Part 1

5 1 0
                                    

    

Happy Reading





" Nasya "

Seorang gadis yang sedang membereskan barang barang miliknya menoleh saat seorang memanggil namanya. Terlihat seorang pria yang tak lain adalah Rio, abangnya sedang berdiri di depan pintu kamarnya.

" Perlu bantuan lagi nggak? " tanya nya

Nasya menggelengkan kepalanya " Ngga perlu bang ini udah selesai semua kok "

Setelah semuanya selesai, ia menutup koper nya dan langsung menghampiri abangnya yang sudah menunggu nya di depan pintu kamarnya.

" Sini biar gue aja yang bawa " ucap Rio sambil merebut koper miliknya.

Nasya tersenyum melihat itu, ia pun segera menyusul abangnya yang sudah terlebih dahulu ke teras rumahnya. Hari ini adalah hari terakhir ia tinggal disini, sedih rasanya harus meninggalkan rumah peninggalan mendiang ayahnya. Ia terpaksa harus meninggalkan rumah yang penuh banyak sekali kenangan ini dikarenakan ia mendapatkan beasiswa di salah satu sekolah yang ada di Jakarta. Sampai di teras rumahnya, ia menatap Rio yang sedang memasukkan kopernya ke dalam bagasi mobil yang sebelumnya ia sudah pesan.

Setelah semuanya selesai, ia menghampiri sang adik yang berdiri sembari menatapnya.

" Semua sudah siap "

" Makasih bang " ucap Nasya menatap sendu sang kakak.

" Jangan pasang muka sedih kayak gitu dong. Lu makin jelek tau kalo sedih kayak gitu " ucap Rio diiringi candaan.

" Reseh banget lu bang " Rio tertawa mendengar gerutu sang adik.

"Udah nggak usah sedih, nanti kita bisa ketemu lagi kan. Gue janji setelah urusan disini selesai semua gue akan nyusul lu ke Jakarta." Ucap Rio diangguki Nasya.

"Yaudah kalo begitu gue pamit ya bang"

"Iya, hati-hati dijalan. Kalo udah sampe kabarin gue ya?". Nasya mengangguk mendengar itu. Ia memeluk Abang sebagai perpisahan sebelum ia memasuki mobil yang abangnya pesan untuknya.

Saat mobilnya mulai jalan, Nasya sempatkan untuk membuka kaca mobil dan melihat abangnya yang sedang melambaikan tangan kearahnya dari kejauhan sebelum ia menutup kembali kaca mobilnya.

Dari kejauhan, Rio yang termenung melihat mobil yang di tumpangi sang adik menjauh. Sejujurnya ia tidak rela membiarkan Nasya pergi. Tapi, ia juga tak mau menghalangi keinginan sang adik yang dari dulu ingin bersekolah di Jakarta. Rio harus segera menyelesaikan urusannya disini sebelum ia menyusul adiknya ke Jakarta.

****
Seorang laki-laki dengan seragam sekolah yang ditutupi dengan jaket hitamnya itu menatap orang-orang yang ada di depannya dengan pandangan amarah dan benci yang menguasai dirinya. Di belakang tubuhnya puluhan orang yang sama dengannya sudah siap membantunya.

Lawannya ini memang pengecut. Buktinya beberapa anak buahnya memegang alat baik tumpul maupun tajam, sementara dari kubuhnya tak ada seorang pun yang menggunakan alat untuk menyerang. Bagi mereka itu semua tidak perlu karena mereka yakin bisa menghabisi curut-curut ini dengan tangan kosong mereka sendiri.

"Apa mau lo?" suara berat yang keluar dari mulutnya itu membuat keadaan makin mencekam

"Mau gue? lo hancur." ucap seseorang yang ada di depannya itu dengan penuh penekanan di akhir kalimatnya

Ia terkekeh mendengarnya."Sebelum lo ngehancurin gue, gue terlebih dahulu ngehancurin hidup lo dengan mudah"

"BANGSAT LO" bentaknya sambil memegang kerah baju cowok itu
yang memandangnya dengan pandangan meremehkan

"Gue pastiin kalo lo akan kalah kali ini" lanjutnya sambil menunjuk ke arah wajah lawannya itu. Ia melepas cengkeramannya dan mendorong cowok itu dengan kasar.

"Oh iya? Lo udah sering ngomong kaya gitu ke gue tapi nyatanya apa? Lo nggak bisa kan kalahin gue?" cowok itu tersenyum miring, meremehkan lawananya yang seragam sekolah berbeda denganya itu.

"JANGAN BANYAK OMONG! MAJU SINI LO JANGAN JADI PECUNDANG YANG MENANG DI KADANG SENDIRI" teriak lawannya di depannya membuat ia dan pasukannya tidak bisa lagi menahan amarahnya.

Pasukannya mulai maju bersamaan dengan pasukan lawannya. Perkelahian tidak dapat di hindari. Beberapa di antara mereka mulai terluka, kekuatan kedua kubuh itu sama kuatnya. Banyak di antara mereka yang sudah babak belur akibat pukulan. Mereka saling adu pukulan seakan ingin menghabisi satu sama lain.

Bugh

Bugh

Bugh

Suara pukulan yang cukup keras dari cowok itu terhadap lawannya yang berani menantangnya. Ia terus menerus memukuli lawannya tanpa ampun, hingga tiba-tiba matanya bertemu dengan mata yang sejak tadi menyaksikan kejadian itu. Matanya terperangkap oleh kedua manik perempuan itu saat kedua mata mereka bertemu.

Situasi itu dijadikan kesempatan lawannya untuk memukul wajahnya membuat ia belum siap pun terhuyung ke belakang, cowok itu memegang sudut bibirnya yang sedikit mengeluarkan darah.

Ia pun segera membalas pukulannya membuat lawannya itu lagi-lagi tersunggur di jalan. Ia ingin kembali menghajarnya tapi tertahan karena teriakan temannya.

"WOY CABUT! WARGA PADA MAU KESINI?!" Teriakkan tersebut mampu membuat orang-orang yang ada di sana berhamburan pergi dengan motor mereka masing-masing sebelum mereka ketangkap oleh warga.

Cowok itu menahan amarahnya, kalau saja warga tidak akan datang pasti sekarang ia sudah menghabisi mereka semua. Kali ini dia membiarkan mereka lolos, tapi ia pastikan ia tidak akan memberikan mereka lolos lagi.

Part 1 - END

NASYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang