Happy reading..!!
.
.
.
.
.-
"Shh.. aish! Sakit..!"
Air mata Jake tak bisa di bendung lagi. Dia merasa bersalah pada Heeseung yang kini duduk di hadapannya.. dengan kondisi yang hampir sama dengan saat mereka pertama kali bertemu.
Baju nya basah, beberapa lebam di tangan, bekas merah akibat ikatan tali yang kuat di kaki, dan beberapa luka gores di wajah serta sudut bibir yang berdarah.
Keduanya sudah berada di luar area sekolah. Heeseung menolak pulang sebelum pakaiannya kering sempurna. Katanya, dia takut bundanya jadi cemas dan tidak mengizinkannya untuk sekolah lagi. Berakhir lah mereka berdua di sebuah minimarket. Jake membeli sepaket alat untuk mengobati luka ringan. Dan kini mereka duduk berdampingan di sebuah bangku tepat di depan minimarket tersebut.
Tangan Jake gemetar, namun tetap berusaha mengobati luka-luka kecil di wajah Heeseung dengan kapas dan obat merah.
Jake merasa tak bisa bicara sepatah katapun. Sekali dia bersuara, dia pasti akan menangis sulit di hentikan.
"B - bukan salah mu."
Ucap Heeseung saat melihat Jake yang berusaha mati-matian menahan air matanya. Bukannya makin kuat, pertahanan Jake malah runtuh dibuatnya.
"Kak.. maaf. Hum.. huwaaaaa maaf kak! T^T I'm sorry, how stupi-"
"Shhtt..! Ng.. ngomong apa sih! Jaeyun.. ini bukan salah mu. Percayalah, ini bukan salah mu sama sekali."
Heeseung menggelengkan kepalanya beberapa kali. Jake menubruk dada Heeseung dan memeluknya erat.
Oh astaga, Heeseung tak kuasa menahan gugup akibat debaran jantungnya. Dia yakin Jake pasti bisa mendengarnya.
Namun ternyata tidak.. Jake tak menyadari hal itu sama sekali karena berusaha menghentikan tangisannya.
"J - Jaeyun.. jangan peluk aku dulu. Pakaian ku belum kering. Ini belum kering!"
Ucapnya. Jake masa bodo. Dia menggeleng sebagai tanda tak ingin melepaskan pelukannya.
"Maaf kak.. T~T."
Heeseung menepuk-nepuk pelan kepala Jake dan mengusap-usap rambut nya. Kemudian..
Cupp!
Heeseung mendaratkan sebuah ciuman penenang di dahi Jake. Sama persis dengan bundanya jika menenangkan diri nya dikala panik menyerang.
Kemudian.. pipi Jake bersemu. Dia mencoba menatap mata Heeseung. Namun tentunya, Heeseung langsung mengalihkan pandangan.
"Kak.."
Gumam Jake pelan.
"Bunda.. bunda selalu mengecup dahi ku. Jika aku tantrum, aku.. aku panik, aku takut.. bunda memelukku erat.. lalu, lalu mengecup dahi ku dan.. dan.. menepuk-nepuk kepala ku.. lalu.."
Tiba-tiba saja perkataan Heeseung terhenti. Di sebrang minimarket, Taehyun sedang berjalan cepat celingak celinguk kesana kemari. Tidak tau mau apa. Heeseung sedikit bersembunyi di belakang Jake. Badannya bergetar.
"Ada apa kak? Kenapa?"
Tutur Jake pelan. Heeseung tak bicara apa-apa. Dia cuma menunduk sembari melihat ujung sepatunya. Jake melihat sekeliling, kemudian matanya menemukan Taehyun di sebrang jalan. Tapi tak ada gunanya menemui orang itu sekarang.
"Ngga apa-apa kak.. ada aku disini."
Jake menarik tangan Heeseung dan menyuruhnya untuk kembali duduk di kursi. Memeluknya sambil mengelus-elus pelan kepalanya. Dan bahkan..
KAMU SEDANG MEMBACA
Special - HeeYunKi
Random"Pa.. temen-temen Iki pada puna mama. Iki puna mama nda? Mama na Iki kemana?" "Kamu tidak punya mama, maaf nak." "Nda apa-apa kok, pa! Papa caja udah cukup buat Iki!" "Kamu tidak punya mama nak, tapi kamu punya ayah." - "Riki.. dia ayah mu." "Ayah...