Waktu telah hampir tengah malam, di Shanghai. Pesawat mendarat tepat sebelum salju mulai turun. Kemungkinan penerbangan lanjutan menuju Kanada akan tertunda hingga besok pagi untuk menghindari resiko buruk dalam penerbangan.
Cuaca musim dingin di Shanghai cukup menembus kulit. Seulgi turun dari pesawat bersama Jackson di belakangnya saat beberapa pramugari mengikuti mereka dari belakang. Irene adalah salah satunya, melangkah hati-hati dengan kepala tertunduk sambil sesekali mencuri pandang pada punggung tegap Seulgi di depan langkahnya.
"Aku serius dengan pembicaraanku tadi, Kang Seulgi." Jackson mempercepat langkahnya saat Seulgi mencoba menghindar terus-menerus.
"Tentu saja aku juga memikirkan hal itu sebagai hal serius. Aku tidak bodoh, Jack. Dan bisa tolong bicarakan tentang ini saat tak ada 'dia' di sekitar kita? Ini sungguh tidak nyaman."
Jackson berdecak melihat Seulgi yang bertingkah seperti seorang pencuri ketahuan ketika Irene berjarak hanya beberapa langkah di belakang mereka.
"Apa sih masalahmu? Kau menyukainya kan? Cukup kau ajak saja lah dia untuk kencan. Ungkapkan perasaanmu. Beli cincin lalu ajak dia menikah."
Sesederhana itu penuturan Jackson, namun Seulgi penat mendengarnya. Menurutnya ini bukan hanya mengenai kencan lalu menikah, dirinya merasa sangat bersalah dan brengsek. Mana mungkin dirinya semudah itu untuk mengajak Irene ke jenjang seserius itu bila saja Irene sendiri tak menginginkannya?
"Oh, ayolah Kang Seulgi? Kau adalah seorang maketh manner terbaik yang pernah kukenal dan selalu menjaga sikapmu pada para wanita untuk tidak berbuat sembarangan pada mereka. Kemudian beberapa waktu lalu aku mendengar ceritamu yang se-ekstrim itu. Kau kehilangan sikap sopan santunmu dan juga sikap gentle-mu. Kau tak bertindak apa pun setelah semuanya?"
Dengan otaknya yang memanas, Seulgi berbalik badan lalu menunjukkan wajah yang sangat tidak bersahabat pada Jackson untuk pertama kali sejak pertemuan mereka.
"Bisakah kau berhenti ikut campur? Aku lelah mendengarmu bicara!" Seulgi membentak Jackson, di depan semua awak pesawat.
Semua melihat itu. Saat Seulgi memperlihatkan sebuah wajah dengan alis yang saling bertautan dan giginya mengerat. Seulgi menunjukkan wajah marahnya yang menyeramkan.
"Baik kalau begitu. Aku tak akan bicara lagi." Jackson membalasnya dengan nada bicara yang tak kalah ketus.
Mereka berdua saling memandang dengan tatapan sengit sejenak sebelum Jackson berlalu meninggalkan Seulgi sambil mendengus.
Beberapa orang yang mematung melihat pertengkaran itu mulai bingung harus bertindak bagaimana. Jackson dan Seulgi adalah partner kerja antara pilot dan co-pilot yang paling dekat dibanding lainnya. Seolah mereka mempunyai dunianya sendiri saat sedang bekerja maupun di bandara.
Melihat keduanya bersikap acuh satu sama lain, membuat semua orang resah karenanya.
Irene pun adalah salah satu orang yang melihat pertengkaran tadi meski ia tidak mendengar jelas hal apa yang diributkan oleh sepasang sahabat itu. Dia ikut resah saat melihat Seulgi selalu sendiri tanpa Jackson sepanjang waktu. Seulgi adalah pilot yang tidak begitu dekat dengan awak pesawatnya. Dimana pun, ia hanya akan selalu sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in The Air
Fanfiction"Cinta diciptakan di bumi. Aku, Kang Seulgi. Akan mengutarakannya padamu di atas langit ini. Sebab kau adalah malaikat dari langit, Bae Joohyun. Aku mencintaimu."