sahabatnya yang baru dibuka kemarin. Kafe bernuansa vintage modern itu terpampang dengan papan nama bertuliskan 'Momènt of Café'.

ANY • MORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang