Entah walau bagaimanapun, aku tidak bisa menolak permintaan mereka. Jadilah aku pasrah didandani oleh mereka berdua. Kamar Etha pun berubah jadi salon kecantikan dadakan.
Setelah cuci muka sampai bersih, mereka pun mulai mendandani diriku.
Kedua wanita itu sepertinya girang sekali menjadikanku obyek eksperimen, memoles sana sini, mewarnai wajahku dengan berbagai kosmetik wanita yang aku tidak tahu apa itu selain bedak dan lipstik. Ada perona warna warni buat pipi dan mata, lengkap dengan alat-alat seperti pensil alis, kuas dan sebagainya. Wajahku sudah seperti kanvas lukisan saja.
"Pake foundie apa BB cream ya?"
"Siang cyiin panas, pake BB cream aja, lagian mukanya Revi juga mulus koq."
Aku sudah pasrah, disuruh merem, disuruh melek, pokoknya yang kurasakan hanya wangi-wangi kosmetik yang terpoles sana sini di wajahku.
"Daddy tadinya mau ngajak gue langsung nyebrang ke Gili cyin." cerita Etha sambil mendandaniku. Yang dimaksud dengan tempat bernama 'Gili' yang disebutkan olehnya itu adalah sebuah pulau kecil bernama Gili Trawangan yang ada di bagian Utara Lombok.
"Yah, kalau langsung ke sana mah apanya yang bisa diporotin, itu mah dia yang enak langsung lihat gue telanjang pake bikini." lanjut cerita Etha.
Wow ... tiba-tiba aku jadi membayangkan Etha yang sedang pakai Bikini. Melihatnya pakai tanktop dan hotpants saja sebenarnya sudah cukup bikin gerah. Tapi karena sudah saking seringnya aku ditemplok, tempel-tempel mesra-mesra meong olehnya, aku jadi mulai terbiasa dan bisa mengendalikan diri.
"Wkwkwkwk ... iya juga ya." kata Riris.
"Makanya gue pengen kita jalan-jalan dulu di Mataram kota biar ada lah yang bisa dibelanjain mumpung-mumpung kan." lanjut Etha.
"Iya say ... keren banget lu. Eh iya, kan ada mall baru yang baru buka tuh." kata Riris.
"Iya, akhirnya ada Mall yang bener-bener Mall ... njyirr," kata Etha.
"Mall yang bener-bener mall??" tanyaku yang keheranan. Buatku Mall ya Mall, pusat perbelanjaan, pusat lifestyle.
"Eh, Rev ... bayangin aja bayangin, pertama kali gue masuk Lombok, kagak ada bioskop XXXI di sini cyinn ... anjyay. QFC tuh udah restoran paling mewah dah pokoknya jaman itu, yang cuma ada di Mall lama sama jalan Erlangga." cerita Etha.
QFC? (Queentucky Friend Chicken)? itu mah di Jakarta udah kayak warteg—tersebar di mana-mana.
"Seriusan lu, dulu kagak ada XXXI di sini?" kataku.
"Ada Teater Gocek Raos." kata Riris.
"Ih, tapi seru tuh, suka puter film bokep, banyak yang pacaran sambil nonton gituan." kata Etha.
"Parah, malah ada yang juga sering sambil coli pula ... wkwkwkk ..." kata Riris.
Singkatnya—akhirnya proses makeup wajah pun selesai. Riris lalu memasangkan WIG alias rambut palsu padaku. Wig tersebut terlihat seperti rambut asli karena memang dari bahan rambut asli. Wig premium quality. Bukan yang sintetis seperti wig cosplay. Riris memasang banyak hair pin yang dirangkai sedemikian rupa pada bagian scalp-nya yang disambung dengan hairnet. Fungsinya guna menguatkan rambut wig tersebut, jadi tidak mudah lepas walaupun aku melakukan headbang sekalipun.
Kemudian aku pun kaget, karena aku juga disuruh pakai dalaman cewek? Bayangkan saja, BH milik Etha sekarang melingkar di dadaku ditambah sumpalan busa sebagai pengisinya.
"Aahahahaa ... lucunyaa ..." kata Etha sambil pencet-pencet toket palsuku seperti lagi main klakson oplet saja.
Malah aku disuruh pakai celana panties cewek pula? Aku disuruh pakai yang punya Riris, ada dua lapis, satu celana ketat warna kulit baru dilapis celana dalam cewek. Celana ketatnya itu rupanya supaya menjepit rapat burungku biar selangkanganku terlihat rata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memori Pantai Batulayar
Teen FictionPERINGATAN KONTEN: DEWASA --------------------------------------- Sebuah kisah drama kehidupan yang berlatar di sebuah daerah pinggir pantai yang terkenal dengan sebutan Pantai Batulayar. Revi, seorang anak muda putus kuliah yang memutuskan untuk m...