05

1 0 0
                                    

"Hai- eh Liana! Astaga, kita ketemu lagii."

Liana reflek menepuk dahinya begitu mendengar suara melengking dari Della. Masih ingatkan dengan Della?

"Gue duduk di sebelah lo ya"

Itu bukan sebuah pertanyaan. Tapi pernyataan. Belum Liana menjawab, Della sudah duduk manis di sebelahnya. Sekarang Della sedang menata tasnya.

Dengan terpaksa Liana tersenyum.

Satu-persatu peserta didik kelas X IPA 3 masuk ke kelas dan memilih tempat duduk. Liana sengaja berangkat pagi agar mendapat duduk tengah-tengah. Dan berharap mendapat teman sebangku yang menyenangkan, bukan seperti Della.

Tahu begini, Liana lebih memilih sebangku dengan Bunga, perempuan berhijab yang sampai saat ini belum mendapatkan teman sebangku. Bunga diejek beberapa teman di kelas karena berbeda sendiri. Tempat duduknya berada di depannya.

Begitu tahu pengumuman letak kelas diumumkan di kaca depan ruang TU, Liana berangkat pagi mengindari berdesak-desakan dengan siswa lain.

Begitu sampai sana, Liana dibuat kecewa oleh dirinya sendiri. Pembagian kelas diurutkan berdasarkan nilai. Lihat! Nilai Liana bahkan selisih satu dengan anak urutan terakhir yang masuk kelas unggulan. Anak beruntung itu bernama Chyara Leoni Lily. Nama itu akan Liana ingat-ingat betul, seberapa pintarnya gadis itu.

Pukul 7 lebih 15 menit, seorang wanita muda berhijab memasuki kelas. Liana kira itu gurunya. Semula yang kelas ramai dengan olok-olokan untuk Bunga seketika senyap.

"Hayo hayo, jangan ganggu anak perempuan…" ucapan perdana dari guru cantik itu mengarah pada sekumpulan anak laki-laki yang mengejek Bunga.

"Yaa, Bu."

Guru itu berdiri sambil membawa sebuah spidol. Lalu menulis sesuatu di papan tulis. Setelah itu berbalik menampilkan hasil tulisannya. Ternyata menuliskan namanya.

"Perkenalkan nama saya Irma Ananda Rizki. Kalian bisa panggil saya Bu Irma, saya sebagai wali kelas kalian sekaligus guru mapel fisika kalian. Ada yang ingin ditanyakan?"

Laki-laki di pojok belakang mengangkat tangan. "Bu, umurnya berapa?"

"Iya, Bu. Kayak masih muda," timpal Della.

"Umur saya 26 tahun."

"Woww…"

"Apa sih kalian ini." Bu Irma tersipu.

Hari itu, diisi dengan saling perkenalan. Belum cukup Liana kesal dengan hadirnya Della di kelasnya, laki-laki yang membuatnya dihukum juga sekelas dengannya. Dimas namanya. Lalu pembentukan struktur kelas.

Liana hanya tim hore. Ia bilang 'ya' atau 'tidak'. Pokoknya ikut-ikutan temannya dengan wajah kesal.

"Eh Liana ya?" Tiba-tiba Bu Irma menunjuk Liana.

Liana kaget karena tiba-tiba namanya dipanggil. "Eh saya? Iya saya Liana."

"Jadi sekretaris yaa."

"Lhoo, Bu. Jangan saya. Tulisan saya jelek."

"Daritadi pada bilang 'tulisan saya jelek'. Udah Liana saja ya."

Liana mau protes lagi tapi Bu Irma telah menulis namanya. Beberapa menit berlalu, semua susunan kelas telah tersusun.

"Liana, tugas kamu pertama kali. Tulis susunan kelas ini ya."

Liana hanya bisa menghela nafas pasrah.

______

Setelah pulang sekolah, Raihan berniat bertemu Olivia di salah satu kafe yang jauh dari sekolah. Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya Olivia datang dengan peluh membasahi seragamnya. Raihan tebak pasti Olivia berjalan dari sekolah hingga ke kafe.

How To Be A Normal Teenager Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang