Absen woyy!!

166 23 3
                                    

"Baiklah anak-anak madesu (masa depan sukses). Sebelum kelas dimulai, kita absen dulu." Ujar guru berambut pirang sambil memegangi daftar absen, dan mulai mengabsen satu persatu.

"Amu"

"Haderr" Amu mengangkat tangan, dengan tangan sebelahnya memegangi buku biru secara terbalik.

Wah wah. Ngapain tuh neng?

"Amu lagi ngapain kamu?"

"Eh, baca buku pak." Amu terlihat panik.

"Awas kalau main HP"

"Hehe iya pak."

Absensi berlanjut, dengan tenang dan kalem. Sungguh tenang tanpa ada keributan satu pun selain suara sahutan dari anak yang namanya di panggil.

"Toro?"

"Hadir"

"Ara"

"Hadir pak."

"Kiki"

"Hadiiiir~"

"Tor, Toro, Tor, Tor."

"Apa?"

Dua suara terakhir berasal dari Amu dan Toro. Ah, mungkin sedikit ralat. Suasana tenang, namun ada beberapa murid yang mengobrol dengan suara pelan.

Yah, masih dapat dimaklumi, kan? Lagipula, jam pelajaran belum mulai.

"Upi sama Sho kemana sih? Udah jam segini belom dateng." Amu bertanya pada Toro.

"Hmmm... kalau Sho aku gak tau." Jawab Toro, yang kemudian menunjuk ke arah belakang,
"Kalau Upi, itu baru datang."

Benar saja. Ketika Amu menoleh ke arah yang ditunjuk Toro, terlihat Upi yang sedang menyelinap masuk diam-diam agar tak ketahuan terlambat.

"Sttt" -Upi

Beruntung, si bapak masih sibuk mengabsen murid-murid yang lain. Jadi tak memperhatikan Upi yang telat.

"Telat lagi~"

"Biasa, tadi adekku maksa ikut"

"Upi"

"EH! HA-HADIR PAK!!!" Upi langsung berteriak ketika namanya dipanggil. Wajar, dia panik.

"Bagus. Hari ini kamu ga telat."

"Telat tapi ga ketahuan sih pak." Ucap Ara pelan, sehingga yang bisa mendengarnya hanya beberapa yang ada di dekatnya saja. Termasuk Kiki.

"Seru kali ya lihat lo telat datang?" Ucap Kiki sambil cekikikan.

"Abang macam apa lo ini? Mau gak kukasih jatah nanti malam?" Ancam Ara. Eh? Jatah apa tuh?

Oh tentu saja jatah makan malam. Kan Ara kadang jadi yang masak di rumah. Memang jatah apa lagi?

"Jahat amat jadi adek." -Kiki.

"Yang mulai duluan siapa ya?" -Ara.

'Bisa-bisanya nih berdua berantem pas guru lagi absen.' Toro membatin.

"Shoto?" Pak Eko memanggil. Namun tak ada sahutan dari sang pemilik nama. Yaiyalah, orangnya aja belum dateng.
"Sho? Enggak ada? Ada yang tau Sho di mana?"

Krak

"Dek. Tutup telingamu gih." Ucap Kiki yang sudah berfirasat sambil menutupi mata Ara. Yah... bukan tanpa alasan, sih.

Ara bingung, tapi tetap saja menuruti.

Dan tak lama kemudian...

GUBRAK
.
.
.
GUSRAK
.
.
.
BOOMBAYAH

Sho tiba-tiba muncul, terjatuh di atas tumpukan puing dan mengakibatkan atap berlubang.

"Disini pak." Ucap Sho dengan wajah tanpa dosa.

'Duh gusti.' Pak Eko membatin, kemudian berbicara pada Sho,
"Lain kali masuk lewat pintu, istirahat siang kamu pergi ke ruang BK."

"Siaaappp."

Kiki membuka mata Ara, yang membuat gadis itu terdiam begitu melihat bekas puing di depan kelas.
"...thanks Ki..."

"Encok gak?"

"Pinggangku ngilu dikit."

"Sho~ perlu kupijet gak biar ga ngilu lagi?" Ara yang dengar percakapan Toro dan Sho ikut nimbrung tak lama setelah Sho duduk di tempatnya.

"Heh modus. gue ga ada ya ajarin lo kek gitu dek"

Kiki auto dihadiahi tatapan oleh Ara yg seolah mengatakan kakaknya ini berbohong. Yah... memang Kiki tak mengajarkan Ara. Tapi, readers tau sendiri lah bagaimana modusnya ke Amu.

"Sho. Sebelum ke BK, bisa anter Kiki dulu ke toilet, gak? Kayaknya kakakku satu ini perlu cermin."

Wee!!! With Kiki twins! [Oc]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang