Jeno sama sekali tidak mengindahkan setiap permohon yang Shotaro lontarkan sedari tadi. Pria itu malah melangkah mendekati tubuh Jaemin yang berdiri dengan nafas terengah seperti tengah berusaha menahan setiap kekuatannya yang meronta keluar.
"Hentikan". Jeno mengeluarkan suara alpha tone nya dengan feromon yang membuat Shotaro sangat amat ketakutan juga membuat tubuhnya menjadi limbung, hingga tabib terpaksa menjauhkan Shotaro dari mereka berdua.
Jeno sendiri tak tau efek dari suara alpha tone miliknya akan berpengaruh atau tidak terhadap Jaemin. Tapi wolf nya terus saja berbicara pada Jeno bahwa itu sangat berpengaruh.
Sedangkan disana Jaemin mulai kelelahan, terlihat dari keringat yang mulai bercucuran walau dia sendiri sebenarnya tengah mengeluarkan salju disekitarnya yang dingin.
"Jaemin Hentikan!!". Saat itu warna iris mata Jeno terus berganti dengan wolfnya -Juna- menjadi warna merah sedangkan milik Jeno bewarna hitam.
Setelah kalimat yang Jeno lontarkan, tubuh Jaemin langsung melemas hingga membuatnya kehilangan keseimbangan hingga tersimpuh.
"Jaemin!". Jeno segera menghampiri tubuh Jaemin yang kehabisan tenaga, untungnya guguran salju kala itu langsung berhenti.
Jeno langsung mengangkat tubuh Jaemin tanpa izin sang empunya, membawanya untuk berbaring dikamar pribadi milik pangeran.
"Kau tidak apa?". Tanya Jeno.
Bibir Jaemin masih membisu menganggap semua pertanyaan yang sudah Jeno layangkan sebagai angin ribut yang menganggu telinga.
"Jaemin berhentilah mengacuhkanku.. Sudah kukatakan bahwa aku meminta maaf atas seluruh ucapan yang telah aku bicarakan padamu saat itu".
"Lupakan saja". Ucap Jaemin yang langsung bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju pintu.
"Tidak! Kau bahkan tidak tau bahwa aku sangat amat ingin bertemu denganmu setiap saat".
"Kau membual, aku membencimu". Jaemin rasa setelah itu ia harus memohon ampunan dewa karena terlalu banyak berbohong.
Jeno menggeram kesal, dia bahkan tak pernah berbohong pada Jaemin. Soal ucapannya yang selalu datang ke kerajaan laluna sewaktu ia berjalan bersama Jaemin, itu juga merupakan fakta.
Jeno selalu menyempatkan kedatangannya kekerajaan laluna sekitar satu bulan sekali hanya untuk melihat pangeran Jaemin.
Namun kala itu ia hanya melihatnya dari kejauhan, terkadang dari tempat persembunyiannya. Melihat wajah pangeran yang tertawa ketika membuat boneka salju adalah hal yang sangat cukup untuknya.
"Bisakah kau pergi.. Sekarang? Kumohon...". Suara Jaemin yang tadi terus terdengar dingin, kala itu terdengar sangat lemah seperti memohon ampunan hingga membuat sebuah isakan lolos dari mulut yang sedari tadi ia tahan.
Jeno tak bodoh untuk menyadari hal itu, maka perlahan dia berjalan mendekati punggung yang terlihat renta jika dilihat dari belakang. Dia rengkuh bahu sempit itu dengan perlahan, lantas memeluk Jaemin yang isakannya kian terdengar jelas.
"Jaemin... ".
Jaemin yang merasakan pelukan seorang Jeno dari belakang itu kini berbalik, saling berhadapan dengan Jeno yang memasang wajah sangat khawatir karena keadaanya.
Tak ada kata yang terlontar dari keduanya, mata mereka saat itu hanya saling beradu, menatap dalam sambil memikirkan pikiranya masing-masing.
Tiba-tiba Juna memaksa merengsek keluar, menyebabkan iris mata Jeno sempurna berubah menjadi warna merah gelap, dan disanalah sesuatu juga terjadi pada Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen
FantasyDan malam itu ratusan bintang berguguran terjatuh dari tempatnya singgah. Membuat bulan sendirian ditempatnya memuncak. Para bintang telah memilih dengan kehendak dari sang Dewi. Malam itu jelas sudah semua perdebatan yang berisik tiada akhir. San...