Bab 21: Kondangan Mantan

692 73 0
                                    

Hari pernikahan Abi tiba. Naya sudah siap dengan dress merah mudanya. Dress itu beraksen bunga dan memiliki aksen manik-manik di bagian pinggang. Naya memadu padankan dress selutut itu, dengan ankle strap heels berwarna abu-abu, cocok dengan tas yang ditentengnya. Untuk urusan rambut, Naya hanya menyisirnya rapi, mengenakan jepit rambut bentuk kupu-kupu.

Sebelum keluar kamar, ia kembali bercermin sebentar, memastikan riasannya baik-baik saja. Naya menempelkan bibirnya satu sama lain, untuk meratakan lipstik.

"Oke kok," celetuk Naya memuji diri sendiri. Ia pun bergegas turun ke bawah.

Tangga dari kamar Naya menuju ke lantai satu, berakhir di ruang makan. Papa dan Mamanya sedang sarapan. Keduanya heran melihat Naya tampil sangat rapi.

"Mau kemana Nay?" tanya Dahlia.

"Sarapan dulu," sambar Wijaya.

Naya mendadak bingung harus menjawab apa. Ia takut dengan reaksi orang tuanya, saat tahu dirinya hendak menghadiri pernikahan Abi. Bisa saja mereka melarang Naya pergi.

"Mau ke kondangan teman Ma, Pa."

"Teman kamu ada yang nikah, siapa?" tanya Dahlia.

"Kamu pergi sendiri?" Wijaya ikut bertanya.

"Bisa nggak sih, pagi ini aja. Jangan tanya-tanya." Gerutu Naya dalam hati.

"Ada Ma, teman SMA Naya. Mama nggak kenal." Naya lanjut menjawab pertanyaan Papanya. "Naya pergi sendiri Pa."

"Mau Papa temani?" sambar Wijaya setengah bercanda.

Naya tersenyum. Semenjak gagalnya pernikahan Naya, selera humor Papanya sirna. Wijaya lebih sering menekuk wajah. Tapi hari ini, pria paruh baya itu terlihat ceria.

"Papa kan kerja," ujar Naya.

"Nay sini deh duduk dulu," ucap Dahlia serius.

"Aduh Ma, Naya buru-buru."

"Nggak bisa. Mama harus ngomong sekarang juga. Ini penting." Dahlia

Naya terpaksa duduk di meja makan. "Mau ngomong apa sih Ma?"

"Nih." Dahia menyodorkan selemar foto anak laki-laki berusia sepuluh tahun. "Anak teman Mama. Ganteng, baik, belum punya pacar. Dia sudah lihat foto kamu. Katanya dia setuju untuk dijodohkan."

'Ini Mama mau jodohin aku sama anak-anak?' Naya menelan udah. Jangan-jangan Mamanya stres memikirkan pernikahan Naya yang gagal. Sampai-sampai menjodohkan anak semata wayangnya dengan orang di bawah umur.

"Ganteng kan Nay? Dari fotonya saja, kelihatan auranya positif."

"Terus?" Naya mengangkat kedua alisnya.

"Kamu ketemuan ya sama dia. Biar Mama yang atur tanggalnya. Siapa tahu ini jalan kamu bertemu jodoh."

"Mama sama Papa serius mau menjodohkan Naya sama anak kecil?" Naya menunjuk foto anak lelaki tadi. "Dia pipis aja belum bener kali Pa, Ma."

Mendengar komentar Naya, sang Papa langsung pasang tampang sewot. "Kamu tuh jangan ngada-ngada dong Nay. Itu foto masa kecilnya. orangnya sekarang sudah tiga puluh tahun. Sama kayak kamu."

"Ck. Kasih fotonya yang benar dong. Memangnya foto dia yang baru nggak ada?" Naya protes.

Dahlia nyengir. "Anaknya nggak suka difoto. Mamanya cuma punya foto masa kecilnya aja."

Naya tepuk jidat. "Zaman sekarang lho Ma. Kan bisa difoto diam-diam pakai hape."

Dahlia tertawa renyah. "Iya juga ya. Nggak tahu deh, teman Mama memang agak kudet."

Menanti Jodoh (Segera Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang