Part 3

201 15 2
                                    

"Jadi itu alasan kamu minta Daddy jadi donatur di Panti Asuhan itu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi itu alasan kamu minta Daddy jadi donatur di Panti Asuhan itu?"

Adipati menatap putra bungsunya yang tengah menatap dokumen-dokumen penting di tangannya.

"Iya. Daddy gak masalah, kan?"

"Gak masalah sama sekali, cuman Daddy bingung aja sama selera kamu," jawabnya membuat Gara mengernyit tidak suka mendengar pertanyaan seperti itu.

Gara meletakkan dokumen ke atas meja lantas menatap Adipati tak suka. "Maksud Daddy selera Gara gimana? Daddy ngatain selera Gara rendah?"

"No, Son. Daddy gak pernah bilang gitu."

Gara mendengus. "Lalu?"

"Kenapa harus gadis itu?" tanya pria itu serius.

"Karena cuman dia yang bikin Gara tertarik."

Adipati diam mendengar kalimat Gara yang penuh keyakinan dan ketegasan. Dari sorot matanya saja Adipati sudah bisa melihat bagaimana putranya memiliki perasaan tak biasa pada gadis yang tinggal di panti asuhan yang tadi ia kunjungi.

Adipati menghela napasnya sejenak. "Daddy hanya ingin mengingatkan kamu, jangan lalai dan lemah hanya karena seorang wanita."

"Daddy juga jangan lupa kalau Daddy lemah banget karena seorang wanita. Gara gak salah kan?"

Adipati tidak dapat berkata-kata lagi. Gara benar, ia kalah telak oleh putranya sendiri. Adipati akan sangat lemah jika menyangkut istrinya yang kini sudah berada di sisi Tuhan. Mungkin Gara juga akan menuruni sifatnya. Like father like son.

Adipati bangkit kemudian menghampiri putranya lalu menepuk pundak Gara beberapa kali sebelum keluar dari kamar Gara.

Gara menghela napasnya menyenderkan kepala di sandaran kursi yang ia duduki.

Sebenarnya Gara lah alasan kenapa Adipati mau menjadi donatur di Panti Asuhan di mana Zahra tinggal. Dengan imbalan Gara mau mempelajari tentang dunia bisnis keluarga yang sudah turun temurun.

Tentu saja semua itu ia lakukan karena Zahra. Gadis itu terlalu memikat hati seorang Gara yang sangat dingin dan beku. Perlu di ingatkan, Gara tahu semua tentang Zahra, tanpa terkecuali.

Termasuk, siapa orang tua kandung gadis itu.

Sebelum memutuskan untuk mempertahankan perasaannya, Gara lebih dulu mencaritahu apa pun mengenai Zahra. Ia bukan orang yang gegabah dan ceroboh dalam mengambil keputusan.

"Zahra," gumam Gara dengan senyum yang melebar.

***

Pagi harinya Zahra tidak langsung ke kelas begitu sampai di sekolah, gadis itu membeli sarapan terlebih dahulu di kantin karena di rumah tadi tidak sempat sarapan. 

KANIGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang