Chapter 4

172 11 5
                                    

Sudah sepuluh hari sejak kejadian dua titan eksperimen yang terbunuh, tapi Hanji masih tetap mengurung diri di kamarnya. Bahkan Erwin pun sudah turun tangan untuk membujuk Hanji namun hasilnya tetap nihil. Pasalnya selama sepuluh hari itu pun Hanji sama sekali tak makan dan minum. Mungkin ini saatnya bagi Levi untuk turun tangan.

"Oi, keluar kau mata empat. Berhentilah menangisi mereka. Sebentar lagi kita akan melaksanakan ekspedisi, kau bisa bertemu dengan titan sialan itu di sana." Teriak Levi sembari mengetuk kamar Hanji.

"Aku tidak menangis, kokkau enak saja menuduhku."

"Bohong, cepat keluar! kau bahkan belum makan selama sepuluh hari. Aku tak percaya kau masih hidup."

"Aku tak lapar."

Levi sudah kehilangan kesabarannya menghadapi Hanji. Ia mengambil ancang-ancang. Kemudian dengan sekuat tenaga, Levi mendobrak pintu kamar Hanji.

"Bangun, bodoh. Sampai kapan kau akan tidur seperti itu." Ucap Levi sambil menarik selimut yang sedang Hanji kenakan.

"Aku tak mau."

Tanpa memedulikan perkataan Hanji, Levi langsung mengangkat Hanji dari kasurnya dan melangkah menuju kamar mandi.

"HUAAAAAA, APA YANG KAU LAKUKAN !?" Teriak Hanji saat Levi menjatuhkannya di bathup kamar mandi.

"Aku sudah lama ingin melakukan ini padamu." 

"Tapi aku tidak mauuuuu." Hanji memberontak tak mau dimandikan. Tapi meski begitu, Levi tetaplah Levi. Jika dia berencana demikian, maka demikian pula yang akan dilakukan. Tak peduli meski Hanji menolaknya.

Acara mandi-memandikan telah selesai. Kini Levi tengah mengikat rambut milik Hanji yang masihterurai berantakan.

"Apa kau lapar?" Tanya Levi setelah selesai mengikat rambut Hanji. Yang ditanya hanya mengangguk  sebagai jawaban.

"Sebentar." Uacap Levi sambil beranjak keluar dari kamar Hanji. Tak lama kemudian, dia kembali sembari membawa nampan satu piring makanan serta dua cangkir teh.

"Makan ini." Levi memberikan piring dan secangkir teh. Tanpa ba-bi-bu lagi, Hanji langsung makan tanpa celah sedikitpun. Sepertinya, ini efek karena sudah sepuluh hari tak makan. Levi merasa geli sendiri melihat Hanji. Dia pikir, dia tak akan menemukan lagi orang yang peduli padanya setelah kepergian Isabel dan Farlan. Tapi ternyata dia salah, dia bahkan menemukan orang seperti Hanji yang bahkan dia anggap seperti adiknya sendiri. Mirip dengan Isabel.

"Levi  aku ingin mengakui sesuatu, tapi kau harus janji kau tak akan marah." Kata Hanji. Makan di piringnya bahkan sudah tak tersisa sedikitpun.

"Apa?"

"Aku masih lapar, Boleh aku makan lagi?" Ucap Hanji sambil tersenyum polos seperti anak kecil yang tak punya dosa. Senyum yang telah dia rindukan selama sepuluh hari

>>><<<

"Hei, kalian. aku punya berita penting." Seru Reiner yang datang menghampiri teman satu angkatannya di Pasukan Penyelidik yang tengah berkumpul di halaman belakang markas.

"Ada apa, Reiner?" Tanya Jean yang mendadak merasa penasaran.

"Aku tidak sengaja mendengar percakapan antara Levi-Heichou dengan kak Hanji di kamarnya saat aku berjalan di kolidor barusan."

"Memangnya percakapan macam apa yang mereka lalukan? Bukankah berbicara dengan sesama manusia itu adalah hal yang wajar?" Sasha ikut bertanya karena penasaran.

"Ini bukan percakapan yang semestinya, tahu." Jawab Reiner.

"Lalu bagaimana?" 

"Detailnya sih, aku tidak tahu. Tapi aku mendengar kak Hanji berteriak sambil berkata 'apa yang kau lakukan?' selang beberapa detik, Heichou mengatakan 'aku sudah lama ingin melakukan ini padamu'. Kupikir mereka berciuman atau bahkan melakukan sesuatu yang lebih." Jelas Reiner.

"Astaga, pikiranmu jorok sekali." Sahut Eren setelah mendengar cerita Reiner

"Apa kau bilang? Bukankah kak Hanji itu laki-laki?" tanya Sasha bingung.

"Sasha benar, tidak mungkin sesama lelaki berciuman." Ucap Jean tidak mau kalah.

"Jadi kalian berpikir jika kak Hanji itu laki-laki? Aku malah berpikir kak Hanji itu perempuan." Chirista jadi ikut penasaran mana yang benar.

"Aku setuju dengan Christa kalau kak Hanji itu perempuan." Eren ikut bingung

"Tidak, aku tidak setuju. Pokoknya kak Hanji itu laki-laki. Titik." Ucap Connie sedikit berteriak.

"Yang dikatakan oleh Connie sepertinya benar. Kak Hanji itu laki-laki." Armin mengikuti salah satu pendapat diantara mereka.

"Aku tak peduli kak Hanji laki-laki atau perempuan. Apapun pilihan Christa, aku aakn mengikutinya."

"Tidak, tidak, tidak. Dilihat dari apapun,  kak Hanji itu perempuan." Reiner menolak pendapat Armin.

"Aku berpihak padamu, Reiner. Sepertinya mata kalian terjadi suatu gangguan. Apa kakian buta? Kak Hanji itu perempuan, lho." Tanggap Eren.

"Tidak! Dia itu laki-laki!" Terial Sasha.

"Perempuan, bodoh!" Reiner ikut berteriak. Sepertinya, akan terjadi adu mulut diantara mereka.

"Laki-laki!"

"Perempuan!"

"Laki-laki!"

"Perempuan!"

"Sudah, cukup!" Eren menengahi perdepatan diantara mereka. "Bagaimana kalau kita membuat sebuah taruhan?" Tawar Eren.

"Setuju! Apa yang akan didapatkan oleh kelompok yang kalah?" Tanya Sasha penuh semangat.

"Kelompok yang kalah harus membersihkan milik anggota kelompok yang menang dalam taruhan selama dua minggu. Setuju?" Usul bertolt yang sedari tadi hanya menyimak.

"Baiklah, kami setuju!" Ucap Jean mewakili teman-temannya.

"Oke. Karena kita sudah setuju, ayo kita membagi kelompok. Orang yang lebih percaya jika kak Hanji adalah perempuan silahkan memisahkan dori ke sebelah utara." Kata Armin.

Diantara orang yang memisahkan siri adalah :
Eren, Mikasa, Christa, Ymir, dan Reiner.

Maka, terjadilah battle antara :

Armin, Jean, Sasha, Connie, Bertolt

VS

Eren, Mikasa, Christa, Ymir, Reiner

Dan siapakah yang akan memenangkan taruhan itu?

.
.
.
.
TBC

Good Night, Hanji [LeviHan Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang