"Yash! Gio ganteng di sini!Gio menyipitkan mata dengan senang sembari mengangkat sebelah tangan, menyapa. Dikta, Reyhan, kedua orang yang sedang sibuk menjaga bagian kasir bahkan sesekali mengatur tata letak pesanan yang harus didahulukan hanya mendelik, memperhatikan seseorang yang dengan percaya diri memasuki kafe ini.
"Gue baru pulang kuliah, Bang." Gio meletakkan tas di bagian meja sirkulasi, mengecek ponsel sejenak, berharap ada pesan seseorang yang membalas, tetapi nihil. Ah, lagipula siang hari seperti ini pasti masih sibuk dengan rutinitas masing-masing. "Jadi, gue bagian apa? Masak?"
"Masakan lo rasanya memang lumayan, tapi nggak bakal gue biarin lo hancurin bagian dapur," ucap Dikta, tajam, lalu melemparkan celemek yang masih berada di kantong bening. Rapi sekali. "Kalau ada yang datang, tolong catat pesanan mereka. Sesekali lo boleh main musik di panggung sana, yang serius tapi!"
"Iya, Abang. Iya," jawab Gio pasrah, mengenakan topi cokelat, lalu mengikat celemek dengan warna senada. "Kenapa gue baru tau kalau selama ini lo sama Bang Reyhan punya kafe?"
"Karena gue nggak kasih tau, simpel." Lonceng bagian pintu berbunyi, membuat Dikta langsung menyerahkan buku menu kepada Gio yang sedang memperketat ikatan tali sepatu. "Nih, buruan."
Gio menyambar buku yang disodorkan dengan semangat, ulasan senyum puas bangkit dari bibirnya. Sorot mata yang tidak bersemangat itu, akhirnya bisa dikembalikan oleh Dikta, meskipun butuh waktu yang lama juga untuk Dikta memikirkan hingga akhirnya berani memberi kesempatan pada Gio untuk bergabung ke dunianya.
"Yo, Reyhan kemarin udah bicarakan tugas utama lo di kafe ini?"
"Yap." Gio mengangguk mantap, menyisir rambut dengan sela jarinya, lalu mengedarkan pandangan pada pelanggan yang fokus dengan kegiatan. Makan, mengobrol, bahkan ada yang mengerjakan tugas. "Gue bakal buat kafe ini jauh lebih hebat daripada kafe lainnya."
Dari kejauhan, Reyhan melirik ke arah Dikta, disambut dengan senyuman tipis dari Dikta.
Gio mengepalkan tangan dengan erat, begitu bersemangat hingga warna yang kulit yang cerah itu tampak memerah. "Gue bakal belajar dari sekarang. Gue pasti bisa kalahkan Bang Rean."
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Notes [OPEN PRE-ORDER]
Teen FictionDi dunia yang menyebalkan ini, ada sebuah rahasia yang paling ingin Rean sembunyikan hingga mati. Tidak peduli orang-orang menganggapnya seperti apa, yang pasti biarkanlah rahasia penuh kelam itu menjadi tanggungannya. Namun di sisi lain, semenjak k...