Transmigrasi 5

141 26 10
                                    

Dirumah sakit ada seorang gadis yang sudah memasuki usia kepala dua yang kini sedang terlelap dengan damai tak lupa juga dengan alat bantu yang seolah membantu memperpanjang hidupnya.

Xiu melihat itu, gadis yang tengah berbaring adalah raga aslinya. Namun mengapa ia bisa berada dirumah sakit, bukannya sewaktu itu dia hanya terlelap tapi mengapa kini ia menjadi pasien rumah sakit.

Berbagai pertanyaan hinggap di kepalanya, namun saat ia mengalihkan pandangannya, sebuah cahaya terang yang semula kecil kini kian membesar dan melahapnya.

Hah.. hah.. hah..

Suara terengah engah kini terdengar.

"Astaga, apa yang barusan?" Gumam seorang gadis cantik dengan tangan memegang dadanya.

"Gak mungkinkan?" Gumamnya seolah memastikan.

Gadis itu mengangguk, "benar gak mungkin aku dirawat gini aneh sih.."

Tok.. tok..

Suara ketukan pintu mengalihkan atensi si gadis.

"Siapa?" Teriak kecilnya.

"Saya non mbok, kata nyonya cepat sarapan katanya.." jawab seseorang yang mengetuk pintunya.

Xiu mengangguk seolah si mbok bisa melihatnya.

"Iya, mbok sebentar nyusul." jawab Xiu.

Dan setelah mendengar langkah kaki yang menjauh dari kamarnya, Xiu termenung sendiri akan mimpi yang dia impikan. Astaga, itu terasa sangat nyata. Namun kan dia berpindah jiwa ketika dia tertidur, tapi kenapa dia malah memimpikan bahwa raganya dirumah sakit.

"Hah.. konyol, sangat konyol!"
"Bagaimana mungkin gue dirawat haha gak nyambung banget sih!"
"Gue cuma lagi kangen kali sama kehidupan nyata gue!" Gumam Xiu.

"Ya kali aja ah! Udahlah mandi dulu bentar lagi masuk." Ujarnya sambil melihat jam yang ada di nakas, dan bangkit dari duduknya.

Setelah memakan waktu kurang lebih setengah jam di kamar mandi dan berdandan Xiu mulai menuruni tangga rumahnya dan menuju ruang makan.

"Morning pih, mih, abang." Sapa Xiu dan duduk dikursi.

"Kok baru turun?" Tanya Keneth heran.

"Aku keenakan mimpi." Jawab Xiu sekenanya.

"Mang mimpi apaan sih?" Tanya Ernest penasaran.

Xiu seolah tersadar langsung menunduk, 'shit!' umpatnya dalam hati. Lalu mengangkat kepalanya.

"Enggak kok bang hehe.." sangkal Xiu dengan cengengesan garingnya.

"Aneh deh kamu!" Jutek Ernest karena tak mendapatkan jawaban yang dia inginkan.

"Dih abang kenapa deh?" Tanya Xiu.

"Udah udah cepat pada habiskan tuh sarapan udah mau kesiangan kalian tuh!" Lerai Qiaofeng dengan nada yang agak tinggi.

o0o

Bel istirahat berdering dengan nyaring dan para siswa berhamburan kearah kantin.

"Kita tunggu, atau langsung ke kantin aja nih?" Tanya Rillany pada Xiu.

"Ke kantin aja yuk kesel lama nunggu." Namun bukan Xiu yang menjawab malah Zeevanya lah yang menjawab.

Sontak saja Rillany langsung kikuk, melirik Xiu yang kini sedang menahan tawa, langsung saja Rillany berdeham.

"Hm, chat aja kali ya." seru Rillany.

Xiu hanya mengangguk saja, dia tak mau ribet terima beresnya aja bisakan? Jadi kenapa harus ribet. Enteng sekali pemikiran Xiu itu.

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang