Semalaman suntuk Jefan tak bisa tidur nyenyak memikirkan bagaimana bisa Ryana—yang labelnya semasa SMA dulu adalah "cewek gak bakal doyan cowok"—sudah menikah.
"Wah gila sih, gue juga pengen kalik nikah muda, masalahnya gue mau nikah sama siapa lah?"
Monolog Jefan terhenti saat lelaki itu pikir pertanyaannya langsung mendapatkan jawaban dari Tuhan.
Gadis cantik bak dewi sedang menuju kearahnya.
"Uuwaaah" Pekik Jefan panjang.
"Permisi" Ucap sang gadis mendahului.
Jefan sampai lupa dengan kalimat sambutannya.
"S- selamat pagi"
Ia mengulas senyumnya yang cantik pada Jefan. "Mau cari Jenna, ada?"
Jefan menyempatkan diri untuk menepuk pipinya sendiri agar tersadar dari lamunan.
"K- kak Jenna ya? A- ada, sebentar saya telf-"
"RENAAA?!" Jena mendadak muncul entah darimana sembari memekik lengking.
Panjang umur sekali.
"AKHHH JENNA!!"
Kedua insan itu berpelukan kemudian.
"Ini adik kamu ya?" Tanya Rena setelah melepaskan pelukannya dengan sang sahabat.
Jefan sampai terkesiap.
"Iya nih, kenalin Je, ini temen kakak, namanya Rena"
Yang ada di otak lelaki itu adalah, tidak masalah jika si perempuan lebih tua darinya, seumur dengan kak Jenna, Jefan rasa masih bisa dimaklumi.
"Jefan, Kak" Lelaki itu mengulurkan tangannya dan disambut dengan senang oleh Rena.
"Kak? Jefan tau kok Jefan masih muda, tapi kalau cuma-" Ia terhenti kemudian menghitung dengan jarinya. "Cuma beda empat tahun gak papa, bisa yuk?"
"Maksud lu apaan sih?" Jenna mewakilkan rasa penasaran Rena juga dengan pertanyaan itu.
"Jadi pacar Jefan mau gak? Muehehe" Tanya Jefan cukup kurang ajar, tidak tau malu, nekat, dsb.
Rena mendadak tergelak.
"Heh! Mulut lu Je, astaghfirullah! Mikir dulu lah kalau mau ngomong!" Marah Jenna.
"Lah emang kenapa? Ini tuh ungkapan dari lubuk hati paling dalam, ganggu aja lu, Kak"
"Ini yang lu tanyain mau gak jadi pacar lu, udah nikah, Je! Dia kesini mau cari penginapan buat honeymoon, gila!"
