𝕮𝖍𝖆𝖕𝖙𝖊𝖗 2 || 𝕸𝖊𝖒𝖔𝖗𝖞

80 1 0
                                    


𝐑𝐞𝐜𝐨𝐦𝐞𝐧𝐝𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧 𝐬𝐨𝐧𝐠

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝐑𝐞𝐜𝐨𝐦𝐞𝐧𝐝𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧 𝐬𝐨𝐧𝐠

𝐮𝐧𝐜𝐨𝐧𝐝𝐢𝐭𝐢𝐨𝐧𝐚𝐥𝐥𝐲 - 𝐤𝐚𝐭𝐭𝐲 𝐩𝐞𝐫𝐫𝐲


𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐫𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐠𝐮𝐲𝐬

-

-

   MATANYA terbelalak menatap dengan tatapan tajam dan penuh dengan rasa ketidakpercayaan, ketika Lunar melepaskan topi yang dipakainya, Perempuan yang telah lama tidak bertemu dengannya, perempuan yang selama bertahun-tahun terpisah darinya, perempuan yang selama ini dia cari keberadaanya, kini berada didepannya, didepan matanya, bahkan hanya berjarak beberapa langkah dari dirinya, NARA! DIA BENAR NARA YANG SAYA KENAL?, INI NARA, TAPI KENAPA JALU GAK KASIH TAHU SAYA, Pertanyaan itu mulai hadir didalam benaknya, memori masa lalu kembali terputar di dalam pikirannya. Gadis Kecil ini sudah tumbuh dewasa, gadis kecil yang dahulu selalu menggangunya, menghabiskan waktu dengannya, gadis kecil yang selalu menemaninya kemanapun dia pergi, gadis kecil yang selalu menangis di pelukannya, gadis kecil pemberani, kini hadir kembali dengan versi terbaru darinya, SANARA LUNAR.

"Bhy kok malah bengong, kasihan nih udah malam mau pesan apa?." Gavin menepuk pundak Arbhy yang sedari tadi bengong dengan tatapan kosong.

"Ehhh sorry sorry samain aja." Arbhy menjawab seperti orang kebingungan, tatapannya tidak terlepas dari Lunar.

"Yehhh malah bengong napa sih Bhy." Ucap Rifky salah satu temannya.

"Americano dua Mba, ada sloky Mba?."

"Cuma dua saja, dua lagi apa? Baik nanti saya bawakan slokynya." Allice americano dua cepet tulis, bisik Lunar memberikan buku pesanan.

"Udah cukup dua aja, oh mba saya mau Tanderloin steak sama cocktail, kentang ganti pake nasi." Ritz memeriksa setiap tulisan yang ada dibuku menu dengan teliti dan serius,tetapi ia memesan minuman yang tidak ada disana.

"Ritz ini Kafe mana ada cocktail gila." Gavin menyikut Ritz.

"Maaf ya kak haha, kebetulan untuk makanan kami sudah sold sisa minuman sa—." ucapannya terpotong. "Oh ya gapapa." Lunar menoleh pada Pria yang memotong ucapannya itu pria yang sebelumnnya belum ia lihat, karna sedari tadi dia hanya terfokus pada Gavin sepupu sang pemilik Kafe, Lunar membulatkan matanya dan dia terkejut melihat Arbhy.

Hahh ini Gara, seriusan Gara? Kok gue gak sadar sih, dari tadi dia didepan lo Lunar, ini serius ga sih? Kebetulan yang membagonggkan, sapa gak ya, jangan deh dia udah lupa kayaknya sama gue, tapi ini serius dia, ucapnya di dalam hati, kini mereka berdua saling menatap, setelah beberapa detik Lunar tidak kuat dengan tatapan Arbhy yang begitu tajam, Lunar memberikan senyuman dan memalingkan wajahnya, fix sih ini Gara kayaknya dia masih inget sama gue, kok bisa ada disini ya tuhan ga nyangka gue.

SAMUDRA BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang