9 | Harga Diri

477 33 9
                                    

Dan pagi ini Rosaline dan Abi sudah duduk di kursi belakang mobil perjalanan menuju Jakarta. Abi memutuskan memanggil supirnya, karena semalam setelah barbeque itu ia tidak bisa tidur.

Atmosfer mobil itu kosong, senyap dan dingin, hanya diisi suara radio yang diputar supir berisi berita kemacetan Jakarta. Kepala mereka sibuk memutar ulang percakapan mereka kemarin, Rosa dengan Ayasha. Abi dengan Aksara.

...

"Ros, i know you... Please jangan bohong sama gue. Lo beneran nikah karena mau nikah apa karena perjanjian itu?" Ayasha memegang kedua bahu Rosaline. Tidak ada yang bisa mendeskripsikan kekhawatiran Ayasha terhadap Rosaline karena orang yang paling tau kurang lebihnya Rosa hanya Ayasha.

Ia tau ini bukan yang Rosa rencanakan, menikah dengan seseorang yang selalu jadi objek ghibah mereka berdua dan seseorang yang paling Rosa tidak suka dengan jangka waktu secepat ini, itu mustahil. Apalagi kebetulan perjanjian keluarga itu keluar, anak SMP pun pasti punya prasangka kalau ini bukan menikah karena memang ingin menikah.

"Ayasha, gue ngerti Lo khawatir. But dont worry about me. Dont you see? Aku sama Abi udah siap, we're ready to be together, married and living a life." Rosa mengelus pipi sepupunya itu, sejujurnya ia nge-blank, padahal ia sudah mempersiapkan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan seperti ini.

"Jadi, kamu nikah memang bener bener karena perjanjian itu? 100% bener kan. Jawaban kamu udah mengarah kesana, jangan bohong."

Rosaline dengan berat menelan salivanya, "Gue ngga akan bohong, tapi emang bener gue sama Abi dipertemukan secara intens karena perjanjian itu-" Rosaline tidak melanjutkan kalimatnya karena Ayasha malah tersedu sambil menutup mulutnya-takut putrinya terbangun karena isak tangisnya.

"Sa, i swear sebelumnya gue gamau. Gue sama papa mama udah siap dengan segala konsekuensinya. Tapi i dont know, aku sama dia kaya mengalir aja, kita sering ngobrol, dan ternyata dia ngga seperti yang kita pikir selama ini kok Sa. Mungkin ini memang takdir gue sama dia. So please.. be happy for me, okay? I promise i will have a happy life with him." Ucap Rosaline lembut sambil mengusap air mata sepupu yang amat ia sayangi ini.

Im so sorry Sa gue harus bohong. Ucap Rosa dalam hati sambil menahan tangisnya yang sebenarnya ingin sekali meledak melihat sebigini khawatirnya Ayasha.

Ayasha dengan berat mengangguk sambil mengusap pipinya yang penuh air mata. "Janji sama gue Ros, if he hurts you dont ever give him a chance. Lo harus lari ke Aussie dan ngungsi ke rumah gue."

Rosaline tertawa mendengar jawaban ngawur Ayasha. Rosaline tau itu tidak akan terjadi, ia tidak mungkin ada cekcok atau masalah besar dengan Abi layaknya suami istri karena kehidupan setelah pernikahan mereka akan berbeda.

...


"Langsung aja ya, entah pertunangan kalian ini ada hubungannya dengan perjanjian keluarga atau engga. Tapi, yang pasti gue sama Ayasha ngga begitu percaya dengan hubungan kalian." Ucap Aksara sambil menatap mata tajam milik Abiastha. "Tapi kalo gue, gue sepenuhnya percaya dengan segala keputusan Rosaline. Rosa pasti punya alasan. Kamu, Abiastha Alfahri yang nggak gue percaya. Kalo gue boleh berprasangka, mungkin Rosaline memutuskan menikah untuk menyelamatkan keluarganya im sure it is, sudah karakter Rosaline untuk ingin keluarganya selalu sejahtera. But you.. You have everything. What makes you marry my lil sis."

"Listen, im not giving you promises but I will try the hardest to protect her, to provide her with everything that i have. Tentang perjanjian apapun yang Lo percaya tentang hubungan kami, i dont really care Sa. Cause i still want to marry her, and i will. I dont have special reason why i marry Rosaline, tapi keputusan ini ga akan berubah." Mata mereka tidak pernah putus, Aksa mencoba mencari sisi bohong Abi dan Abi berusaha meyakinkan pria yang ada disampingnya itu.

The UNWANTED MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang