Ia kembali membawa setumpuk perih
💮💮💮
"Tha!. Bangun hei, bel masuk bunyi"
Gadis itu mengangkat kepalanya dari atas meja, membuka mata lantas memincing, pupil mengecil, kaget cahaya matahari menerobos cepat masuk kedalam retina.
Kesadaran datang diiringi oleh uapan panjang, dan suara derap sepatu dari luar kelas semakin terdengar lantang mendekati pintu, cepat sekali waktu berjalan, ia merasa bel istirahat baru saja berdering, dan kini sudah diganti oleh pelajaran selanjutnya.
Melirik jam di pergelangan, dua puluh menit berlalu sejak ia memilih tidur ketika bel istirahat berdering.
Beruntung ia tidak tertidur hingga memasuki jam pelajaran, mengingat betapa kebonya ketika ia sudah jatuh tertidur, dalam hati mengucap banyak terimakasih pada Dafi.
Ia menoleh tepat ke belakang bangku, si lelaki menautkan alis, bingung, semakin di buat heran karena gadis didepannya malah menyengir lebar menampakkan gigi gigi putihnya yang tersusun rapi, namun tak berkata apa apa, langsung berbalik ketika instrupsi dari guru membuka kelas pagi menjelang siang ini.
Pelajaran dimulai diiringi oleh rasa jenuh dan tak berkeinginan menangkap maksud dari penjelasan guru kali ini, entah apa yang di bahas, ia tak tahu dan enggan mendengar, pikirannya terbang diikuti oleh pandang mata melihat keluar jendela, fokus menatap ke bawah lapangan, melihat kelas lain memulai jam olahraga mereka, huft...
Tuk.
"Aduh... " sebuah sepidol mendarat ke bawah meja usai mengenai kepala gadis itu, diiringi ringisan kecil ia memutar tubuh, dan tatapan nyalang di hadiahi untuknya,
"Thana! Kamu ngak dengerin saya? Apa yang kamu lihat dari tadi hah?"
Suara berintonasi tinggi menyambut telinga, membuat jantung berdetak lebih cepat, ia salah dan ia tahu, maka dengan menggeleng diiringi cengiran si empu menjawab gurunya.
Sang guru mendekat ke arah meja Thana, menggebrak, mengejutkan siswa lain yang hanya bisa terdiam, beberapa terkekeh pelan, entah menertawakan kumis tebal gurunya yang ikut bergerak gerak atau tertawa senang sebab melihat Thana tak berdaya dengan teguran itu.
"Sekali lagi saya liat kamu enggak merhatiin penjelasan saya, silahkan getout dari mata pelajaran kali ini"
Peringat Pak Setyo, sebelum berbalik ia berujar, kata kata yang cukup membuat nyeri di hati Thana
"Kamu enggak sepintar kakak kamu Theo, atau adik kamu Thani, kamu merhatiin pelajaran aja belum tentu bisa mengalahkan mereka, apa lagi kalo enggak merhatiin, huft... Thana.. Thana... "
Dan pada akhirnya mereka tertawa, kemudian terdiam ketika pak Setyo memperingati. Si gadis hanya bisa menggigit bibir bawah, menahan malu dan nyeri di hati.
•
Dua jam berlalu, tapi rasa nyeri itu masih sangat terasa, kenapa? Selalu dibandingkan oleh kedua saudaranya, yang ia tahu bahwa kecerdasan mereka tak bisa disamakan dengan dirinya.
Matahari tepat berada di titik tertinggi, hawa terasa lebih panas, keringat membanjiri mereka yang tengah berada di lapangan bermain bola, Thana menatap dari atas lewat jendela kelas, memperhatikan kakaknya.
Theo sedang menggiring bola, sorakan terdengar mengikuti bola yang sukses masuk ke dalam gawang, hah dia tidak terlalu kaget melihat aksi kakaknya yang tengah melambai lambaikan tangan ke arah penonton, beraksi layaknya seorang idola.
manik mereka bertemu kemudian, dari lapangan Theo dapat melihat Thana yang berada di kelasnya, terletak di lantai dua, dengan narsis sang kak memberi lovesign untuk sang adik, Thana lantas membuang muka malas. Theo tertawa melihat tingkah adiknya, kemudian melanjutkan permainan hingga bel masuk kembali berdering.
•
"Aku tak bisa membenci kakak atau adikku, hanya saja perlakuan seperti ini membuatku enggan berada di antara mereka"
Ungkap Thana dalam hati, lamunan buyar oleh lontar pertanyaan dari sang guru, dan seperti biasa gadis itu hanya bisa diam membisu, berakhir Omelan, peringatan dan tak lupa perbandingan.
Thana menatap nanar gurunya, berusaha menahan Isak yang hendak keluar, ingin menjawab tapi kata katanya tertahan di tenggorokan, berujung kembali ia menggigit kuat bibir bawahnya.
Dua jam berlalu diikuti oleh hati yang kian terasa nyeri.
💮💮💮
To be continue
💮 Tolong tinggalkan jejak.. 💮
KAMU SEDANG MEMBACA
One Day At A Time
General FictionAkan ada hari indah di antara hari hari buruk yang kau alami, entah sekarang atau nanti kau tak akan pernah tau