"Luna!"
Aruna meneguk paksa salivanya. Ini Papa kayaknya kalau manggil nggak teriak tuh bisa sakit tenggorokan, ya?
"Ngumpet itu anaknya."
Ditambah lagi, ada adik menyebalkan Papa. Aruna yang sedari tadi rebahan di sofa, lantas menutupi telinganya dengan bantal.
"Anak lo turunan siapa deh, Bang? Bebal banget dibilangin."
Percuma, masih kedengeran.
"Lo di sekolah ngapain sih, Chan?"
"Pargoy, Bang, pargoy."
"Chan."
"Ada-ada aja pertanyaannya. Ngajar, lah!"
"Terus anak gue kenapa jadi sasaran gini?"
"Lah, salah gue banget? Luna yang dari awal nggak nganggep gue omnya. Bener kan, Lun?"
Papa berdecak. "Terus masalahnya gimana? Udah dibawa ke kantor polisi?"
"Buset, polisi. Boro-boro ngelapor, Bang. Masuk BK aja nggak."
"Hah?!"
"Anak lo itu tanya. Kesel sendiri gue ngingetnya."
"Luna!"
Aruna menghela napas.
Capek ya, Bestie.
Padahal Aruna udah wanti-wanti ke omnya, Papa jangan sampai tahu. Repot urusannya, itu sekolah kalau bisa digusur juga bakal digusur sama Papa.
Jadi, kemarin itu masalahnya hampir dibawa ke ruang BK. Chanyeol juga sudah meyakinkan Aruna kalau masalahnya tidak akan serumit yang Aruna bayangkan.
Tetap saja, Aruna nggak mau ribet.
Ia sering menyaksikan kejadian seperti ini di ruang BK. Prosesnya belibet, ada sesi tanya jawab, panggil orang tua, buat surat perjanjian tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, lalu diakhiri dengan bermaaf-maafan.
Aruna mengusulkan untuk langsung ke tahap akhir tanpa melewati tahap sebelumnya. Jadi masalah kemarin selesai dengan bermaaf-maafan. Walaupun Aruna yakin kata maaf yang terucap dari bibir para penggosip itu tidak sepenuhnya tulus. Setidaknya, Papa tidak perlu dipanggil ke sekolah.
"Ada catatan namanya nggak? Gue aja yang urus sini."
"Heh!" Aruna refleks bangkit dari posisinya. "Papa fokus kerja ganteng aja, Pa. Apa sih ngurus beginian?"
"Ada nggak, Chan?" tanya pria itu lagi, sengaja mengabaikan ucapan putrinya.
Wah, ini kalau Chanyeol ngasih beneran, Aruna siap mengibarkan bendera perang.
Pria itu menatap Aruna sekilas, lalu menggeleng. "Udah selesai kata Luna. Yaudah, lah."
"Lo mihak siapa, sih?"
"Memihak kedamaian," jawab Chanyeol seraya merentangkan kedua tangannya.
"Tanya Sehun aja kalau gitu." Papa berujar seraya merogoh saku celananya.
"Itu anak ayam nggak tau apa-apa, Bang. Percuma lo tanyain."
"Nggak guna emang lo berdua."
Chanyeol tergelak. Alih-alih ikut tertawa, Aruna mengernyitkan dahinya. Kemarin pria menyebalkan itu masih bersikeras membawa masalah ini ke ruang BK. Kalau tiba-tiba memihak Aruna, agaknya nggak mungkin tanpa pamrih.
"Gue pinjem Luna bentar, Bang."
Tuh, kan.
Sepertinya kata menyebalkan sudah resmi menjadi nama belakang Chanyeol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crocodile | Haechan✓
Fiksi PenggemarKata siapa Haechan buaya? Started on March 12, 2022. © muppygurl, 2022