4

113 7 0
                                    

"Kapan kau akan datang lagi?". Tanya Jaemin ketika mereka sudah sampai di tempat yang Jeno maksud.

Tempat itu adalah sebuah lahan kosong dibagian atas kerajaan Laluna. Tadi Jaemin harus mendaki untuk sampai ketempat yang menyajikan hamparan Kerajaan Laluna terlihat jelas dari atas. Itu memang menakjubkan. Dan kini mereka berdua sedang terduduk diatas sebuah batu.

"Aku tidak bisa berjanji, tapi jika Jaemin mau, akan kuusahakan untuk datang lebih cepat".

"Aku mau". Jawabnya langsung ketika Jeno berhenti berkata. Ingatkan Jaemin bahwa kala itu usianya baru saja menginjak 13 sedangkan pria disampingnya sudah berumur 20 tahun, dia terlalu muda untuk mengharapkan sebuah cinta dari pria dewasa.

"Itu berarti akan ku usahakan".

Hening seketika datang menyapa, Jeno maupun Jaemin tenggelam dalam pemikiran mereka masing-masing.

"Emm Jeno..".

"Iya pangeran? Ah maafkan .... Maksudku Jaemin..".

"Ibuku pernah bercerita soal kaum werewolf padaku. Ibu berkata bahwa tiap Alpha akan terikat dengan seorang mate-nya..-"

Jeno mengerti, sepertinya hal mengenai itulah yang telah mengganggu pikiran seorang Jaemin sedari tadi.

"... Apa.. Apa kau sudah terikat?". Jaemin bersumpah saat itu ia benar-benar gugup dengan jawaban yang akan Jeno berikan.

"Sudah..". Jawab Jeno singkat namun membuat perasaan Jaemin melengos, pertama kalinya merasakan betapa perihnya cinta.

Tak ada lagi kata yang terucap dari mulut Jaemin, bahkan kala itu ia mati-matian untuk tidak menangis, rasanya menyakitkan.

"A-aku ingin pulang".

Tanpa menunggu persetujuan dari Jeno, Jaemin langsung bergegas pergi. Ia menggunakan sedikit dari keahlianya untuk memudahkan dirinya berjalan di tebalnya salju dan jalannya yang menurun, hingga membuatnya tak kesulitan untuk sudah berada di bagian bawah dalam beberapa detik.

Jeno hanya bisa tercengang melihat kejadian itu. Dan membuat dirinya langsung meloncat dari ketinggian saat itu juga untuk menyusul Jaemin.

"Jaemin.. Tunggu.. Tunggu sebentar". Tangan Jeno berusaha untuk menggapai pundak sempit milik Jaemin hanya untuk menghentikan pemuda yang sedari tadi berjalan sangat cepat. Bahkan Jeno saja kesulitan untuk berjalan diatas salju yang cukup tebal.

Jeno tidak peduli saat itu ia khawatir sekali kenapa Jaemin bisa sangat amat terburu-buru.

"Jaemin kubilang berhenti!".

Tubuh Jaemin seketika berhenti layaknya tersihir mendengar titah jelas yang Jeno ucapkan. Ia jelas-jelas tak ingin jika Jeno berhasil menyusulnya dan melihat tangisnya yang nyatanya tak bisa ia bendung lagi.

"Ada apa Jaemin?". tanya Jeno khawatir. "Kau menangis? Apa yang terjadi?".

Jaemin merutuki dirinya sendiri yang kala itu semakin menangis tanpa suara. Membuat Jeno gelagapan tak tau harus berbuat apa hingga ia memutuskan untuk merengkuh tubuh mungil didepannya ini.

"Berhentilah menangis Jaemin, kumohon...".

Ucapan penenang dari Jeno tak kunjung membuat isakannya berhenti, jika saja Jaemin tak melontarkan pertanyaan bodoh itu seharusnya ia bahagia bisa dipeluk oleh seorang Jung Jeno.

"Pergi...". Ucap Jaemin membuat Jeno melepas pelukannya.

"Apa yang kau-".

Belum beres ucapan Jeno menemui akhir, tubuhnya itu kini sudah terlempar tinggi hingga berakhir terkubur oleh dinginnya salju Laluna. Jeno terkejut bukan main, apakah Jaemin yang melakukannya? Jadi selama ini dia bukan manusia? Tidak, tidak, ada yang belum Jeno ketahui disini.

Sedangkan Jaemin menggunakan kesempatan itu untuk berlari menjauh teramat cepat dan mengunci gerbang istana sedetik setelah ia masuk. Disana Haechan sudah menunggu sambil membuat boneka salju, wajahnya Benar-benar terkejut ketika melihat sahabatnya itu datang dengan menangis.

"Pangerann!!".

"Dimana Raja dan Ratu?". Tanya Jaemin tanpa memperdulikan keterkejutan Haechan.

"Ha-halaman.. Apa ada yang bisa kubantu?". Tanyanya dan mendapat anggukan Jaemin.

Bukan tanpa tujuan Jaemin bertanya perihal keadaan Raja dan Ratu, ia ingin menghindari mereka dan para tamu. Dengan keadaannya yang seperti ini bukan hal yang tidak mungkin jika Kerajaan laluna bisa meminta pertanggung jawaban dari pack Jung.

"Haechan aku minta bantuanmu untuk menahan jika saja calon pimpinan Jeno menuju kemari. Bilang saja aku menarik kata-kataku perihal kedatangan ia selanjutnya".

Dan Haechan benar-benar menjaga pintu kamar seorang pangeran Jaemin dari luar sambil memakan kue muffin yang sengaja Jaemin titahkan pembantu Kerajaan bawakan.

"Hah Haechan!! Apa.. Apa .. Jaemin ada didalam?". Tanya Jeno dengan bajunya yang basah karena sempat terkubur salju tadi.

"Kalau pun ada, pangeran Jaemin sedang tak ingin bertemu siapapun". Jawabnya sambil membuka bungkus muffinnya yang ke -5.

"Aku harus masuk". Kala itu Jeno benar-benar mencoba masuk, mencoba menembus pertahanan yang telah Haechan buat.

"Tidak boleh!!".

"Kau ini kenapa? Minggir!!".

"Dia menangis karenamu bukan? Mati kau.. Akan ku adukan pada yang mulia Ratu". Ucap Haechan meledek.

Sebetulnya Haechan dan Jeno itu berbeda 7 tahun, persis seperti Jaemin. Namun karena Jeno sudah menganggap anak itu sebagai adiknya jadilah sikap Haechan seperti ini. Seperti adik yang menyebalkan.

"Lagipula tadi Jaemin menitipkan pesan untukmu. Katanya dia menarik kata-katanya soal kedatangan kau selanjutnya. Itu berarti Jaemin membencimu dan tak ingin bertemu denganmu lagi".

Haechan benar-benar membuat Jeno kesal dan hilang arah dalam sekejap. Apa yang salah? Jeno tak merasa dia mengucapkan hal yang bisa menyakiti hati seorang pangeran.

••

"Aku minta maaf sepertinya pangeran lagi-lagi tengah bersembunyi di suatu tempat jadi dia tak bisa mengantar kalian pulang. Tapi aku sangat berterimakasih bahwa Seo Johny, Seo haechan, dan calon pimpinan Jung bisa hadir di acara sederhana tahunan kami". Ucapan Raja tak membuat seorang Jeno berhenti memikirkan kondisi pemuda itu, dia khawatir teramat khawatir.

"Itu bukan masalah besar, sepertinya Pangeran Jaemin terlalu lelah. Aku memakluminya". jawab Seo Johny dengan lembut.

"Sampaikan salamku untuk sahabat yang sibuk sekali itu, bilang padanya aku akan datang menerobos wilayahnya jika ia bersikap tak menyenangkan seperti ini". Gurauan Raja Yuta ditanggapi dengan baik oleh Seo Johny dan Haechan yang tertawa , sedangkan Jeno sama sekali tak mendengarkan.

Jeno sibuk mencoba membaca fikiran seorang pangeran yang berada dikamarnya. Tapi lagi-lagi tetap saja gagal, rasanya selalu ada yang menghalangi jalannya untuk membaca fikiran sang Pangeran itu.

Jeno sendiri memang Alpa yang memiliki kemampuan membaca pikiran, entah itu pada wolf, manusia, dan beberapa penyihir yang tak sengaja ia temui. Namun Pangeran Jaemin lah satu-satunya yang fikirannya selalu luput dari Jeno.

Itu pula yang membuat Jeno semakin yakin Jaemin terlahir tidak hanya sebagai manusia. Namun sekaligus bukan seekor wolf, karena sedikitpun Jeno tak bisa mencium feromon yang keluar dari tubuhnya.

Sesuatu yang sangat disayangkan bagi Jeno sebenarnya.




The QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang