Bab 5 : Don't Look At Us!!!

28.6K 138 19
                                    

Ela berjalan lemas menuju sofa di mana Kevin tergeletak di sana, Kevin sudah pindah tidurnya, ia memilih tidur di lantai karena gerah, padahal ac kunyalakan. Lalu menyusul Ajeng. Kami semua menyemangatinya, namun Ajeng dengan wajah kesal mengacungkan jari tengahmya ke arah kami. Aku terkekeh. Begitu juga dengan yang lain.
"Aku memang sedikit kurang setuju adanya lesbong di sini, tapi melihat dua mahkluk imut di sekolah ini show off, kayaknya menarik!" Sahut Jasmine.
"Kalau kau kurang setuju, lantas aku apa?" Sungut Ajeng. "Untung dengan bu ketua!"
Ajeng lantas menindih tubuh Ela yang mungil itu. Ela terkejut dan hendak berkata sesuatu namun bibirnya yang mungil sudah dicumbu ganas oleh Ajeng. Ela menutup matanya.
"Ternyata belok juga si Ajeng." Nike menahan tawanya.
Di mataku kini dua gadis loli dengan wajah imut yang saling bersaing satu sama lain dan tubuh spek bidadari terpampang langka di hadapan kami. Para lelaki brengsek di sini seperti disuguhkan tontonan vip yang mungkin takkan mereka lihat seumur hidup.
Ela yang sedari tadi menahan serangan Ajeng kini berubah memberikan perlawanan, seketika wajahnya memerah terangsamg hebat saat Ajeng terus menghisap bibir mungil Ela. Tubuh mereka bergesekan, terutama tubuh bagian bawah saling menggesek satu sama lain.
Erangan mereka yang syahdu membuat libido kami terganggu. Aku mendengar jelas bahwa vagina mereka saling menggesek seperti adu kesaktian.
"Mmmh muucchh mmmhh!!"
Sungguh aku tak tahan, ingin rasanya aku berlari ke kamar menubruk Mochi dan bercinta dengannya, namun aku harus bersikap profesional. Ini permaiananku dan aku tak boleh terjebak sendiri.
Aku perhatikan yang lain. Puspa terlihat gelisah, Jasmine terpana, Nike menggigit bibirnya, Lina malah seperti biasa memandang lekat-lekat dua loli bugil di hadapannya. Para anak lelaki? Jangan ditanya tongkat mereka lurus tegak dan mata mereka melotot tak sopan.
Ajeng mulai turun. Lidahnya yang mungil namun meliuk-liuk liar itu mulai menyentuh telinga Ela. Dan ...
"Aaahh!!! Ssshh!!" Bibir Ela yang mungil itu mendesah. Kami yang mendengarnya seperti kena serangan mendadak.
Ajeng semakin liat memasukkan lidahnya ke telinga Ela, lalu bibirnya menggigit perlahan telinga bu ketua itu, kemudian menghisapnya perlahan.
"Aaahhhh aaahh!!" Astaga suara Ela buat kami candu. Ajeng menyiksa telinga Ela kurang lebih 10 menit dan itu membuat Ela sudah tak berdaya. Tak ada yang bersuara saat dua mahkluk mungil itu bersenggama. Hanya suara pembangkit nafsu dan erangan nista dari mulut keduanya.

SLUuURRPppH!

Ahh shit! Suara jilatan Ajeng buat kami oleng seoleng-olengnya. Vaginaku berdenyut-denyut. Keringat mulai menetes dari pelipisku. Jantung berdebar. Apa perlu aku sudahi permainan mereka? Oh tidak!

Lidah Ajeng kini sudah menjelajahi leher jenjang Ela. Mata sayu Ela merem melek merasakan kenikmatan dari jilatan Ajeng. Teringat aku pernah oleng karena Mochi menjilat gemas leherku saat kami mandi bersama.

Mmmuchh sluuurrph!!

"Aaahh! Ajeengghh aaahh ssshh!!" Erangan laknat itu semakin jelas terdengar di telingaku, kuremas samar vaginaku agar ia tak semakin meronta-ronta untuk disentuh.

Dan kini tibalah lidah sialan itu menuju puting Ela yang kaku, jilatannya semakin ganas di puting Ela, tangan Ajeng mulai bergerilya, meremas payudara mungil Ela yang tak terlalu besar itu namun membentuk sebuah bola yang sempurna bulatnya, aku ingin ikut meremasnya namun lagi-lagi aku hanyalah penonton.

Mmuucchh mmoochh slluurrph !!

"Aaahhh sshhh ohhh!"
Jilatan gairah itu terus menghajar puting dan dada Ela hingga 15 menit lamanya, dada Ela basah oleh liur Ajeng. Karena dengan ganasnya Ajeng tak membiarkan Ela berhenti mabuk kepayang.

Ajeng mulai turun ke perut. Dadaku berdetak kencang. Ahh ini dia! Hal yang kutunggu. Vagina Ela!
Namun ... sesuatu terjadi.
"Wait! Wait!" Ajeng menghentikan aksinya. Ia menarik wajahnya dari selangkangan Ela. Lalu Ajeng menatapku. "Cherry! Bantu aku!" Pinta Ajeng.
"Ada apa?" Aku sedikit kesal karena Ajeng menghentikan permainan, sedangkan Ela ngos-ngosan dan terlihat tak terima permainan dihentikan.
"Aku minta seseorang mencukur habis bulu kemaluan Ela. Aku ingin dia merasakan lidahku tanpa perantara." Pintanya tanpa menggubris Ela yang protes hebat. Aku lantas menolehkan pandangan ke arah teman lelaki.

Naked BirthdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang