𝐑𝐞𝐜𝐨𝐦𝐞𝐧𝐝𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧 𝐬𝐨𝐧𝐠
𝐩𝐥𝐚𝐲𝐥𝐢𝐬𝐭 𝐦𝐮𝐬𝐢𝐜 𝐞𝐧𝐚𝐤 𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐝𝐢𝐝𝐞𝐧𝐠𝐞𝐫𝐢𝐧 𝐬𝐚𝐦𝐛𝐢𝐥 𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐜𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝐢𝐧𝐢
𝕳𝖆𝖕𝖕𝖞 𝖗𝖊𝖆𝖉𝖎𝖓𝖌
-
-
ELANG membuka kedua bola matanya secara perlahan, tubuhnya sudah terbaring lemah di atas belangkar Rumah Sakit, kejadian semalam membuatnya harus mengalami ini semua, ia kekurangan darah karena luka tembak yang serius, untung saja nyawanya masih bisa di selamatkan. Pintu kamar Rumah Sakit terbuka perlahan beberapa temannya datang untuk membesuk.
"Elang, gimana lo udah sadar? tadi malem lo gak sadarkan diri." Amor membawakan beberapa makanan dan Buah-buahan segar.
"Yang nembak lo semalem anggotanya Regan Bombay Lang tapi mereka gak ada yang mau ngaku, tapi gue ngaku kalo misalnya gue yang nembak Regan, dan gue udah minta maaf sama dia, keadaanya gak terlalu kritis sama kaya lo, senjata yang gue tembakin semalem bukan Kaliber yang dikasih Xander Lang, ada yang nuker, dan senjata itu gak perlu ijin resmi buat sertifikat kepemilikannya." Juna mengambil sebuah kursi lalu duduk disamping Elang.
"Semalem ada yang ketangkap." Ucap Elang sedikit tertahan menahan rasa sakit.
"Tenang Lang Pamungkas sama Lintang udah urus semuanya kita juga di bantuin juga sama Kakaknya Lunar buat damai." Kinan mengusapi perut elang yang tertembak, "Nanti Lintang, Pamungkas, sama Lunar juga mau kesini."
Dion dan Helva baru saja tiba disana mereka langsung masuk kedalam ruangan, wajah Dion terbalut oleh perban dan masih kesulitan untuk melangkah hingga Helva harus merangkulnya. Melihat Dion yang masuk ke dalam ruangan dengan keadaan seperti itu Elang merasa bersalah atas perlakuannya yang sangat anarkis.
"Lang gimana keadaan lo." Dion memberikan senyuman pada Elang, dan Juna langsung berdiri dari tempat duduknya untuk menuntun Dion duduk di samping Elang.
"Ngapain lo tanyain keadaan gue, gue bajingan , gue minta maaf Dion, gue salah sama lo." Semua orang yang ada disana seketika langsung menundukan kepalanya.
"Lo gak perlu minta maaf, gue ngerti kok apa yang lo rasain tadi malem, pasti lo marah, harusnya gue yang minta maaf, kalo gue gak minta bantuan Regan Bombay lo gak mungkin ketembak kaliber sampe separah ini." Dion memerikan fist bomp sebagai tanda permintaan maaf.
Seorang Dokter dan perawat masuk kedalam ruangan untuk memeriksa keadaan Elang dan memberikan resep obat yang harus di tebus di apotek Rumah Sakit.
"Permisi, Elang gimana keadaanya ada yang masih terasa sakit selain di daerah luka tembak." Tanya seorang Dokter wanita paruh baya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMUDRA BULAN
RomantikSANARA LUNAR HANINDIRA HUSEIN, hidupnya berubah ketika ayahnya meninggal, memiliki banyak trauma di kehidupannya, mengidap penyakit mental yang serius, di dewasakan oleh waktu dan masalah finansial membuatnya menjadi seorang wanita pemberani, mandir...