"Pak Gindo? Mbak Arum? Kalian..."
Martha menerobos masuk ke ruangan Gindo dengan alasan: ingin minta tanda tangan. Padahal sejak setengah jam yang lalu dia dan Dini sudah mengintai pergerakan Arum dari cubicle-nya hingga menghilang di balik pintu Bagindo Maulana dan tidak keluar-keluar sampai 30 menit lamanya. Martha berencana menembus barikade Aris sang sekretaris yang siaga penuh di depan pintu, tapi rencana itu tidak perlu karena, si penjaga mesti ke toilet, Aris harus meninggalkan pos penjagaan yang mengakibatkan dua penghuni ruangan terciduk untuk kesalahan yang tidak pantas disematkan pada mereka, karena bercumbu pun, mereka telah halal dimata agama. Kecuali ya, kantor adalah tempat terjadinya perkara. Maka, mungkin letak kesalahannya disana: salah tempat.
Arum spontan mendorong dada suaminya karena mendengar suara seorang wanita berteriak tertahan dibelakangnya. Ia membeku ditempat duduknya dan meremas tangannya cemas. Gindo yang tadinya sedang terhanyut mendadak blank karena didorong istrinya sendiri. Kejadiannya sangat cepat. Namun setelah menganalisa apa yang terjadi secepat kilat , amarahnya naik sampai ke ubun-ubun dan segera memarahi staff-nya yang kurang ajar itu.
"Martha! Kenapa masuk nggak ketuk pintu? Itu etika dasar, Demi Tuhan."
"M-maaf, Pak. T-tapi saya mau minta tanda tangan. Urgent."
"Tapi tetap saja, Martha..."
"Pak Gindo. Maaf saya tadi harus segera ke toilet soalnya saya..." Melihat Martha didalam ruangan membuat Aris memutus kalimatnya ditengah jalan. "Martha. Ada urusan apa? Kenapa bisa masuk sembarangan ke ruangan Pak Gindo?" Dengan cepat Aris merubah suasana hatinya dari hormat dan takut ke Gindo menjadi marah dalam sekejap pada Martha.
"Aah, jadi lo penjaga ruangan Pak Gindo sama Mbak Arum biar mereka bisa...?" sindir Martha tanpa peduli pada atasannya. Ia sengaja menggantung kalimatnya membuat suasana semakin dramatis. Sekalian saja Martha memanfaatkan situasi yang tidak biasa ini dengan mengorek informasi sedalam-dalamnya mengenai sumber gosip terpanas se-Dairy Food Tech.
Ribut-ribut kecil ini mampu mengundang sejumlah penonton yang berasal dari beberapa staff hingga office boy untuk menyaksikan sitcom di ruangan Gindo.
"Martha, Pak Gindo atasan lo," desis Aris pada Martha.
"Oops, maaf Pak. Maaf saya nggak bermaksud mengganggu Pak Gindo dengan Mbak Arum."
"Martha, apa yang kamu lihat nggak seperti yang kamu pikirkan." Akhirnya Arum angkat suara. Namun gugup lebih mendominasi.
"Saya paham kok, Mbak. Silakan saja sih. Kalau kalian pacaran atau apapun itu, nggak urusan saya. Kalau pun Mbak hamil pun, juga nggak urusan saya," kilah Martha tidak bersalah. Martha semakin menambah pertamax pada ceritanya. Membuat frekuensi dengung penonton semakin tinggi.
Nggak urusan dia tapi kok aku merasa dia seperti senang telah memergoki kami? Arum kesal dalam hatinya.
Gindo sudah mondar-mandir tidak tenang membubarkan penonton. Tapi semua bergeming. Mereka memanfaatkan situasi tak terkendali untuk tetap di posisi, demi mendapatkan tontonan gratis.
Bisik-bisik semakin berdengung disana karena pintu masuk ruangan Gindo sudah tertutup dengan kepala-kepala ingin tahu.
Kedatangan seseorang membelah kerumunan dengan mudah dan membuat dengung berhenti seketika.
"Ada apa ini?"
"Buk Yosi. Ini Buk, saya nggak sengaja memergoki Pak Gindo dan Mbak Arum sedang berdua-duaan di ruangan ini," tuduh Martha dengan santainya. Sangat berbeda dengan apa yang dikatakannya tadi pada Gindo, Arum, dan Aris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Koleksi Rasa (Kumpulan Cerpen)
Historia CortaKumpulan cerita pendek yang tercipta ketika ide di kepala harus segera dikeluarkan secepat mengejar diskon. 1. My Quin (Bitter Sweet Marriage) 2. Secret (Spicy Office Romance) 3. Beautiful Blue (Marriage Life) 4. Jaenudin (Rom-Com) 5. Ebony & Ivory...