Love in The Air : 15

1.1K 238 38
                                    

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Porsche Macan hitam milik Seulgi melesat membelah jalanan kota Seoul dengan kecepatan yang membuat sosok di bangku samping pengemudi menyeringai sembari mendekap lengannya tenang. Sesekali ia melirik wanita yang sangat bahagia menyetir mobil mewahnya itu. Seulgi terkekeh mendengar dan melihat raut antusias Sunmi saat menyetir mobilnya.

"Kau harus mencoba jalanan di Kanada supaya bisa lebih puas mengebut." tutur Seulgi ketika pandangannya kembali fokus ke arah jalanan.

Sunmi tak ingin menjawab itu karena ia lebih memilih memacu adrenalinnya dengan menginjak gas lebih dalam. Mobil yang sungguh kokoh sehingga kecepatan seratus kilometer perjam lebih pun tak membuatnya goyah sedikitpun.

"Hey, kau tau kadang aku membayangkan sebuah kecelakaan besar sehingga aku bisa pergi menyusul mendiang istriku daripada harus pusing di dunia."

Tiba-tiba Sunmi menginjak rem dan menepi dengan alhasil guncangan yang cukup keras membuat Seulgi harus meregangkan kakinya ke depan dan tangannya pun menahan tubuhnya di dashboard.

Seulgi menatap Sunmi yang mendengus ke arahnya, "Aku hanya bercanda."

"Tidak, tidak. Aku masih muda dan belum pernah menikah. Kau pikir aku mau untuk bunuh diri bersamamu? Aku tau kau kaya raya, tapi meninggal bersamamu bukanlah sebuah prestasi. Oh, yang benar saja."

Suara tawa Seulgi menggema di dalam mobil yang kini terparkir di samping trotoar itu. Mereka mengundang perhatian para pejalan kaki yang mungkin cukup kagum memperhatikan mobil Seulgi. Saat Sunmi masih menampakkan wajah paniknya, Seulgi mulai berhenti tertawa dan memberinya pandangan hangat.

"Maaf. Aku hanya bercanda." ia menerawang ke depan, melihat lampu hijau muncul pada plang lampu lalu lintas beberapa meter di depan. "Aku masih perlu memperbaiki banyak hal sebelum hidupku lebih buruk dari sekarang."

Kali ini Sunmi yang tertawa, "Kau bicara seolah-olah duniamu lenyap hari ini Tuan Pilot."

"Kau benar."

Mereka berdua saling bertukar pandang. Sunmi bisa mengartikan tatapan sendu Seulgi. Dia bisa merasakan kesedihan yang cukup mendalam.

"Belum berbaikan dengan pacarmu?"

"Kesempatanku kecil. Dia masih muda dan sangat menawan, siapapun dapat ia pilih dengan mata tertutup."

Sosok yang duduk di bangku kemudi itu tertawa kecut, "Lalu kau apa? Seorang janda atau duda yang punya real estate dan harta tidak terhitung. Profesimu adalah salah satu profesi pasangan idaman bagi setiap wanita di dunia."

Senyum tipis Seulgi terukir di bibirnya yang kemerahan. Ia memberi isyarat dengan gerakan tangannya untuk menyuruh Sunmi kembali menyetir. Mereka harus segera pergi untuk mencari hal-hal yang diinginkan oleh Sunmi sebagai hadiah balas budi.

Love in The AirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang