Bab 11: Usaha Jomblo

814 87 4
                                    

Pulang dari kafe, Naya ikut ke rumah Ugi. Masih banyak yang ingin Naya bicarakan, sayangnya sahabatnya itu baru pulang kerja dan masih mengenakan seragam. Jadi mereka berdua memutuskan untuk melanjutkan obrolan di rumah saja. Naya duduk di atas tempat tidur sembari menonton televisi. Terdengar suara gemericik air dari kamar mandi. Naya menoleh ke arah pintu kamar mandi sambil menghembuskan napas kesal. Kebiasaan laki-laki itu tidak berubah. Mandinya sangat lama.

Entah apa yang dilakukan Ugi di kamar mandi, tapi Naya sudah menunggu lebih dari tiga puluh menit. Wajah Naya kembali menghadap ke layar televisi, lalu menekan tombol off pada remot. Ia sudah bosan menonton sejak tadi. Naya memeriksa ponselnya. Tidak ada yang mengirim pesan, nasib jomblo.

"Gue mau cari jodoh dimana coba. Kerja ya di rumah aja, depan laptop. Teman cowok cuma Ugi doang."

"Cari di media sosial dong!" sahut Ugi yang baru keluar dari kamar mandi. Ia mengenakan kaus putih bergambar Twitty dan celana pendek warna merah muda.

"Kan banyak tuh, yang ketemu jodoh lewat facebook," tambah Ugi. Ia langsung melompat ke atas tempat tidur. "Sepupu gue nih. Ketemu teman TK nya di facebook, terus kawin Nay!"

Naya mendengus. "Seribu banding satu kali Gi, yang kayak begitu. Lagian nama sama muka teman SMP aja, gue enggak inget. Apalagi teman TK."

"Ya itu sih, lo nya aja yang pikun. Gue aja masih keep kontak sama teman-teman SD gue," sambar Ugi.

Naya mengendus sesuatu, lalu mendekatkan hidungnya pada Ugi.

"Ngapain lo?" Ugi langsung menjauhkan tubuhnya.

"Wangi banget sih Gi," ujar Naya. "Pantes mandi lo lama banget. Satu botol sabun lo abisin ya?"

"Gue kan kalau mandi serius Nay, luluran dulu, pakai scrub juga. Emangnya elo, mandi lima menit kelar. Mandi apa kumur tuh."

"Ribet banget sih, mandi tuh yang penting kena air!" jawab Naya sambil berkacak pinggang.

Ugi geleng kepala, ia heran bagaimana dengan prinsip jarang mandinya itu, Naya bisa terlihat cantik dan wangi setiap saat. Laki-laki itu pun beranjak mengambil kipas angin, kemudian mengeringkan rambut.

"Miskin banget lo, ngeringin rambut pakai kipas angin. Beli hairdryer sana, jangan kayak orang susah dong." Naya kalau sudah berduaan dengan Ugi, mulutnya gatal ingin membuat sang sahabat kesal.

"Cerewet, lo. Kalau mau rambut sehat, mending pakai kipas angin Nay, anginnya dingin alami."

"Dasar primitif," sahut Naya.

"Eh gimana soal ide gue tadi?"

"Facebook?" tanya Naya.

"Iya... Coba cek akun facebook lo."

"Gue udah lama banget sih, enggak buka facebook. Aplikasinya aja udah enggak punya."

"Kapan terakhir lo main facebook?"

"Pas zaman SMA Gi."

Ugi tersedak ludahnya sendiri sampai terbatuk-batuk. "Parah banget sih lo. Coba cek sekarang!"

Naya pun menginstal aplikasi facebook di ponselnya, lalu mulai melihat pesan yang masuk di messenger. "Ada tiga ribu pesan yang belum dibuka." Naya berdecak kagum.

"Ya jelas, udah belasan tahun enggak main facebook. Cek pesan-pesannya. Siapa tahu ada cowok-teman TK, SD, SMP, SMA, atau kuliah yang ngirim chat ke situ."

Lagi-lagi Naya menuruti Ugi. "Ternyata orang-orang masih main facebook ya Gi. Ini ada banyak pesan yang dikirim tahun ini."

"Ya masih Nay. Lo aja yang aneh."

Menanti Jodoh (Segera Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang