"Kak Iqbal".
Bibirnya mengukir senyuman. Salsa tak pernah menyangka akan bertemu dengan Iqbal disini. Di tempat yang, ah, entahlah.
" Yup! I'm Iqbal, masih ingat? ".
" Masih.... ".
Tak mungkin Salsa melupakan Iqbal. Sahabat nya sejak kecil. Sejak Salsa menduduki bangku sekolah dasar. Iqbal selalu bersamanya saat ia masih kecil. Namun, semua itu berubah saat Iqbal menginjak usia 12 tahun. Dimana ia menduduki bangku sekolah menengah pertama. Sejak saat itu, Iqbal dan Salsa berpisah. Tak ada yang diketahui oleh Salsa tentang Iqbal. Kecuali satu, sebuah kabar bahwa Iqbal pindah rumah.
"Hei... ". Iqbal memecah lamunan Salsa. Lamunan tentang dirinya.
" Eh—".
"Lamunin apa, sih? ". Tanya Iqbal.
"Enggak, gak ada". Jawab Salsa.
Iqbal mengambil satu persatu buku-buku yang berserakan di lantai. Yang dibantu oleh Salsa.
" Maaf... ". Lirih Salsa. Iqbal yang mendengarnya pun mendongak lantas tersenyum.
"Nggak papa".
Iqbal tidak mengatakan 'kok bisa gini, sih? ', 'kamu kok ceroboh, sih? ', 'kok bisa nabrak lemari, sih?', dan mungkin 'sih-sih' lainnya. Karena Iqbal tau, ini adalah salahnya, bukan salah Salsa.
" Makasih... ". Ucap Salsa pelan.
" Untuk? ".
Salsa speechless. Ia tak tau mau ngomong apa. Tangan kanannya menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.
" Untuk..... ".
" Untuk apa? ".
"Untuk, semuanya". Jawab Salsa asal.
" Semuanya? Emang aku ngapain? ".
Ah, Salsa dibuat ga jelas oleh Iqbal. Salsa, sih... Penyebabnya. Terlalu OP dalam berbicara. Hingga ia tak tau apa yang dibicarakan.
" Ah, entahlah ". Ucap Salsa mengakhiri percakapan.
Iqbal tersenyum singkat. Ternyata tak ada yang berubah dari sikap Salsa nya. Ups, bahkan ia mengklaim Salsa miliknya. Hei... Mereka sahabat, bukan?, meskipun mereka sahabat, tak seharusnya Iqbal asal klaim.
Salsa kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda gara-gara 'hantu ganteng'. Entah mengapa Salsa menganggap nya begitu. Matanya fokus membaca satu persatu judul buku yang berada di rak. Tak ada satu pun buku yang menarik perhatiannya.
"Kamu lagi cari apa, sih? Kok dari tadi gak jumpa".
" Cari buku, kak".
"Oh..".
Merasa bosan, Iqbal memilih mengekori Salsa. Sekaligus mencari-cari buku yang mungkin berfaedah. Toh, tujuan ia kemari, untuk mencari buku, bukan?.
" Kakak ngapain? ". Tanya Salsa yang merasa di ekori oleh Iqbal.
" Cari cicak". Ucap Iqbal dengan senyum smirk nya yang, sungguh sangat mematikan.
Mata Salsa membulat. Mendengar kata 'cicak', membuat Salsa gemetaran.
"C-cicak? ". Seakan Salsa tak percaya.
" B-buat apa? "." Buat kamu lah, kamu kan, suka cicak".
Tidak. Sama sekali tidak. Ucapan Iqbal 180° dari realita. Salsa adalah seorang yang phobia dengan cicak. Jangankan cicaknya, melihat telur cicak yang pecah pun membuat Salsa mual.
"Kak, plis..... Jangan". Mata Salsa mulai berkaca-kaca.
" Kenapa? ".
" Kak.... K-kakak nyebelin! Kok kakak gak berubah?! Masih kayak dulu, Suka banget jailin aku".
KAMU SEDANG MEMBACA
Salsa And The Handsome Ghost
RomanceSinopsis : hadirnya teman kecil salsa, membuat hari-hari nya menjadi berwarna. Warna yang baru. Namun, semuanya berubah saat masa lalu mereka yang berubah. Antara bertahan dan saling melepaskan. Tentang cinta, persahabatan, dan masa lalu yang mer...