3

157 10 0
                                    

Kini Jaemin tersentak untuk yang kedua kalinya.

"Bisakah kalian berhenti mengaget-".

Saat berbalik, tatapanya itu beradu dengan netra yang Jaemin tunggu. Rasanya Jaemin ingin mendekap seorang didepannya, dia rindu, sungguh. Dia merindukan Jeno yang barusan mengagetkannya.

"Ah maafkan aku pangeran, aku tak bermaksud". Jeno menunduk, meminta maaf dengan tulus.

"Tidak apa.. Kukira tadi.. Haechan ya Haechan..". Jaemin merutuki dirinya sendiri yang kenapa tiba-tiba menjadi gagap didepan seorang yang begitu tampan malam ini.

"Apa kau ingin masuk sekarang? Seluruh keluarga tengah menunggu tokoh utama malam ini". Kata Jeno sambil mengulas senyum.

Tapi bagi Jaemin tokoh utama malam itu adalah kehadiran Jeno.

••

Desas desus dari seluruh tamu dan keluarga yang menunggu di gedung utama itu terjadi ketika Pangeran Jaemin dan calon pimpinan Jeno masuk beriringan. Seluruh pasang mata yang melihat terpesona sekali dengan kedua orang itu.

Pangeran Jaemin terlihat begitu berwibawa walau wajah cantiknya tengah terpancar malam itu. Sedangkan calon pimpinan Jeno tersenyum dengan gagah, wajah tampannya memang tak pernah gagal memikat hati siapapun. Kalau Jaemin tau ia pasti akan senang sekali ketika tak sedikit yang melihat menganggap mereka memiliki hubungan khusus yang sudah terjalin.

Acara inti berlangsung khidmat, mengucap syukur dan berdoa telah mereka lakukan yang langsung dipimpin oleh Raja Na.

Jaemin sesungguhnya tidak fokus kala itu, ingatkan dia untuk meminta maaf setelahnya pada Dewa dan Dewi. Wajah Jeno yang berada tepat di barisan depan tak pernah luput dari penglihatannya.

"Pangeran Jaemin, nikmatilah acara ini. Ikutilah acara hingga akhir, Aku tidak mau melihatmu sudah tertidur bahkan belum ada satupun tamu yang pulang". Ucapan Raja Na bukan berarti tidak berdasar, tahun lalu Jaemin benar-benar melakukannya. Tidur dihari yang diciptakan semeriah mungkin hanya untuknya.

"Baik Raja".

Jaemin menghela nafas kasar setelah Raja pergi kembali disibukan dengan para tamu. Sekarang Jaemin harus berbuat apa? Dia tak melihat sosok Haechan sedari tadi. Menyebalkan, itu berarti tak ada yang bisa ia ajak mengobrol untuk menghilangkan kantuknya.

"Mau kutemani?". Pertanyaan itu sukses membuat seluruh kantuk Jaemin seketika menguap dan hilang. Siapa yang tidak akan senang jika diajak oleh sang penakluk hati.

Tentu saja tuan , aku menunggumu dari tahun-tahun yang lalu.

"Tidak perlu, mungkin calon pimpinan Jeno lebih memiliki kesibukan penting yang lain daripada harus menemaniku". Bohong, Jaemin bohong.

"Bukankah kau ingin pergi keluar istana?".

"Itu sudah menjadi permintaanku di tahun-tahun yang lalu. Tidak akan ada yang bisa mengabulkannya Jeno-si".

"Jika aku sudah meminta izin pada yang mulia Raja untuk menculik Pangerannya menuju luar, apa kau percaya?".

Dia gila, aku semakin menyukainya.

"Aku ragu hal itu bisa terjadi". Jawab Jaemin yang sebenarnya benar-benar gugup namun memasang wajah yang dibuat tegas dan dingin..

Saat itu Jeno hanya tersenyum lantas mengangguk. Dia melihat orang-orang disekitar seperti mencari sesuatu, membuat Jaemin mengikuti arah pandang yang Jeno maksud.

Dan sesuatu yang Jeno maksud adalah sang Raja.

Ketika tatapan mereka bertemu, Jeno memberi hormat seperti biasa. Tapi Jaemin benar-benar terkejut ketika melihat bahwa respon sang Raja malah mengangguk dan membuat gerak bibir yang setelahnya membuat Jaemin terkagum dengan lelaki disebelahnya ini.

The QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang