(16) My Lady 5 R+15

162 19 3
                                    

Yena dan Yuri kini duduk menghadap ke
arah sungai Han yg berair tenang, udara
cerah malam ini mendukung kegiatan piknik keduanya yg baru saja selesai.

"Terimakasih untuk kupon hadiahnya, Yena. Aku sangat senang, sudah lama aku tak melakukan hal seperti ini, terakhir kali sepertinya saat aku masih sekolah dasar" Ucap Yuri yg belum mengalihkan pandangannya dari air tenang sungai Han.

Yena tersenyum mendengar ucapan Yuri, "Apa kau sesenang itu dengan hal sederhana seperti ini? Aku kira, kau akan memintaku mentraktirmu di restoran mewah" Jawab Yena, Yuri mencebik mendengar sindiran Yena.

"Karena terlalu sering bergaul dengan orang biasa sepertimu, aku sekarang terbiasa dengan hal-hal sederhana seperti ini" Balas Yuri, ia tak bermaksud menyinggung Yena dan Yena pun paham hal itu, dasar gaya obrolan mereka saja yg seperti itu, terlebih jika sudah melewati jam kerja sang asisten, Yena akan menjadi semakin menyebalkan di mata Yuri.

Yuri kemudian mengalihkan pandangannya
untuk menatap Yena, "Sekali lagi terimakasih, Yena. Hal ini sudah lama ingin kulakukan tapi aku tak tau harus melakukannya dengan siapa" Ucap gadis itu dengan tulus, jangan lupakan senyumnya yg semakin membuat wajah cantiknya mempesona.

"Kalau begitu, mulai sekarang kau harus
serius belajar memasak, membuat bekal
seperti ini tak sulit. Jadi, jika kau ingin melakukannya lagi, kau tak akan kesulitan"
Jawab Yena yg baru saja menormalkan detak jantungnya.

"Untuk apa, kan ada kau yg akan melakukannya untukku, aku hanya akan melakukan hal seperti itu jika anakku yg memintanya nanti" Jawab Yuri enteng
membuat Yena mengacak gemas poni gadis
itu dan dihadiahi pukulan telak di lengan
atasnya oleh Yuri.

Setelah selesai dengan sesi baku hantam
mereka, Yena kemudian menatap serius
gadis di sebelahnya yg masih nampak kesal
namun justru terlihat menggemaskan

"Serius, Yuri. Mulai sekarang kau harus belajar melakukan hal-hal sederhana sendiri, mungkin awalnya sulit, tapi kau akan terbiasa dan menikmati prosesnya" Ucap Yena, Yuri akhirnya menatap balik pria di sampingnya.

"Kau berkata seperti itu, seperti sedang
meninggalkan wasiat untukku saja" Ucap Yuri. "Kau tak berniat mengundurkan diri dari pekerjaanmu sebagai asistenku, kan?" Pekik Yuri setelah mencurigai gelagat Yena, membuat pria itu kembali tertawa.

"Aku belum puas membuatmu kesal, itu adalah hobby baruku, dan aku menyukainya, jadi untuk apa aku mengundurkan diri" Ucap Yena, Yuri pun lega mendengar ucapan pria itu.

"Jikapun kau ingin berhenti, katakan jauh-
jauh hari sebelumnya, jangan langsung main hilang begitu saja" Ucap Yuri lagi yg diangguki oleh Yena.

Namun tiba-tiba hujan turun dengan sangat
deras, Yena dengan sigap melepas jasnya dan memayungkannya untuk Yuri, namun dengan cepat juga ditepis oleh gadis itu.

"Wah.. ini benar-benar tak terduga, padahal
langit sangat cerah" Ucap Yuri yg kini sudah
berdiri menikmati guyuran hujan, tak ia
pedulikan ucapan Yena yg mengatakan
bahwa ia bisa terkena flu.

"Yena, aku sudah lama tak bermain hujan" Teriak Yuri yg kini mulai berlari kecil menjauhi Yena. Yena hanya bisa berdiri menatap gadis yg terlihat begitu bahagia itu. Semoga, hari ini bisa menjadi moment yg diingat oleh Yuri sebelum ia benar-benar
pergi meninggalkan gadis itu esok hari.

...

Yuri berjalan angkuh memasuki gedung
perusahaannya. Tak ada senyum yg terpatri
di wajah cantiknya. Begitu masuk ke dalam
ruangannya, ia kembali dikejutkan dengan
kehadiran seorang pria yg sudah menunggu
kedatangannya sejak tadi, pria itu nampak membungkuk hormat kepadanya.

YENYUL/YULYEN ONESHOTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang