6

664 83 5
                                    

happy reading..!!

.
.
.
.
.

-

Heeseung, pria itu menatap langit cerah pagi hari. Dirinya sedang berjemur sebentar sembari menenangkan pikirannya dari ruang putih yang menjadi penjaranya. Sudah terlewati sekitar kurang lebih sebulan dari pertemuan pertamanya dengan dua orang tercintanya. Jaeyun-nya dan Riki.

Waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Heeseung baru mau masuk ke dalam, sebelum dia bertemu pria tinggi dengan jas putih dan membawa catatan di tangan kanannya yang menghalangi pintu masuk.

Heeseung menunduk. Dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan kemudian mengacungkan telunjuknya ke arah jam dinding.

"Jam 9 waktunya masuk. Jam 9 waktunya masuk!"

Ujarnya. Soobin tersenyum.

Keadaan Heeseung berangsur-angsur membaik. Dia sudah mulai mau di urus, bahkan kadang mandiri. Heeseung kembali menaati peraturan yang ada, menurut pada semua omongan Soobin dan perawat yang ada disana. Dia juga tak pernah melukai dirinya sendiri, lagi. Luka-luka nya yang kemarin di obati Jake mulai sembuh dan bekasnya mulai hilang. Memang terkadang masih suka tantrum, tapi semakin hari Heeseung semakin ceria. Dan cara Heeseung berkomunikasi jauh lebih baik setelah bertemu keluarga kecil nya.

"Kita lakukan pemeriksaan di luar. Kamu suka di luar kan? Di dalam terlalu.. 'putih' i guess? Aku tau kamu gak terlalu suka ruangan itu."

Soobin meraih tangan Heeseung dan mengajaknya kembali ke bangku taman belakang. Belum sampai, tangan Soobin di tepis oleh Heeseung sendiri.

"Aku.. aku akan bersikap baik. Aku tidak masalah jika harus melakukan pemeriksaan di dalam. Aku tidak apa-apa. Tidak apa-apa."

Soobin mengepalkan tangannya yang tadi di tepis Heeseung. Heeseung memang sepenuhnya jadi penurut, tapi.. Heeseung masih tidak bisa percaya pada Soobin. Perlakuannya di masa lalu membuat trauma dan ketakutan yang mendalam bagi Heeseung.

"Kamu.. masih belum percaya pada ku?"

Tanya Soobin dengan nada bicara selembut mungkin. Heeseung langsung mengangguk sebagai jawaban.

Jujur sekali..

Soobin agak kecewa mengetahuinya. Padahal Soobin sudah berusaha keras untuk berdamai dan ingin kembali mendapatkan kepercayaan Heeseung, menjadi profesional dalam menghadapi siapa pun pasiennya. Ya.. dia akui dia memang belum mengatakan kata maaf pada Heeseung sekali pun. Padahal sudah sejak 4 tahun lalu mereka berhubungan sebagai dokter dan pasiennya.

Tapi dia benar-benar ingin berbaikan dengan Heeseung. Soobin sangat kesulitan sekarang dalam menghadapi Heeseung. Selain karena pintu kepercayaan baginya sudah tertutup rapat, Heeseung sebenarnya tidak sakit jiwa. Soobin tau itu. Heeseung juga tidak bodoh untuk mengetahui kalau Soobin tau betul dirinya tidak sakit.

Namun pria tinggi yang kini berdiri di hadapannya tak pernah memberitahukan kebenarannya kepada pihak yang bersangkutan bahwa Heeseung tidak sakit sama sekali.

Heeseung hanya, spesial. Ya. Spesial.

Orang-orang hanya bisa melihat dan menghakimi dirinya sebagai orang yang terganggu jiwanya.

Tapi kenyataannya tidak seperti itu. Bahkan Soobin tau, Soobin percaya.. Heeseung tak mungkin melakukan hal keji pada sahabat kecilnya meski sejak dulu Beomgyu memang bersikap kejam padanya.

"Heeseung.. aku.."

Perkataan Soobin terhenti sebentar. Heeseung masih pada posisi menundukkan kepalanya.

Special - HeeYunKiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang