TIGA tahun silam...
Pertemuan Arum dan Bagindo dimulai saat Arum menjadi karyawan kontrak di salah satu cabang kecil PT. Dairy Food Tech. di Padang. Karena kelemahlembutannya, Gindo tertarik untuk mengenal lebih jauh wanita ayu itu. Sebagai seorang lelaki yang menganut paham tidak akan pacaran sebelum menikah, Gindo sudah menargetkan Arum sebagai istrinya dan dia tidak akan berlama-lama dengan niatnya itu. Gindo sudah melihat Arum sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya dimasa depan. Sevisioner itu seorang Bagindo Maulana.
Gindo sama sekali tidak pernah memikirkan peraturan perusahaan yang melarang pernikahan sesama karyawan karena peraturan itu hanya berlaku untuk karyawan tetap. Maka dia memberanikan diri untuk langsung melamar Arum ke kampung halamannya di Solo dan memboyong keluarganya sendiri dari Padang untuk bertemu keluarga sang calon istri.
Bagai gayung bersambut, Arum yang saat itu memang didesak oleh Mamanya untuk menikah menemukan tambatan hati didetik-detik terakhir. Dia melihat sosok Gindo sebagai lelaki yang serius dan akan tepat menjadi imamnya kelak. Salah satu alasan yang membuat Arum yakin dengan Gindo adalah, setiap Arum melewati mushala kecil kantornya, dia selalu menemukan Gindo sedang shalat dhuha atau Gindo lah yang sedang memimpin shalat berjamaah. Seringnya Zhuhur. Sesekali Ashar atau Maghrib kalau sedang lembur.
Arum heran, kenapa Gindo malah memilih dirinya. Dia sering mematut dirinya di kaca setelah Gindo melamar dirinya. Apa yang dilihat dari dirinya yang tergolong biasa-biasa saja. Cantik? Standar, kok. Mungkin sedikit berbangga karena kulitnya yang cerah. Tapi masak iya sih, Cuma karena kulit saja Gindo mau dengannya? Malahan dirinya sendiri belum menutup aurat dengan sempurna seperti kebanyakan teman-temannya di kantor yang rata-rata berhijab dan pakaiannya santun-santun. Sedangkan Gindo sendiri dikenal sebgai pribadi yang taat agama. Terlihat dari perilakunya yang sangat sopan dan tidak pernah kurang ajar pada lawan jenis dan yang pasti selalu shalat tepat waktu. Tapi dia sudah bertekad untuk segera belajar memakai penutup aurat itu.
Mereka menikah dengan sederhana di Padang dan Solo. Menjalani kehidupan pengantin baru yang berjalan satu tahun dengan bahagia hingga kabar nama Arum masuk menjadi salah satu kandidat pegawai tetap membuat Gindo memikirkan nasib pernikahan mereka.
"Gimana Da, aku boleh lanjut ikut diklat?" Bagaimana bisa Gindo mengatakan tidak pada perempuan didepannya. Ia tahu sekali Arum sangat menyukai pekerjaannya dan merupakan cita-citanya dari kuliah dulu untuk bekerja di PT. Dairy Food Tech. Lagi pula, sekarang mereka masih baru berumah tangga, jadi tidak ada tuntutan macam-macam terhadap rumah tangganya dari kedua keluarga besar. Tapi kalau ditanya dari lubuk hati yang terdalam, Gindo mau Arum pure menjadi ibu rumah tangga saja. Gindo ingin Arum berhenti dari pekerjaannya.
"Boleh. Tapi konsenkuensinya nggak ada seorang pun yang boleh tahu kita menikah, Rum, kalau kamu dinyatakan lulus diklat."
"Tapi kalau aku lulus beneran gimana?" tanya Arum cemas.
"Selama kita nggak satu cabang, aku pikir nggak akan masalah." Arum mengangguk. Tapi dia sadar masih ada yg harus di keluarkan dalam pikirannya. Dan rasanya sangat menyesakkan.
"Lalu, bagaimana dengan anak, Da? Kita akan susah punya anak kalau nggak ada yang tahu aku menikah. Aku nggak mungkin tampil didepan umum dengan perut buncit tapi nggak ada yang tahu aku menikah dengan siapa." Akhirnya kegundahan Arum dan Gindo yang terpendam selama ini menguap ke udara.
"Aku akan sangat bahagia bila kamu hamil dan mengandung anakku, Rum. Anak kita," ucap Gindo bangga. Gindo melarikan tangannya pada perut Arum dan mengelus lembut disana. "Tapi aku tahu kamu pasti menantikan program diklat ini, kan?" Arum menunduk dan mengangguk malu didepan suaminya.
Gindo merangkul hangat istrimya dan menarik Arum kearah dirinya sehingga mereka bisa merasakan kehangatan satu sama lain.
"Kejarlah impian kamu, Rum. Aku sebagai suami akan mendukung cita-cita kamu. Dari sekarang aku sama rekan serikat pekerja akan mengusulkan perubahan peraturan ke direksi. Mudah-mudahan ikhtiar ini dikabulkan Allah." Arum mengamini dengan takzim berharap doa mereka dikabulkan Sang Pemilik Semesta. Dan untuk langkah pertama, Gindo akan meminta teman-teman cabangnya untuk menutup mulut dan menjelaskan situasi yang terjadi pada mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Koleksi Rasa (Kumpulan Cerpen)
Historia CortaKumpulan cerita pendek yang tercipta ketika ide di kepala harus segera dikeluarkan secepat mengejar diskon. 1. My Quin (Bitter Sweet Marriage) 2. Secret (Spicy Office Romance) 3. Beautiful Blue (Marriage Life) 4. Jaenudin (Rom-Com) 5. Ebony & Ivory...