Lembaran Kisah Rain (01)

158 24 1
                                    

Jangan lupa vote dan komen!!
🌧️🌧️🌧️

Seorang pemuda kini duduk di balkon kamar, dengan gitar di pangkuannya. Alunan musik terdengar begitu indah, dengan suara Rain yang menyanyi begitu merdu. Angin malam ia biarkan menerpa wajah tampannya, tak menghiraukan dingin yang menusuk permukaan kulitnya. Rain suka malam, karena menurutnya malam miliknya begitu tenang. Tapi bukan berarti Rain benci keramaian. Bukan, Rain juga suka keramaian. Tergantung moodnya.

Rain terus melantunkan lirik lagu, hingga tak menyadari jika ada seseorang di ambang pintu balkon nya. Pemuda itu adalah Arvey Sanjaya, sosok sahabat serta sepupu Rain. Arvey tetap diam ditempatnya, membiarkan Rain bernyanyi.

'Prok prok prok'

Arvey bertepuk tangan saat Rain selesai bernyanyi.

Rain terkejut saat mendengar suara tepukan tangan. Rain menoleh kebelakang, disana ada Arvey dengan cengiran khasnya. Suara tepukan itu...Arvey pelakunya.

"Dari kapan?" tanyanya, Rain menyenderkan gitarnya di dinding sampingnya.

"Udah lama...saat pertama lo nyanyi," jawabnya dengan berjalan mendekat Rain. Rain hanya mengangguk.

"Udah makan?" tanya Arvey pada Rain. Dan langsung di balas gelengan kepala oleh sang empu.

"Ck kebiasaan. Ayo turun, makan gue temenin." Arvey berdecak sebal mendengar jawaban Rain. Sudah kebiasaan Rain selalu telat makan, bahkan kadang Rain tidak makan seharian. Membuatnya khawatir. Asal kalian tahu ya, Arvey itu sangat perhatian banget sama Rain, selayaknya kakak. Lagi pula, Arvey memang lebih tua satu tahun dari Rain. Memang Rain aja yang kecepatan sekolahnya, jadi satu angkatan plus satu kelas deh.

"Gak mau, gak nafsu juga."

"Lo makan, atau gua gak jadi nginep disini?" tanyanya mengancam.

Rain merubah raut wajahnya menjadi sebal. "Iya deh iya gue makan," terpaksa ia harus makan dari pada malam ini ia berada di rumah sendirian. Rain memang selalu sendirian dirumah, namun entah kenapa hari ini ia takut di rumah sendirian. Jadilah ia meminta sepupunya itu nginap di rumahnya. Mereka pun segera turun.

Rain Jelang Ramadhan🌧️🌧

Pagi telah tiba, suara burung berkicau menyambut pagi ini. Karena matahari pagi ini, sepertinya telah enggan menampakkan diri. Pagi ini tak secerah biasanya, karena awan mendung kini menutupi awan cerah. Setelah bersiap-siap, Arvey membangunkan Rain. Rain tak masih nyaman bergelung dengan selimutnya. Arvey mengguncang tubuh Rain, dengan pelan.

"Rain bangun, udah pagi."

"5 menit lagi..." gumamnya, yang tak jelas.

"Nggak ada, nggak ada! ayo bangun!"

Mendengar ocehan Arvey di pagi hari membuat Rain ingin melempar Arvey saat ini juga. Dengan terpaksa ia membuka matanya, yang masih mengantuk. Ia bangkit, lalu berjalan ke dalam kamar mandi. Sedangkan Arvey, ia memilih untuk ke bawah menyiapkan sarapan. Sederhana saja, hanya roti tawar dengan selai coklat.

"Gua tunggu di bawah!" teriak Arvey.

"Iya!"

Rain memberhentikan mobil sport nya di parkiran sekolah. Rain turun dari mobil bersamaan dengan Arvey. Kejadian itu menyita perhatian para siswa siswi disekolah. Mereka mempunyai ketampanan yang begitu mempesona, sehingga membuat para siswi terpesona.

Tak lama kemudian, ada tiga remaja yang tak kalah tampan dari mereka berdua. Mereka bertiga, berjalan mendekati Rain, dan Arvey.

"Akhirnya datang juga lo berdua," katanya sembari merangkul Arvey. Ia adalah Argan, sahabat dari Rain dan Arvey. Arvey mengangguk dan berdehem.

Lama mengobrol di parkiran, hingga akhirnya Rain berjalan mendahului mereka untuk ke kelas. Ia merasa lelah terlalu lama berdiri disana.

"Anak siapa sih, main pergi aja." Cerocos Mahes. Sedangkan Reza, ia hanya menggelengkan kepalanya mendengar ocehan Mahes. Diantara mereka ber lima, Rain dan Reza lah masih mempunyai kewarasan utuh. Walaupun terkadang bisa gila juga. Mereka berjalan mengikuti Rain ke kelas.

Langkah Rain terhenti, saat tiba-tiba pandangannya kabur. Dan kepalanya yang terasa sangat sakit. Dengan refleks Rain memegang kepalanya, dengan tangan yang satu bertumpu dinding.

Langkah Rain yang mendadak berhenti, membuat Arvey dan yang lain hampir menabrak punggung Rain.

"Yaelah Rain, berhenti bilang-bilang dulu napa, main mendadak aja," omel Mahes.

"Rain, are you okay?" tanya Arvey memegang bahu Rain. Arvey rasa, ada yang tidak beres dengan sepupunya ini.

Rain meringis kala kepalanya berdenyut, dan menimbulkan sensasi sangat sakit. Pandangan Rain menghitam, dan tubuhnya terasa sangat lemas. Detik berikutnya Rain merasakan sakitnya menghilangkan, begitu juga dengan kesanggupannya. Rain pingsan.

Brukk

"Rain!" Pekik Arvey menahan tubuh Rain, agar tak membentur kerasnya lantai. Mereka semua sontak terkejut, begitu juga dengan murid-murid yang berdatangan mengerubungi.

"MINGGIR KALIAN SEMUA! KALAU KALIAN NGERUBUNG KEK GINI, YANG ADA RAIN GAK BISA NAFAS!" Reza tersulut emosi. Lalu dengan hati-hati, Argan dan Mahes mengangkat tubuh Rain dan ia taruh di punggung Arvey. Dengan cepat Arvey berlari menuju UKS. Dengan Reza yang yang mengekor.

TBC

Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca ya!

Aku tau mungkin cerita ini belum banyak pembacanya tetap. Karena aku sadar ini awal buatku. Jadi aku butuh support dari kalian.

Sekian terimakasih.

Kudus, 4 April 2022




Rain Jelang Ramadhan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang