VOTE baby VOTE 🤍
"Saya udah bilang barusan, Saya mau mengajukan perjanjian. Let's just get married."
"Gila ya kamu?" Abi menatap tajam ke arah mata bulat milik Rosaline.
Rosaline memutar bola matanya, ia mengembuskan nafasnya kasar. Jujur saja, ia sedikit kagok saat tatapan tajam itu seperti langsung menusuk matanya.
"Listen, saya gamau egois dan membuat orangtua Saya kembali berjuang mati-matian. Lagipula, saya dan kamu bisa membuat perjanjian pernikahan yang saling menguntungkan satu sama lain." Jelas Rosa sambil berjalan mondar-mandir didepan pria itu yang hanya bersedekap.
"Kamu tau apa yang kamu bicarakan? Pernikahan. Per-ni-ka-han. Kamu pikir gampang?" ucap Abi tegas .
"Enggak, ini sama sekali tidak mudah bagi saya. Tapi, i dont have another choice. Well, maybe this is easy for you, kamu bisa nolak tanpa harus menerima resiko sebesar yang diterima saya dan keluarga saya." Ucap Rosa yang sedikit lagi akan menonjok wajah orang yang ada dihadapannya ini kalau ia masih merasa paling menjadi korban, padahal kalaupun pria ini menolak dia dan keluarganya tidak akan semudah itu melarat.
Saat pria itu ingin menjawab, Rosa langsung melanjutkan pernyataannya, "Kita menikah tapi hanya didepan hukum, setelah menikah kita bisa menjalani kehidupan masing-masing tanpa peduli satu sama lain. Kamu tidak perlu memberi nafkah apapun ke saya. Yang penting kita sah didepan hukum, Atau bahkan kita bisa menikah dalam jenjang waktu yang kita sepakati, mau 1 tahun 2 tahun terserah lalu setelah itu kita cerai." Lanjut Rosaline lagi.
Abi menggeleng pelan, "I still dont get it." Ucap pria itu. Abi ingin pernikahannya sekali dalam seumur hidup, bukan seperti melakukan game seperti ini.
"please, saya tau kamu pasti paham apa yang saya jelaskan tadi. Please bantu saya, saya gabisa liat orang tua saya jungkir balik hanya untuk saya. " Ucap Rosaline sambil menatap Abi dengan tatapan mata belo miliknya. Ia sampai memegang kedua lengan pria yang menatapnya dengan wajah lempeng.
"Please.." bisiknya.
Abi tenggelam pada sepasang manik mata coklat didepannya, mata itu seperti mata anak perempuan berusia tujuh taun yang berharap diberi mainan favoritnya. Tapi, ini bukan lagi berharap tentang mainan atau ice cream. Tapi sebuah hal yang kompleks.
Abi mengeluarkan dompetnya lalu menarik sebuah kartu berlambang huruf 'A'
"Sebaiknya kita bicara masalah ini dikantor saya." Ia menyodorkan kartu hitam itu lalu kembali masuk ke dalam mansion.
Rosaline menatap sekilas kartu nama super elegant yang baru saja ia terima, lalu ia menghembuskan nafas kasar dan menggigit kukunya, ciri khas Rosaline jika ia merasakan nervous. Ia masih tidak percaya beberapa saat lalu ia memohon kepada pria yang tidak ia kenal untuk menikahinya? Ini memalukan, sungguh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The UNWANTED Marriage
Romance(18+) Mereka dua orang asing yang dipertemukan karena paksaan keluarga besar, dua orang asing yang terjebak dalam perjodohan tak terelakan. Bagaimana mereka melewati perjodohan yang tidak mungkin dihindari ini? Perempuan itu adalah Rosaline Adinat...