Silahkan tinggalkan jejak yah. Happy reading
💗💗
Lara tidak henti menggerutu sepanjang perjalanan kembali ke kastil. Kekesalan yang sebelumnya ia rasakan karena tidak kunjung bertemu dengan sang Earl kini semakin bertambah karena pertemuannya dengan pria asing tadi.
Seharusnya perasaanya Lara bisa sedikit lebih baik karena menghabiskan waktu di tempat kesukaannya, tapi kehadiran pria asing tadi merusak segalanya. Ia bahkan hampir berakhir mengenaskan jika pria itu tidak menangkapnya tepat waktu. Pria asing itu memang menyelamatkannya, tapi ia tidak akan terjatuh jika saja pria asing tidak membuatnya terkejut.
Lara memasuki kamar Emma dan langsung menghempaskan tubuhnya di atas ranjang yang baru saja selesai Emma rapikan.
"Ada apa denganmu? Kemana saja kau? Kenapa kau terlihat sangat kesal seperti itu?" tanya Emma yang menatap Lara penasaran.
Lara menghela napas. Ia bisa saja langsung ke kamarnya yang berada tidak jauh dari kamar Emma, bersitirahat disana sambil menenangkan hatinya yang kesal, tapi ia memilih ke kamar Emma karena butuh seseorang sebagai teman bicara.
Dikediaman sang Earl, Lara paling dekat dengan Emma, jadi Emma selalu menjadi tempatnya berkeluh kesah. Emma jugalah yang mengajarkan Lara mengerjakan beberapa pekerjaan yang belum bisa dilakukannya saat baru-baru bekerja di kastil Cambridge. Emma gadis yang periang dan cekatan dan Lara sangat menyukai Emma.
Lara berbaring telungkup agar lebih leluasa menatap Emma. "Aku bertemu orang gila dan itu membuatku kesal."
"Orang gila? Di mana? Seingatku disini tidak ada orang gila?"
"Aku juga baru kali ini melihatnya, mungkin bukan orang Cambridge, bisa jadi hanya orang yang kebetulan lewat."
"Apa yang dilakukannya padamu? Apa orang gila itu menyakitimu?"
"Untungnya tidak, tapi orang gila itu membuatku kesal."
"Memangnya apa yang terjadi?"
Lara beranjak bangun. Ia duduk menghadap Emma yang juga tengah duduk di atas ranjang. Setelah menarik napas panjang, Lara mulai menceritakan apa yang dialaminya di pinggir sungai tadi. Tidak ada yang dilebihkan maupun di kurangi. Ia mengeluarkan semua kekesalan dan sumpah serapahnya.
Begitu Lara selesai bercerita, Emma tertawa kencang. Ia menonyor kepala Lara karena kesal.
"Apa yang kau lakukan?" sungut Lara.
"Seharusnya kau tidak boleh merasa kesal karena bagaimana pun juga pria asing itu sudah menolongmu. Salahmu sendiri yang membuang sampah sembarangan, dan aku juga yakin pria itu sama sekali tidak berniat mengejutkanmu. Aku yakin dialah yang terkejut karena mendapat lemparan kulit jeruk darimu."
"Kau membela orang gila itu?"
"Setelah mendengar ceritamu, aku yakin orang itu tidaklah gila seperti yang baru saja kau katakan."
Lara mendekus. "Kau mengatakan itu karena kau tidak bertemu langsung dengannya. Lagi pula salah orang itu yang tiba-tiba saja ada di tempat favoritku."
"Itu tempat terbuka Lara, jadi semua orang berhak berada disana meskipun kau sudah menganggapnya menjadi tempat favoritmu. Lagi pula kita ini hanya seorang pelayan, kita tidak berhak untuk mengklaim sebuah tempat menjadi milik kita sendiri, apalagi di tanah His Lordship. Bagaimana jadinya jika ada yang mendengar klaimmu tadi dan melaporkannya pada His Lordship? Bisa-bisa kau di hukum karena dianggap lancang."
Lara ingin mendebat apa yang Emma katakan, tapi apa yang Emma katakan memang benar. Ia disini hanyalah seorang pelayan yang tidak memiliki hak apa pun apa lagi untuk mengklaim tanah majikannya menjadi miliknya. Satu-satunya yang berhak memiliki tanah hanyalah para bangsawan dan saat ini Lara bukanlah bagian dari mereka, ia hanyalah seorang pelayan.
"Tidak apa, aku tidak akan memberitahukan apa yang baru saja kau katakan kepada siapa pun, jangan khawatir," kata Emma seolah ia mengerti apa yang tengah Lara pikirkan. Lara masih sangat muda dan ia mengerti jika Lara bersikap seperti itu, apa lagi bekerja di kediaman seorang bangsawan seperti dirinya baru pertama kali Lara alami, jadi tidak heran jika terkadang Lara sering bersikap tidak seperti sikap seorang pelayan.
"Sebaiknya kau bersiap, kita akan kembali bekerja sebentar lagi."
Lara menghela napas. "Baiklah, aku akan membersihkan diri terlebih dulu. Terima kasih sudah mendengar ceritaku, Emma."
"Bukan masalah, Lara."
Lara mengangguk. Ia bersyukur bisa bertemu dan dekat dengan Emma. Setidaknya ia memiliki teman untuk berkeluh kesah.
Tidak butuh waktu lama, Lara sudah berganti pakaian. Ia dan Emma berjalan kembali menuju ke kastil utama, bersiap untuk mempersiapkan makan malam seperti yang biasa mereka lakukan meskipun sang Earl tidak sedang berada dikediamannya.
"Lara."
Lara yang baru saja memasuki dapur terhenti ketika mendengar panggilan Mrs. Anderson. "Apa ada yang harus saya kerjakan, Mrs. Anderson?" tanya Lara pelan. Ia tahu Mrs. Anderson tidak akan memanggilnya jika wanita itu tidak membutuhkan tenaganya.
"Ikut denganku."
Tidak perlu menunggu perintah untuk yang kedua kalinya, Lara bergegas mengikuti Mrs. Anderson hingga mereka berhenti di depan sebuah kamar dengan pintu yang lebar. Lara tahu kamar siapa yang berada di balik pintu itu. Ia sudah mengetahuinya sejak lama, tapi ini kali pertama Lara berada sedekat ini dengan kamar sang Earl.
"Untuk apa kita kemari, Mrs Anderson?"
"Aku ingin kau membersihkan kamar His Lordship."
"Membersihkan kamar His Lorship?" Lara menatap Mrs. Anderson dengan tatapan tidak percaya. Pasalnya, selama ini tidak pernah ada orang lain yang membersihkan kamar sang Earl kecuali Mrs. Anderson sendiri. "Apa anda tidak salah, Mrs?"
Mrs. Anderson menatap Lara tidak suka. "Apa menurutmu aku sedang tidak waras, Lara?"
"Bukan, bukan begitu maksud saya, Mrs. Anderson. Saya hanya ingin memastikan saja karena selama ini anda tidak pernah mengizinkan siapa pun membersihkan kamar His Lordship kecuali anda sendiri."
"Jangan banyak berpikir Lara, lakukan saja apa yang aku perintahkan. Sekarang, kerjakan tugasmu dengan baik. Aku tidak ingin mendengar kau melamun atau merusak barang-barang yang ada di dalam sana."
"Tapi bagaimana dengan persiapan makan malam, Mrs. Anderson?"
"Lakukan saja apa yang aku perintahkan padamu, nona Caldwell, ada banyak pelayan lain selain kau yang bisa mengerjakannya."
"Saya mengerti, Mrs Anderson," jawab Lara cepat. Tahu jika Mrs. Anderson tengah kesal padanya karena wanita itu sudah mulai menyebut nama belakangnya.
"Masuk dan mulai kerjakan tugasmu," Mrs. Anderson membuka pintu. "Ingat, aku tidak ingin mendengar keluhan apa pun tentangmu. Jangan membuat kesalahan lagi."
"Baik, Mrs. Anderson."
Mrs. Anderson mengangguk sebelum meninggalkan Lara sendirian. Lara menatap sekeliling kamar dengan jantung berdebar. Akhirnya, setelah sekian lama bekerja di kastil Cambridge, ia bisa melihat secara langsung kamar sang Earl.
Lara berjalan masuk. Ia menatap sekeliling, mengamati kamar sang Earl berharap bisa mendapatkan informasi apa saja mengenai sang Earl yang nanti akan berguna untuknya.
"Seingatku aku meminta Mrs. Anderson membawamu kemari untuk membersihkan kamarku, bukan untuk meneliti keselurahan kamarku seperti yang kau lakukan saat ini."
Lara langsung berbalik mendengar suara dingin di belakangnya. Ia tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya ketika mengenali sosok pria yang tengah berdiri dihadapannya sambil melipat kedua tangan di dada.
💗💗
13062022
KAMU SEDANG MEMBACA
(Tamat) Trapped in Love (Sequel Of My Lady)
RomanceSequel of My Lady. Sinopsis ada di dalam yah. Tersedia dalam bentuk pdf dan ebook