The Antagonist's Wound - 1

99 14 1
                                    

|Renia's Change|

•••

Sebuah ruang rawat VVIP kini terasa sunyi. Hanya ada suara monitor detak jantung yang sedikit mengisi kesunyian itu.

"Kapan mama bangun?" Sebuah suara bernada sendu dikeluarkan oleh seorang gadis kecil bernama Zeana. Usianya baru menginjak 8 tahun.

"Mama akan segera bangun, sayang. Sabar, ya?" Ucap Revan menenangkan.

Zea tidak menjawab. Ia hanya diam dan menggenggam tangan mama nya dengan erat. Matanya berkaca-kaca menahan tangis. Selalu seperti ini. Setiap ia menjenguk mamanya yang tak kunjung sadar dari koma, pasti gadis itu akan menangis.

Reno-- selaku kakak pertama, berusaha menenangkan adik perempuannya dengan menggendong gadis kecil itu. Ia membawa Zea keluar menuju taman rumah sakit, guna menghibur adik kesayangannya.

"Cepet bangun, ma. Aku, kakak sama adek, kangen mama." Revan mengecup kening mamanya sebentar, lalu keluar dan menyusul saudaranya yang lain.

Kini hanya terdapat Jeffreyson selaku suami dari perempuan yang disebut 'mama' oleh anak-anaknya. Ia yang semula hanya diam dan duduk di sofa kini mulai bangkit mendekati sang istri. Pria berwajah datar itu duduk di kursi dekat brankar, lalu mengambil salah satu tangan istrinya yang terbebas dari infus. Dengan lembut, Jeff mengelus dan mengecup tangan wanitanya.

Matanya tak lepas dari wajah pucat sang istri yang tetap terlihat cantik. "Kapan kamu bangun?" Nadanya terdengar bergetar karena menahan tangis.

Jeffreyson bukan tipe pria yang mudah menangis. Sebaliknya, ia justru dikenal sebagai pria kaku dan dingin. Selain itu, ia juga sangat jarang berekspresi. Bahkan ketika di depan anak-anaknya sekalipun, ia akan tetap dingin dan kaku. Hanya kepada sang istri, ia bisa berekspresi sebebasnya.

"Apa kamu tidak merindukanku?"

Senyum miris terpatri pada bibir tebal pria itu. Ia sering mengasihani dirinya sendiri, karena mencintai wanita yang nyatanya tidak mencintainya balik. Yah, cinta sepihak.

"Haha, aku terlalu berharap. Tidak mungkin kamu akan merindukanku." Ujarnya dengan tawa sumbang.

"Little girl, maaf. Maaf karena membuatmu terjebak dalam sangkar emasku. Maaf, karena keegoisanku, kamu harus menjalani hidup yang tidak sesuai dengan apa yang kamu inginkan."

"Maaf, karena sudah membuatmu tertekan selama ini. Kamu boleh memarahiku, membentakku, mencaci makiku, kamu boleh melakukan semua itu... Tapi kumohon, bangunlah."

"Aku dan anak-anak kita... Sangat merindukanmu."

Jeff menangis sejadi-jadinya. Ia tidak bisa membendung air matanya lagi. Wanita yang sangat ia cintai sudah cukup lama menutup mata dan larut dalam mimpi panjang tak berujung. Ia sangat frustasi sekarang.

Lama menangis, membuat pria itu kelelahan. Ditambah selama beberapa minggu terakhir ia juga jarang beristirahat membuatnya menjadi mudah lelah. Lelaki itu tertidur, dengan tangan yang masih memeluk lengan istrinya.

'Aku harap, saat membuka mata nanti... Pemandangan kamu yang sudah sadar dari koma adalah hal pertama yang kulihat.' Batin pria itu penuh harap.

Beberapa saat berlalu, ruang rawat itu kembali menjadi sunyi. Seorang wanita yang sudah tertidur selama beberapa minggu itu pun perlahan mulai membuka matanya.

The Antagonist's Wound || Rebirth Of ReniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang