Chapter 1

251 20 3
                                    


"HEEII, LEVIIII." Teriakan seseorang membuat Levi mendadak kehilangan ketenangannya saat sedang meminum teh.

"Bisakah kau berhenti berteriak?"

"Hehehe, maaf. Apa kau tahu? Besok akan diadakan upacara penerimaan murid baru, lho. Kira-kira ada berapa orang yang bersedia menjadi anggota pasukan penyelidik, ya?" 

Hanji terus saja mengoceh tentang berbagai hal. Levi sama sekali tidak  menjawab sepatah kata pun. Tapi meskipun Hanji bisa dikatakan amat sangat berisik, Levi sama sekali tidak pernah merasa risih. Sedikitpun.

"Bisakah kau berhenti menceritakan tentang bocah titan itu? aku sama sekali tidak berniat untuk mendengarkannya." Sahut Levi saat Hanji mulai membicarakan soal Eren.

"Eehh!? Padahal dia itu keren, lho. Coba kau bayangkan, ada manusia yang bisa berubah menjadi titan, bukankah itu hebat?"

"Cih, jika kau ingin membicarakan tentang bocah itu, ajak saja Moblit atau Erwin. Aku tidak berminat untuk mendengarnya." 

Levi beranjak pergi meninggalkan Hanji sendiri. Dirinya merasa risih jika Hanji sudah membicarakan tentang Eren, padahal dia sendiri tidak tahu apa alasannya.

"Tunggu, kau mau pergi kemana Levi? Oii, LEVIIII." Percuma. Mau sekeras apapun Hanji berteriak tidak ada seorang pun yang dapat menghentikan Levi, tidak terkecuali dirinya.

>>><<<

Upacara penerimaan murid baru telah dilaksanakan beberapa jam yang lalu. Tapi sayang beribu sayang, Hanji tidak bisa mengikuti nya karena Erwin memerintahkan dirinya untuk melanjutkan penelitian pada dua titan yang baru saja ditangkap.

Antara senang karena bisa bertemu lagi dengan titan kesayangannya, juga sedih karena tidak bisa terlibat dalam upacara penerimaan murid baru. Hanji berangkat ditemani oleh Moblit, orang yang selalu menceramahinya ketika dia melakukan hal yang ceroboh.

"Buntaichou, jangan terlalu dekat! Anda bisa mati betulan." 

Seperti saat ini, kepal Hanji nyaris saja digigit oleh salah satu titan eksperimen. Moblit takut jika terjadi sesuatu dengan Hanji. Pasalnya, Levi tidak akan segan-segan untuk menebas lehernya bahkan jika Hanji hanya lecet sekalipun. 

'Hanji adalah salah satu orang yang penting di pasukan penyelidik. Maka dari itu, kau harus mengawasinya dengan benar. Awas saja jika terjadi sesuatu aku tak akan berpikir dua kali untuk menebas lehermu.'

Moblit teringat akan kata-kata Levi. Membayangkannya saja sudah membuat dia ngeri. Sama seperti saat Hanji terjatuh dari kudanya ketika melaksanakan ekspedisi bulan lalu. Dia hampir saja kehilangan nyawanya di tangan kapten pasukan penyelidik tersebut. Menikah saja belum, pikirnya.

"Buntaichou, lebih baik kita kembali saja ke markas, sebentar lagi malam."

Moblit menarik paksa tangan Hanji membawanya ke arah markas pasukan penyelidik. Sudah tak terhitung berapa kali Hanji memberontak. Tak mau pulang.

"Moblit aku tidak mau kembali ke markas, aku masih ingin disini." Rengek Hanji

Tanpa mendengarkan perkataan Hanji, Moblit terus menariknya agar masuk ke maras. Moblit bahkan berdo'a dalam hati semoga Levi tidak mengetahui kejadian tadi siang. Ditambah Hanji terus berteriak sepanjang jalan membuatnya khawatir jika Levi datang.

'Semoga dia tidak muncul sekarang.' Batinnya dalam hati.

"Ada apa ini? Berisik sekali." Ucap seseorang yang tiba-tiba saja sudah berdiri di belakang mereka.

Moblit memutar badannya. Keberuntungan sedang tidak berpihak padanya sekarang. Orang yang sedari tadi tak diharapkan kedatangannya, kini tengah berdiri dengan jarak beberapa meter di depannya

"Eeh, Levi-heichou tidak ada apa-apa, kok. Aku hanya menarik buntaichou karena tidak mau pulang ke markas." Jawab Moblit sambil tersenyum. Senyum yang dipaksakan.

"Kau tidak berbohong, kan? kudengar, kepala Hanji bahkan hampir digigit titan."

"E-eh, itu, maaf heichou akun lupa. Aku disuruh untuk pergi ke ruangan komandan Erwin jika eksperimen telah selesai." Jawab Moblit sekenanya

Moblit langsung buru-buru pergi sebelum nyawanya terancam. Melihat kelakuan Moblit, Hanji terkekeh pelan. Rasanya seperti menjadi hiburan tersendiri baginya.

"Hei, kau tahu? Tidak sopan memberi ancaman pada anak yang sama sekali tak bersalah." Ucap Hanji sesat setelah batang hidung Moblit tak terlihat.

"Bukan ancaman. Aku hanya memberinya pelajaran"

Sebelum Hanji sempat berkata, Levi menarik tangannya dengan maksud mengajaknya pergi ke suatu tempat

"Hei Levi, kita akan pergi ke mana?"

"Aula"

"Untuk?" Hanji masih belum paham, untuk apa dirinya dibawa ke aula.

"Kau penasaran dengan jumlah anggota pasukan baru,kan? Kau bisa mengeceknya sendiri disana. Sekalian perkenalan."

Hanji membelakan matanya, ia hampir saja berteriak jika saja suara teriakan seseorang di belakangnya tidak membuat dia membatalkan perbuatannya.

"HEICHOU!!!!"

Levi yang merasa dirinya dipanggil memutarkan badannya ke arah datangnya suara, Hanji juga mengikuti arah pandang Levi dan melihat seorang perempuan dengan rambut sebahu sedang berjalan ke arah mereka. Lebih tepatnya ke arah Levi.

Petra datang menghampiri Levi. Hanji berusaha untuk melepaskan genggaman tangan Levi. Ia tidak mau menyakiti hati Petra yang sudah terbilang cukup lama menyukai Levi. Tapi, Levi malah mengeratkan pegangan tangannya membuat Hanji menyerah untuk mencoba melepaskan tangannya.

"Ada apa?" Tanya Levi singkat.

"Umm, jadi begini. Ayahku mengundang anda untuk makan malam di rumah kami. Dia bilang, ada hal yang ingin dibicarakan dengan anda." Ucap Peta.

"Kapan?"

"Besok pukul tujuh malam." 

"Baiklah aku akan datang jika tak sibuk. Apa lagi?"

"Tidak ada, aku hanya ingin menyampaikan itu pada hal anda." Jawab Petra sambil menggeleng pelan.

"Baiklah, aku duluan" Ucap Levi seraya kembali menarik Hanji.

"Apa-apaan tadi itu?" Tanya Hanji ketika Petra sudah menghilang dari pandangannya sambil menghempaskan tangannya, memaksa Levi untuk berhenti. Tapi Levi tetap saja bersikeras menggenggam tangannya

"Apanya yang apa?" Levi membalikkan badannya menghadap Hanji.

"Mengapa tadi kau menggenggam tanganku, bodoh. Bagaimana kalau dia berpikir yang tidak-tidak?"

"Baguslah kalau begitu. Lagipula, aku tak punya niat untuk datang."

"Kenapa?" Tanya Hanji. Matanya mulai menghangat serta pandangan matanya perlahan kabur. Seperti ada sesuatu yang menghalangi.

"Tidak ada alasan khusus, aku hanya tidak mau."

"HUUAA!! KAU KEJAM ! TAK PUNYA PERASAAN !" Teriak Hanji sambil menghempaskan tangan Levi yang masih menggenggam tangan miliknya. Kemudian berlari ke kamarnya.

Levi sama sekali tidak mengerti. Apa yang terjadi?



Good Night, Hanji [LeviHan Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang