01

14 2 2
                                    

Seorang laki-laki menghampiri perempuan dengan membawa bucket bunga. Dia Geral, dan kini dia berlutut dihadapan Arin sambil menyodorkan bucket bunga tersebut.

"Mau ya jadi pacarku," ucap Geral.

Di tengah lapang, Geral dan Arin kini menjadi pusat perhatian.

Arin menaikan sebelah halisnya, dia bingung harus menjawab apa.

Arkan dan Liyan pun datang sambil bersorak.

"Terima dong Rin.."

"Terima.. Terima.. Terima.."
Sorak riuh orang-orang yang sedang menyaksikan Geral dan arin.

"Lo aja gak kenal gue Geral, kenapa bisa suka sama gue?" tanya Arin bingung.

"Kata siapa? Aku kenal kok sama kamu," jawab Geral.

"Diterima Gak?" tanya Arkan.

"Gatau bingung gue" jawab Arin lesu.

Arkan menepuk pundak Geral.

"Udah Ral jangan sedih ya dia gamau sama lo," maksud Arkan mengejek.

Mendengar itu sesuatu terlintas di pikiran Arin. Arkan itu mantan pacar Arin dan Arin masih belum bisa move on darinya. Geral itu sahabatnya Arkan kan? apakah jika Arin berpacaran dengan Geral Arkan akan panas? Yap patut di coba.

Kini Arin menatap Geral yang masih setia di posisinya.

"Kalo gue bilang mau, gimana?" ucap Arin sambil tersenyum simpul.

Geral yang awalnya menunduk kini menatap Arin dengan tak percaya.

Kini semua yang menyaksikan disana bersorak heboh. Arkan dan Liyan pun kini melompat-lompat girang karna sahabatnya tidak akan sok sad lagi.

Geral menghampiri Arin sambil memberikan bucket bunganya kepada Arin. Keduanya saling menatap. Tiba-tiba Arin tersenyum kaku, selepas putus dari Arkan 5bulan lalu. Arin tak pernah merasakan perasaan seperti ini lagi.

"Lo bakal kuat sama sikap gue?" tanya Arin sambil menatap Geral datar.

"Kamu cuek?" tanya Geral dengan wajah datar.

"Gak, gue jamet," ucap Arin sambil tertawa di akhir ucapannya.

"Enggak ah, aku liat kamu keren kok," Geral memuji.

Sial terbang gue batin Arin.

"Yaudah kita udah jadian kan, gue pulang duluan ya," Arin pamit kepada Geral.

Geral mengangguk lalu menatap arin lagi.

"Kamu pulang sama siapa?" tanya Geral.

"Sama Bang Dias," jawab Arin sambil berlari nenuju parkiran.

"Yaudah bye," ucap Geral melambaikan tangannya.

...

Arin menunggu Dias kakaknya sambil duduk di jok motornya.

"Gue jahat gak sih?" tanya Arin pada dirinya sendiri.

Tiba-tiba seseorang memegang pundak Arin. Arin pun mengerjat kaget.

"Mikirin apa sih dek?" tanya Dias yang baru saja datang.

"Abang ini bikin jantungan tau," omel Arin kepada abang nya yang jail itu.

"Suruh siapa ngelamun sendirian di parkiran mana di bawah pohon rambutan lagi," ucap Dias.

"Emang kenapa kalo ngelamun di bawah pohon rambutan bang?" tanya Arin heran.

"Banyak setannya," jawab Dias sambil bertingkah sok horor.

Arin menatap datar abang nya itu, dia memang pendongeng handal. Kerjaannya hanya mendongeng dan mengarang.

"Setannya yang takut sama gue," ucap Arin sombong.

"Iya juga ya, setan mana takut setan," ucap Dias sambil mengangguk-ngangguk.

Kini Arin menatap Dias dengan pelototan tajam.

"Ayo pulang bang gue cape," rengek Arin.

"Ya elu turun dulu kocak," titah Dias kepada Arin.

Arin hanya nyengir, lalu turun dari motor nya.

Dias menaiki motornya, mengeluarkannya dari parkiran lalu melaju pergi.

"Abang..." teriak Arin sambil menghentak hentakan kakinya kesal.

Dias memberhentikan motornya sambil tertawa.

"Gue kira dah naek dek," ucap Dias dengan tawa yang coba ia tahan.

Arin menajamkan matanya, sambil naik di jok belakang sepeda motornya.

Kini Dias menjalankan sepeda motornya sambil terus tertawa.

...



GERINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang