💮awal dari sebuah kisah

15 1 0
                                    

💮💮💮

M

atahari telah duduk di singgasana kebesarannya, memancar sinar megah dari sana, tak ada pagi yang syahdu, sedari Surya mengintip bersama siluet fajar derum suara kendaraan tak bisa di bendung, kota metropolitan hidup dengan kebisingan, tanpa kokokan ayam atau cicitan burung, tak ada, pagi menyapa dibalas acuh oleh manusia gila kerja. Sibuk, kata yang tepat untuk mendeskripsikan kondisi kota.

Kata sibuk pun, ikut menggambarkan kondisi keluarga di sebuah perumahan pinggir kota, rumah rumah elite dengan gaya modern berjejer rapi dengan satu atau dua mobil terpakir didepannya, rumah rumah itu hampir terlihat sama dari segi bangunan namun tidak untuk interior, mereka punya selera masing masing.

Suara melengking terdengar dari salah satu rumah, rumah dengan nuansa greenhouse yang terletak paling ujung, berbagai macam tanaman dan bunga tertanam serta tertata rapi dan indah, siapapun yang memandang akan merasanakan suasa menenangkan, seseorang yang tak sengaja lewat mengakui hal ini, tapi semua buyar akibat suara gaduh dari dalam rumah.

"Mama bilang juga apa? Siapin semua keperluan kamu dari tadi malam" ucap wanita dari arah dapur yang yang tengah sibuk menyiapkan sarapan

"Ngantuk ma, jadi ngak sempat" seorang gadis  dengan seragam sekolah lengkap menyahut turun menuju dapur

"Emang ada orang ngantuk tapi matanya melek mantengin hp sampai tengah malam?" Ucap sang ibu menyudutkan, tangan itu telaten menaruh lauk pauk menaruhnya di atas meja kemudian disusul dengan menyusun piring dan gelas

"Hehehehe" kekeh sang gadis sembari duduk manis di atas meja pantry dan memakan kerupuk, menatap ibunya dengan wajah tanpa dosa

"Nah diem kamu ngk bisa jawab,"

"Terus gimana mah?"

"Ya  mau gimana? Salah kamu sendiri, kamu yang harus tanggung jawab"

Final wanita itu menatap tajam anak gadisnya,  dibalas dengan bibir manyun, dalam hati menggurutu sebal.

" Papa, Theo, Tani, ayo turun sarapannya sudah siap"
Teriak wanita beranak tiga, dan yang di panggil muncul dari atas tangga, bergabung bersamanya dan anak gadisnya yang tadi sibuk menanyakan perihal topi serta dasi, entah kemana dua benda itu menghilang, atau mungkin tertinggal di loker mengingat bahwa anak tengahnya ini memiliki sifat teledor yang luar biasa.

......

Tidak ada yang bisa menebak takdir, kemana garis tuhan akan menarik kita, tidak ada yang tau, tak dir itu lucu, maka darinya jangan sekali kali kalian bercanda perihal takdir, mengerikan, sungguh.

Sempat tadi si gadis yang kini turun dari mobil beserta sang adik bercengcaram bersama di meja makan, menikmati sarapan sebelum beraktifitas, canda serta tawa menguar mengisi atmosfer keluarga itu dengan rasa bahagia.

Sang kakak Theo, sudah terlebih dahulu berangkat menggunakan motor pribadi, mengingat ia sudah menginjak kelas dua belas, membuatnya tak lagi ingin diantar sang ayah menggunakan mobil, bahkan sejak ia menginjak bangku kelas sebelas dan resmi mendapatkan sim, ia enggan lagi diantar jemput, ia tak mau di sebut sebagai anak manja.

Tersisa Thana yang kini menginjak bengku kelas sembilan dan Thani si bungsu duduk di bangku Smp kelas tujuh, dikarenakan sekolah Thana dan Thani  sama, serta berlawanannya letak jalan menuju  sekolah dan kantor sang papa, membuat Kedua beradik itu harus diturunkan di depan sebuah warteg yang berada persis di depan sekolah mereka, dan ya, mereka harus menyebrang.

Seharusnya semua akan baik baik saja, Thana bisa mengantar sang adik dengan selamat jika saja dari arah kanan sebuah motor ninja itu tidak mempercepat lajunya, seharusnya sang pengendara tau bahwa ini zona sekolah, ia mesti memelankan laju kendaraannya, namun takdir berkata lain, pengendara itu malah mengencangkan laju motornya, tidak bisa mengelak sebab berpapasan dengan menyebrangnya kedua kakak adik itu,

Bruk!

Kecelakaan tidak bisa dihindarka, motor dan   pengendaranya terseret dan dua bocah itu terpental.

"Kenapa sakit sekali? Ada apa?"  Keluh Thana menatap nanar keadaan disekitar, mulai Rama di sesaki orang orang, ada yang cepat membantu, berusaha menenlfon ambulans ada juga yang sekedar menonton menatap kengerian, beberapa lagi malah memvideokan peristiwa itu,miris. Perlahan mata Thana memburan diikuti oleh kesadarannya yang juga mulai menghilang.

💮💮💮

One Day At A TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang