Delapan

2K 437 377
                                    

Ternyata gelisah yang Haechan rasakan sejak beberapa jam terakhir benar-benar hadir sebagai pertanda.

Tadi, saat ia masih bersiap pulang, Renjun tergesa-gesa keluar dari rumah Jeno hanya untuk menggoyangkan ponsel di genggamannya.

Ini agak gila, tapi Haechan sempat berpikir lelaki itu sedang pamer goyang Shopee.

Ya ..., anaknya lari-lari keluar rumah tapi cuma goyang-goyang HP itu fungsinya apa coba?

Namun, setelah merasakan getaran di saku celananya, Haechan baru paham apa maksud Renjun. Grup kelas mereka yang entah sejak kapan berubah menjadi lapak gosip, sudah ramai membahas perihal Aruna dan guru matematika tampan aset sekolah.

Bukti dan beberapa opini dari teman-teman kelasnya memang benar-benar mampu menggiring pola pikir siapapun yang membaca.

Haechan sempat terkecoh, sebelum akhirnya sang naluri bergerak mendominasi untuk mengantarkan tubuh lelaki itu sampai ke komplek perumahan Aruna.

Ada drama salah rumah, diajak gelut sama anjing, bahkan sampai pemilik rumahnya keluar. Awalnya Haechan malu, namun setelah melihat raut sang gadis saat keluar rumah, ternyata tidak buruk juga.

"Kok bisa salah rumah, sih?" ujar Aruna di sela kekehannya.

Terbesit rasa khawatir. Haechan melihat langsung bagaimana Anya menggenggam silet setelah di-bully oleh gadis-gadis gila di sekolahnya. Untuk kasus Aruna, ia berpikir kemungkinan terburuknya gadis itu menangis atau mengurung diri di kamar.

Faktanya, Aruna jauh lebih santai dari yang ia bayangkan.

"Masuk?" tawar gadis itu setelah membuka pintu pagar.

"Om Changmin masih galak, nggak?"

Aruna terkekeh. "Masih."

"Di luar aja deh gue."

Haechan ingat, saat pertemuan pertama dan terakhirnya dengan Changmin, terlalu banyak pertanyaan yang harus ia jawab perihal hubungannya dengan Aruna.

Ah, bukan hanya itu. Pertanyaan dasar seputar fisika dan biologi juga diajukan oleh pria itu. Nggak tahu fungsinya apa. Seperti yang dapat ditebak, Haechan juga nggak bisa jawab.

Perlu digarisbawahi, itu pertemuan pertama.

"Berdiri aja di luar?"

Haechan mengangguk pelan, lalu menggeleng setelahnya.

"Lah?"

"Duduk kok, di motor, hehe."

"Terus ngapain ke sini kalo cuma duduk di luar?"

"Di motor, Lun."

Aruna berdecak. "Di motor yang lo parkir di luar."

"Nah, baru bener."

Aruna menggeleng pelan. "Ngapain?"

"Iya juga, ya? Yaudah, gue pindahin motor dulu, deh. Lo temenin tapi."

Aruna mengangguk, lalu membuka lebih lebar pintu pagarnya.

"Dih? Siapa yang mau masuk?"

"Lah?"

"Gue mau parkir di kafe deket alun-alun. Ayo temenin."

Gadis itu tampak memicingkan mata, lalu terkekeh setelahnya. Haechan tidak tahu yang ia lihat saat ini topeng jenis apa, anehnya benar-benar membuat Haechan lega.

"Bentar ambil jaket."

"Eh, nggak usah. Ini---"

"Apa? Pake jaket lo? Punya gue di rumah, Chan. Kurang-kurangin nonton drama, deh."

Crocodile | Haechan✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang