💮 Ia yang kembali

6 0 0
                                        

Orang orang boleh datang dan pergi sesuka hati, dan aku tak peduli, tapi untukmu, tempat itu selalu terbuka, kapanpun kau ingin kembali, pintuku tidak akan tertutup untukmu .

💮💮💮

Sekolah berakhir tepat ketika jarum jam menunjuk angka tiga lebih lima belas menit, tak menunggu waktu lama gerbang mulai di penuhi oleh langkah perginya para murid, derum suara motor ikut menambah keributan di atmosfer kala itu.

Thana menelisik seksama ke luar jendela, ia enggan keluar kelas sekarang, menatap jengah keadaan di lapangan, terlalu ramai dan berisik.

Dua puluh menit habis oleh lamunan tak bermutu, menidurkan kepala di atas meja sembari netranya terus tertuju pada lapangan sekolah.

"Woi!"

Thana tersentak ketika gebrakan mendarat di meja miliknya, dengan enggan ia mendongak, wajah sang kakak masuk kedalam penglihatan, senyum tengil ditambah penampilan yang terlihat sangat urakan, baju dengan semua kancing terbuka dengan kaos hitam sebagai dalaman, di tambah rambut lepek dan berantakan, apakah ini benar benar Theo? Kakaknya?

"Kenapa lo? Liat gue ngk biasa banget, yok lah pulang, capek nungguin Lo kaga turun turun"

Thana beranjak dari bangku, berjalan mendahului pria jangkung di belakangnya, tiba di parkiran, ia memasuki mobil setelah mendapat sapaan dari sang adik di bangku belakang

"Hai kak Thana, dih sepet amat itu muka, eh kak tau ngak, lusa nanti Thani ikut olimpiade di kota sebelah, Thani bakal ajak mama sama papa, kak Thana mau ikut ngak?"

"Enggak ah, males, lo tau kan gue orangnya Mageran, lusa juga ada acara di sekolah jadi... kayanya gue ngak bisa ikut deh, sorry ya.."

Jawab Thana sambil menoleh ke jok belakang setelah ia tadi sempat tertegun lama,

"Ish! Kalian berdua sama aja! Sebel nieh, masa enggak ada yang mau ikut "

perjalanan pulang diisi oleh keluhan Thani, sedikit di timpali oleh lelucon dari Theo, dan Thana yang hanya ikut tertawa atau melerai ketika sang adik memulai aksi untuk mencubit pinggang Theo.


💮💮💮

Seperti rutinitas siswa pada umumnya, pergi pagi ke sekolah, pulang kembali ketika matahari mulai condong ke barat untuk bertepi, siklus yang sama selama enam hari, Senin hingga Sabtu, di beri jeda oleh Minggu yang kerap tak dirasa hadirnya.

Ini hari Rabu, masih ada tiga hari sebelum akhir pekan, Thana menatap gedung sekolah dengan jengah, membosankan, sembilan jam waktu belajar dengan jeda istirahat dua kali, dan satu kali dalam seminggu pelajaran di adakan di lapangan.

Gila! Sistem pelajaran negara ini sungguh tidak waras, dengan lamanya durasi belajar mengapa bangsa ini belum juga menjadi bangsa yang maju?

"Huft.... Bodoh, orang bego kaya gue mikirnya kejauhan "

Thana menghela nafas pelan, merutuki diri sendiri karena berpikir terlalu jauh. Masih di posisi yang sama, tengah menidurkan kepala di atas meja, netra itu setia tertuju pada lapangan, memperhatikan kegiatan datangnya siswa ke sekolah, pikirannya kosong, membosankan.

💮💮💮

Baru saja bel masuk berbunyi, dan masih di jam pelajaran pertama, Thana, gadis itu sudah mendapat masalah, ia tak sengaja tertidur.
Parahnya dari semua anggota kelas tidak ada yang ingin membangunkan dirinya, shit! Umpat Thana dalam hati.

Drama pagi ini diawali dengan sang gadis mendapat lemparan spidol tepat di pelipis, membuat ia tersentak, dan diakhiri oleh peringatan.

Tapi pagi ini ada hal yang membuat ia melupakan kejadian yang baru saja terjadi, tepat ketika ia duduk kembali, suara sang guru memanggil seseorang diluar sana untuk segera masuk, Thana mengenal nama itu, nama yang tak lagi asing, dan benar, sontak mata sang gadis terbelalak.

Sembari terus menyapa, pria itu bertemu pandang dengan netra Thana, seulas senyum manis terpatri di wajahnya, membuat ia membeku dan roll film lama terputar otomatis di kepalanya.

💮💮💮

To be continue.......





Tolong tinggalkan jejak.

One Day At A TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang