SECRET 4 - KEJUTAN-KEJUTAN

259 33 1
                                    

SEBUAH kejutan diberikan Arum pada suaminya di suatu pagi yang cerah tatkala akan berangkat kerja. Saat akan keluar dari apartemen suaminya, Arum sengaja keluar lebih lama dari kamarnya sehingga Gindo menunggu di dekat pintu. Ketika muncul di hadapan suaminya, Gindo dibuat menangis bahagia dan langsung memeluk Arum erat disertai kalimat pujian pada Sang Maha Pencipta.

"Alhamdulillah. Makasih ya Rum. Kamu tambah cantik berhijab gini. Doa aku diijabah, Rum. Timbanganku nanti lebih ringan karena istriku tambah solehah." Kecupan panjang di kening diberikan Gindo dengan mesra.

"Maaf ya, Uda. Aku telat banget pake jilbabnya. Baru bisa kayak gini." Tidak percaya diri, Arum melarikan tangannya ke hijab yang yang menutupi kepala dan dadanya.

"Nggak apa-apa, Rum. Belajar. Suatu hari nanti kamu pasti bisa kayak Bundaku." Arum mengingat mertuanya yang berjilbab panjang dan mengamini kata-kata Gindo. Senyum tidak menghilang dari bibir keduanya hingga sampai di kantor mereka.

***
 
Pekerjaan tetap harus beres walaupun rumor menyebalkan mengenai Arum masih berhembus kencang. Apalagi Arum yang menutup aurat. Rumor tentang dirinya semakin kreatif.

Masa, jilbaban kelakuannya miris?

Mending hati dulu dikasih jibab. Kalau masih 'jajan' di luar, bikin malu perempuan yang berhijab dengan tulus.

Halaah, berjilbab Cuma untuk menutupi kelakuan nggak senonoh dia aja. Muna!

Namanya juga, semakin tinggi pohon, maka angin akan berhembus semakin kencang. Arum dan Gindo sedang diuji kesabarannya.

Bahkan Aris ikut terkena imbasnya karena pernah terlihat berada di kawasan apartemen Arum. Mereka pikir Aris...salah seorang langganan Arum. Bukankah mulut mereka semakin terlihat tidak pernah sekolah? Padahal rata-rata yang bekerja di sana memiliki ijazah S1, hanya beberapa yang berijazah D3.

Sayang, kalau kamu diomongin, jangan tanggepin ya. Sabar sambil banyak istighfar. Mungkin dosa kita lagi banyak dan disuruh istighfar. Seperti kata kamu, kita lagi kedapatan transfer pahala. Sabar ya, istrinya Uda Bagindo.

Begitu pesan Gindo pada Arum setiap kali akan berangkat kerja. Dan pesan-pesan bernada sama selalu ia terima dari Gindo kapan pun, di mana pun. Pesan itu selalu diulang-ulangnya dalam pikirannya. Sesungguhnya, memberi efek menenangkan. Namun makin lama diterpa rumor tidak mengenakkan ini, membuat pendiriannya goyah untuk resign dan tergoda untuk membayar denda ikatan dinas yang jumlahnya membikin kepala puyeng.

Memikirkannya membuat perutnya mual dan ingin... Cepat-cepat Arum berlari ke toilet dan memuntahkan makan siangnya yang baru masuk seperempat isi mangkuk, membuat Sada keheranan melihat temannya saat kembali ke mejanya. Tidak hanya Sada yang heran, tapi beberapa karyawan lain ikut-ikutan heran dan kini mulai melancarkan bisik-bisik tetangga. Masalahnya, mereka sedang makan siang di kantin kantor.

"Lo kenapa, Rum? Masuk angin?" Sada prihatin dan menggosok punggung Arum setelah temannya itu menghenyakkan tubuhnya dengan lemas ke kursi.

"Nggak tahu, Sa. Gue eneg sekarang lihatnya." Arum mendorong piringnya ke tengah karena tidak berminat lagi dengan soto kwalinya dan meminum sisa teh esnya sampai habis.

"Sa, gue duluan ke atas nggak apa-apa, kan? Beli obat masuk angin dulu."

"Iya iya. Kabarin gue kalau ada apa-apa, ya Rum."

"Iya."

Setelah shalat Zhuhur di mushala, sebuah pesan WA dari Sada membuat jantung Arum mencelos dan ponselnya terlepas begitu saja dari tangannya, bahkan Arum masih belum melepas mukenanya

Rum, lo mainnya aman kan sama laki lo? Lo, nggak hamil, kan? Atau lo emang berencana go public?

Ya Allah, kalau aku hamil gimana? Ikatan dinasku? Denda? Rumor? Bukannya aku nggak bersyukur. Tapi...

Koleksi Rasa (Kumpulan Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang